Petugas kepolisian mengamankan tersangka pengguna narkoba usai melakukan penggerebekan di wilayah Kampung Ambon, Jakarta Barat, Sabtu (23/1/2016). Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Petugas kepolisian mengamankan tersangka pengguna narkoba usai melakukan penggerebekan di wilayah Kampung Ambon, Jakarta Barat, Sabtu (23/1/2016). Foto: Antara/Rivan Awal Lingga

Mengubah Kampung Narkoba bukan Mimpi

Akmal Fauzi • 12 Agustus 2016 11:43
medcom.id, Jakarta: Masyarakat masih dikejutkan dengan kontraversi pengakuan Freddy Budiman. Bandar narkoba yang sudah dieksekusi itu menceritakan kepada Haris Azhar betapa mesranya aparat penegak hukum dengan dia. Haris yang pegiat LSM Kontras lalu menuliskan pengakuan Freddy melalui akun Facebook-nya.
 
Ngeri membayangkan betapa rapuhnya aparat penegak hukum di mata sang bandar. Namun, masih ada harapan tatkala melihat kondisi wilayah atau kampung yang dulu jadi sarang peredaran narkoba saat ini. Ada perubahan positif dan itu harus serius dirawat.
 
Sebut saja kawasan Kedaung Angke, Cengkareng, Jakarta Barat, tepatnya Kompleks Permata atau yang dikenal dengan Kampung Ambon. Lalu di kawasan Jalan Pertanian, Duren Sawit, Jakarta Timur, atau yang dikenal dengan Kampung Kebon Singkong.

Kedua wilayah itu dulu menjadi sarang peredaran narkoba. Mulai bandar, pemakai, hingga kurir berkumpul di sana. Kini wilayah itu mulai berubah wajah. Setelah penggerebekan besar-besaran, mereka yang terjerumus narkoba telah dibina agar tidak kembali ke sana.
 
Di wilayah Kebon Singkong, mereka yang pernah terjerumus narkoba sejak 2013 dibina dengan penyuluhan serta penyaluran bakat seperti membuat kerajinan tangan, sablon, dan menjadi teknisi mesin.
 
Siti Rochani, Ketua RW 02 Kebon Singkong, mengatakan pembinaan dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN). Mereka yang terjerumus narkoba direhabilitasi dan diberi beberapa keterampilan sesuai dengan minat bakat.
 
“Banyak keterampilan yang diberikan, seperti kerajinan tas, sepatu, lalu ada teknisi mesin, sablon, keterampilan salon, dan tata boga. Setiap kegiatan itu diikuti sekitar 25 orang yang dulu pernah jadi pemakai (narkoba) dan kurir,” ujar Rochani.
 
Mengubah Kampung Narkoba bukan Mimpi
Kampung Narkoba. Grafik: Dok/Media Indonesia
 
Setelah pembekalan diberikan, kata Rochani, tim fasilitator dibuat. Tugasnya mendampingi mereka yang masih remaja itu untuk mengikuti kegiatan keterampilan yang berkelanjutan.
 
“Alhamdulillah semakin hari (peredaran narkoba) semakin hilang. Mereka semua disibukkan dengan kegiatan positif. Hilangnya ketergantungan mereka karena aktivitas mereka itu,” kata Rochani yang juga ketua fasilitator di Kebon Singkong.
 
Dengan bekal itu, kini produk yang diberi label Cassava Garden (Kebon Singkong) mulai dikenal pasar. Produksi mereka seperti tas, sepatu, dan sablon dipasarkan melalui jejaring media sosial hingga ke bazar-bazar.
 
“Bahkan saat perayaan HANI (Hari Antinarkoba Internasional) beberapa waktu lalu itu dipamerkan di depan Presiden,” bangga Rochani.
 
Diakui Rochani, upaya pembinaan itu cukup sulit dilakukan pada awalnya. Namun, saat penyuluhan bahaya narkoba diberikan dan muncul kesadaran, mereka yang terlibat kini mulai sadar hidup sehat dan bermanfaat itu lebih baik.
 
Sugiri, 55, warga RW 02 sekaligus saksi hidup bagaimana kelamnya wilayah Kebon Singkong, mengaku bersyukur atas kondisi saat ini. Tidak asing jika di kampungnya ada orang tergeletak di jalan atau ada yang meninggal karena overdosis. Jarum suntik banyak dibuang di got-got di sana.
 
“Di Jakarta Timur siapa yang enggak tahu Kebon Singkong. Isinya perjudian, prostitusi, dan narkoba. Orang dari luar datang ke sini cari narkoba,” ujarnya.
 
Sugiri yang dulu pecandu narkoba senang dengan penertiban dan pengawasan yang dilakukan BNN. Dulu, ungkapnya, oknum polisi yang bermain di Kebon Singkong lumayan banyak. Mereka datang memeras bandar dan pemakai narkoba, bahkan turut mencicipi barang laknat tersebut.
 
“Dulu mah diperas tuh bandar, pengguna. Sekarang mau masuk lagi enggak berani. Sudah ditata begini, ada yang mengawasi,” ujarnya.
 
Mengubah Kampung Narkoba bukan Mimpi
Grafik: Dok/Media Indonesia
 
Wilayah Slamet Riyadi 4 Berlan, Matraman, Jakarta Timur, tak jauh berbeda. Meski penataan belum dilakukan, wilayah yang dulu sempat ramai penggerebekan narkoba yang menewaskan anggota kepolisian pada Januari 2016 itu mulai berubah. Kawasan yang dulu kerap didatangi pembeli narkoba itu kini mulai tak terlihat.
 
“Sekarang sudah jarang yang ke sini. Ada polisi yang selalu jaga di depan. Akses masuk dari Kompleks Berlan juga sudah ditutup. Kan narkobanya dari sana semua (Kompleks Berlan),” ujar MA, seorang warga sekitar.
 
Pantauan Media Indonesia, akses dari Kompleks Berlan menuju wilayah itu sudah tertutup oleh pagar seng setinggi 2 meter. Penutupan akses itu dilakukan sekitar empat bulan lalu. Praktis akses masuk hanya bisa dilintasi dari Jalan Slamet Riyadi 4 yang selalu dijaga polisi.
 
Yang mengejutkan, saat Media Indonesia menyambangi rumah Mami Yola, bandar yang rumahnya sempat digerebek hingga terjadi insiden tewasnya polisi itu, yang bersangkutan ada di dalam rumah sedang menonton TV.
 
Beredar kabar, Mami Yola hanya dijatuhi hukuman rehabilitasi. Saat dikon?rmasi ke Kasie Pidana Umum Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Timur, tak ada respons diberikan.
 
Dalam pemberantasan narkoba, Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Turman Panjaitan merasakan dukungan masyarakat tidak maksimal. Bahkan sering kontra saat kepolisian dan BNN menggerebek daerah rawan narkoba. Masyarakat seharusnya bahu-membahu.
 
Pemasaran
 
Nama Kampung Ambon, Jakarta Barat, masih menyisakan citra negatif sebagai daerah rawan narkoba. Sejumlah langkah diambil BNN, Pemerintah Kota Jakarta Barat, Polres Jakarta Barat, serta bantuan dari sejumlah warga, untuk merangkul warga di sana agar menghilangkan citra negatif tersebut.
 
"Kompleks Permata itu nama aslinya. Orang-orang saja yang menyebutnya Kampung Ambon karena banyak orang Ambon yang tinggal di sini. Pada 1973, banyak orang Ambon yang pindah ke sini dari Senen. Oleh pemerintah, untuk menghilangkan image negatif itu, dikembalikanlah namanya menjadi Kompleks Permata. Semua jalan yang ada di sini kan terdiri dari nama-nama permata, seperti intan, jamrud, nilam, berlian, safir, mirah, dan akik," cerita Yeni Rittiau Napitupulu, Ketua RW 07 di sana, Kamis 11 Agustus 2016.
 
Mengubah Kampung Narkoba bukan Mimpi
Penggerebekan kampung narkoba di beberapa daerah di DKI Jakarta. Foto Grafik: Dok/Media Indonesia
 
Dulu, ungkap Yeni, hampir 70% dari total penduduk RW 07 di Kompleks Permata terlibat bisnis narkoba. Saat ini berkisar 10% saja yang masih terlibat narkoba. Faktor ekonomi menjadi alasan bisnis narkoba subur di sana. Untuk mengatasinya, pihak terkait membantu sebisanya agar warga terlepas dari bisnis laknat tersebut.
 
“Oleh dinas ketenagakerjaan, ada warga kami yang direkrut jadi petugas keamanan, ada yang oleh polda dibantu bikin SIM agar bisa jadi pengemudi ojek online, ada juga yang kerja di pelayaran, lalu ada yang menghasilkan kerajinan," jelas Yeni.
 
Satu hal yang dikawatirkan Yeni, penghasilan yang didapat dari apa yang mereka lakukan saat ini tentunya jauh dari nilai yang didapat warga dulu, apalagi bagi para warga yang kini beralih menjadi perajin.
 
“Menjalankan bisnis itu sulit. Oke, warga kami sekarang punya keterampilan, tapi pemasarannya bagaimana? Modalnya terbatas, dengan barang-barang yang terjual tidak secara bersamaan, modal mereka kembalinya sedikit-sedikit. Itu pun sering terpakai untuk belanja sehari-hari. Kami sudah pernah coba ikut pameran, tapi prosesnya sulit dan butuh biaya besar. Di sini kami butuh peran pihak lain juga untuk membantu. Kami tidak bisa sendirian," jelas Yeni.
 
S, 46, warga Kompleks Permata yang kini beralih menjadi perajin, mengatakan dia kini bisa menghasilkan berbagai kerajinan kreatif, mulai tas, sepatu, pajangan, hingga lukisan. Dengan amat semangat, ia menunjukkan hasil-hasil kerajinannya yang rata-rata bertema floral. Ada tas bergambar bunga, kontak perhiasan bertema British, hingga lukisan yang bahan-bahannya ia kumpulkan sendiri dari buah dan ranting pohon cemara.
 
“Dari dulu saya emang suka keterampilan gini, tapi baru tiga tahun belakangan rutin ngerjain buat mengisi kesibukan. Daripada bengong terus iseng. Hanya, pemasarannya tidak pasti. Kami harap pemerintah bisa mencari jalan keluarnya, godaan kembali ke narkoba sangat besar," harapnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan