Aparat menunjukkan foto salah seorang dari dua teroris Poso yang ditembak mati oleh Satgas Operasi Tinombala di Mapolda Sulawesi Tengah di Palu, Selasa (17/5)--Antara/BASRI MARZUKI
Aparat menunjukkan foto salah seorang dari dua teroris Poso yang ditembak mati oleh Satgas Operasi Tinombala di Mapolda Sulawesi Tengah di Palu, Selasa (17/5)--Antara/BASRI MARZUKI

Perburuan Santoso Dianggap Berlebihan

M Rodhi Aulia • 23 Juni 2016 12:23
medcom.id, Jakarta: Komjen Tito Karnavian tengah melakukan fit and proper test di Komisi III DPR. Satu di antara sejumlah pertanyaan yang dialamatkan ke Tito adalah perburuan kelompok teroris Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.
 
Menurut anggota Dewan, perburuan kelompok Santoso berlebihan. Polri sudah menggelar sejumlah operasi, namun Santoso belum juga ditangkap.
 
Anggota Komisi III Fraksi NasDem Taufiqulhadi mengatakan, rakyat kini agak jengkel. Karena selama ini, Polri berhasil menumpas habis gembong teroris akan tetapi kelompok Santoso tidak bisa. "Saya yakin Polri sudah bekerja keras berharap secepatnya ditangkap. Apakah butuh bantuan TNI? Atau murni tenaga Polri?" kata Taufiqulhadi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/6/2016).

Taufiq juga menyoroti perburuan teroris yang dianggap berlebihan. Karena target teroris yang diburu dengan jumlah serta persenjataan lengkap yang dibawa Polri ke tempat kejadian perkara tidak sebanding.
 
"Terorisme biasa, Polri bersenjata lengkap dan berlapis-lapis. Padahal hanya satu atau dua target. Ini terlalu berlebihan. (Penangkapan) satu teroris cukup lima orang," ujar dia.
 
Sebelumnya, Kapolda Sulawesi Tengah Rudy Sufhariadi menegaskan, batas waktu Operasi Tinombala akan selesai pada 8 Agustus 2016. Mengingat Operasi Tinombala kali ini bertepatan dengan Ramadan dan bakal segera masuk hari raya Idul Fitri, Rudy memastikan operasi tidak akan berhenti sementara waktu.
 
Operasi Tinombala adalah lanjutan Operasi Camar Maleo yang dimulai Januari 2015. Target operasi menangkap Santoso hidup atau mati. Tinombala mulai diberlakukan pada 10 Januari hingga 9 Maret. Operasi yang melibatkan 3.000 lebih pasukan.
 
Santoso diburu sejak 2007. Pimpinan Mujahidin Indonesia Timur itu diduga terlibat aksi terorisme di beberapa tempat di Indonesia. Bahkan, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat memasukkan nama Santoso dalam daftar teroris global.
 
Catatan kepolisian, Santoso sempat mengikuti pelatihan militer di pegunungan Jalin Jantho, Aceh, pada 2010. Januari 2011, ia membentuk pelatihan militer di pegunungan di Poso, Sulawesi Tengah.
 
Selama Operasi Camar Maleo I hingga IV prajurit menangkap 24 terduga teroris. Namun, yang ditangkap bukan Santoso. Berulangkali aparat keamanan mengklaim mendeteksi, bahkan mengepung kelompok Santoso, namun sang teroris tak kunjung ditangkap.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan