Jakarta: Kasus penipuan sekaligus pembunuhan yang dilakukan Slamet Tohari, 45, di Banjarnegara, Jawa Tengah, membuat gempar. Dukun pengganda uang tersebut membunuh sebanyak 12 orang karena tidak mampu memenuhi janji penggandaan uang.
Pengamat sosial, Devie Rahmawati, menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang percaya dengan praktik penggandaan uang. Masyarakat Indonesia masih mudah terbuai janji penggandaan uang karena ingin cepat kaya.
“Keinginan tersebut kemudian didorong dengan tingkat literasi keuangan atau pengetahuan tentang bagaimana mendapatkan uang yang masih rendah,” ujar Devie dikutip dari Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Rabu, 5 April 2023.
Literasi digital masyarakat juga masih lemah dan menjadi salah satu faktor penyebab banyak warga Indonesia tertipu. Akibatnya, warga mudah tertipu janji-janji manis menambah harta.
“Saluran digital kerap digunakan oleh pelaku sebagai media promosi. Hal ini pun menunjukkan bahwa masyarakat masih perlu waktu untuk memilah dan memilih informasi yang tepat,” tambahnya.
Adapun faktor eksternal yang mendorong masyarakat mudah percaya dengan hal-hal gaib. “Ketika sedang ada kondisi turbulensi sosial maupun ekonomi, maka kecenderungan orang untuk percaya dengan hal supernatural itu akan meningkat,” jelas Devie.
Oleh karena itu, masyarakat dinilai perlu mendapatkan edukasi mengenai literasi keuangan dan digital. Bahkan, anak-anak juga perlu diajari terkait hal itu.
“Karena ini penting untuk menangkal semangat irasionalitas,” katanya. (Arfinna Erliencani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Jakarta: Kasus penipuan sekaligus pembunuhan yang dilakukan Slamet Tohari, 45, di Banjarnegara, Jawa Tengah, membuat gempar. Dukun pengganda uang tersebut membunuh sebanyak 12 orang karena tidak mampu memenuhi janji penggandaan uang.
Pengamat sosial, Devie Rahmawati, menyebut masih banyak masyarakat Indonesia yang percaya dengan praktik penggandaan uang. Masyarakat Indonesia masih mudah terbuai janji penggandaan uang karena ingin cepat kaya.
“Keinginan tersebut kemudian didorong dengan tingkat literasi keuangan atau pengetahuan tentang bagaimana mendapatkan uang yang masih rendah,” ujar Devie dikutip dari
Selamat Pagi Indonesia di
Metro TV, Rabu, 5 April 2023.
Literasi digital masyarakat juga masih lemah dan menjadi salah satu faktor penyebab banyak warga Indonesia tertipu. Akibatnya, warga mudah tertipu janji-janji manis menambah harta.
“Saluran digital kerap digunakan oleh pelaku sebagai media promosi. Hal ini pun menunjukkan bahwa masyarakat masih perlu waktu untuk memilah dan memilih informasi yang tepat,” tambahnya.
Adapun faktor eksternal yang mendorong masyarakat mudah percaya dengan hal-hal gaib. “Ketika sedang ada kondisi turbulensi sosial maupun ekonomi, maka kecenderungan orang untuk percaya dengan hal supernatural itu akan meningkat,” jelas Devie.
Oleh karena itu, masyarakat dinilai perlu mendapatkan edukasi mengenai literasi keuangan dan digital. Bahkan, anak-anak juga perlu diajari terkait hal itu.
“Karena ini penting untuk menangkal semangat irasionalitas,” katanya.
(Arfinna Erliencani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)