Ilustrasi Medcom.id.
Ilustrasi Medcom.id.

Gara-gara Judi Online dan Pinjol, Beberapa Anggota Polri Disebut Mati Sia-sia

Siti Yona Hukmana • 11 Juni 2024 20:19
Jakarta: Sejumlah anggota Polri menghebohkan publik dengan kasus tewas mengenaskan. Pengamat menilai beberapa aparat itu tewas akibat tersangkut judi online dan pinjaman online (pinjol).
 
"Beberapa kasus kematian sia-sia personel kepolisian, indikasinya karena terjebak judi online, kemudian terjerat pinjol," kata pengamat kepolisian Bambang Rukminto kepada Medcom.id, Selasa, 11 Juni 2024.
 
Bambang menyoroti kasus yang menewaskan anggota Polres Jombang Briptu Rian Dwi Wicaksono (RDW). Rian tewas akibat dibakar istri yang juga seorang anggota Polri Briptu Fadhilatun Nikmah (FN) di Asrama Polisi Mojokerto, Sabtu, 8 Juni 2024. Sang istri yang merupakan polisi wanita (Polwan) di Polres Mojokerto itu naik pitam karena mengetahui uang habis dipakai untuk judi online.

Sebelum kasus di Mojokerto ini, publik juga pernah dihebohkan dengan kasus bunuh diri ajudan pribadi Kapolda Kalimantan Utara, Brigpol Setyo Herlambang di rumah dinas pada Jumat, 22 September 2023, dan personel Satlantas Polresta Manado Brigadir Ridhal Ali Tomo yang menembak dirinya di Jakarta. Menurut Bambang, kasus-kasus bunuh diri yang terjadi itu indikasinya juga dampak dari judi online dan terjerat pinjol.
 
"Mengapa itu bisa terjadi? Kesejahteraan personel sebenarnya sudah memadai, hanya saja karena bergaya hidup hedon, membuat pendapatan mereka selalu kurang," ujar Bambang.
 
Akibatnya, kata dia, para anggota itu mencari uang dari sumber-sumber yang tidak jelas. Di sisi lain, Bambang memandang manajemen sumber daya manusia (SDM) juga tidak efisien, yang mengakibatkan pembagian tugas antar personel tidak merata.
 
"Ada yang sibuk, ada yang kurang kegiatan. Di sisi lain secara kelembagaan karena kontrol dan pengawasannya yang lemah," ucapnya.
 
Bambang menyebut ada beberapa faktor penyebab personel terjebak judi online. Pertama, karena personel tidak disiplin dan lemah mental. Kedua, organisasi yang tak mampu memastikan etik dan disiplin anggotanya karena pengawasannya tidak efektif.
 
Baca juga: Tes Psikologi Polwan Pembakar Suami Dipertanyakan, Kompolnas: Kok Bisa Lolos?

 
Selain itu, Bambang menilai pemberantasan judi online tak bergerak dari kasus-kasus receh, malah memakan korban personel kepolisian sendiri. Padahal, kata dia, kemampuan dan prasarana kepolisian sudah sangat mumpuni.
 
Namun, terkendala regulasi terkait dengan pola kejahatan siber yang stateless dan borderless. Begitu pula hambatan dari kemauan dan integritas personel.
 
"Termasuk tidak adanya sistem kontrol dan pengawasan yang tidak bisa memastikan pelaksanaan penegakan aturan itu berjalan dengan benar," terang dia.
 
Terkait kasus pembakaran suami oleh polwan di Mojokerto, kata Bambang, memperlihatkan bahwa polwannya arogan dan polisi laki-laki tidak menjalankan kewenangannya sebagai penegak hukum dengan benar. Malah menjadi pelanggar hukum dengan bermain judi online.
 
Kedua hal itu disebut menunjukan lemahnya pembinaan mental anggota Polri. Dia mengakui secara kelembagaan memang nyaris tidak ada satuan pengaduan yang independen terkait problematika anggota.
 
Belum lagi, kata Bambang, kultur di kepolisian yang sangat patriarki. Dengan begitu, tak menutup kemungkinan keluhan-keluhan anggota polisi wanita ataupun bhayangkari istri anggota terabaikan.
 
"Sementara itu, alih-alih memikirkan kesejahteraan dan kesehatan mental anggota, maupun membangun organisasi Polri yang profesional, elit kepolisian malah sibuk mencari jabatan di K/L lain," ungkap dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(END)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan