Jakarta: Masyarakat diminta mewaspadai rekrutmen teroris yang kian terbuka. Ada perubahan pola rekrutmen sejak teroris, Parawijayanto, memimpin Jemaah Islamiyah (JI).
“Saat ini sejak Parawijayanto memimpin JI, perekrutan kader teroris secara terbuka dan berbanding terbalik saat JI dipimpin oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang secara diam-diam," kata Kasubdit Kontra Naratif Direktorat Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri, Mayndra Eka Wardhana, dalam kajian penanggulangan radikalisme Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Sabtu, 19 Februari 2022.
Dalam acara yang digelar Jaringan Muslim Madani (JMM) ini, Mayndra menilai rekrutmen teroris linier dengan masifnya gerakan radikalisme yang marak di berbagai kampus. Dia mengatakan kegiatan terlarang ini mulai terendus di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Tiktok, sejak 2010.
Baca: Sahroni Minta Densus Kerja Keras Mengawasi Potensi Teror 2022
Sementara itu, Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal, mengatakan derasnya arus informasi di media sosial dijadikan ombak penyebar radikalisme untuk berselancar. Ujungnya, medium itu menjadi arena pertarungan ideologi dan paham.
“Radikalisme, ekstremisme, dan bahkan terorisme begitu nyata telah masuk dalam sendi-sendi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara," kata dia.
Menurut Syukron, hal tersebut menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan suatu bangsa. Penyebaran ideologi yang kontra Pancasila ini diminta menjadi perhatian seluruh pihak, dan mesti disikapi serius, utamanya oleh santri.
Dia mengatakan santri merupakan garda terdepan mengampanyekan Islam moderat melawan gerakan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Santri harus bisa menangkal ideologi yang merujuk pada paham anti Pancasila.
"Kalau dulu para ulama datang ke Indonesia mengislamkan masyarakat, tetapi sekarang mereka para pembaharu datang ke Indonesia malah mengafirkan yang sudah Islam," kata Syukron.
Jakarta: Masyarakat diminta mewaspadai rekrutmen teroris yang kian terbuka. Ada perubahan pola rekrutmen sejak
teroris, Parawijayanto, memimpin Jemaah Islamiyah (JI).
“Saat ini sejak Parawijayanto memimpin JI, perekrutan kader teroris secara terbuka dan berbanding terbalik saat JI dipimpin oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir, yang secara diam-diam," kata Kasubdit Kontra Naratif Direktorat Pencegahan
Densus 88 Antiteror Polri, Mayndra Eka Wardhana, dalam kajian penanggulangan radikalisme Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam, Sabtu, 19 Februari 2022.
Dalam acara yang digelar Jaringan Muslim Madani (JMM) ini, Mayndra menilai rekrutmen teroris linier dengan masifnya gerakan radikalisme yang marak di berbagai kampus. Dia mengatakan kegiatan terlarang ini mulai terendus di
media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Tiktok, sejak 2010.
Baca:
Sahroni Minta Densus Kerja Keras Mengawasi Potensi Teror 2022
Sementara itu, Direktur Eksekutif JMM, Syukron Jamal, mengatakan derasnya arus informasi di media sosial dijadikan ombak penyebar radikalisme untuk berselancar. Ujungnya, medium itu menjadi arena pertarungan ideologi dan paham.
“Radikalisme, ekstremisme, dan bahkan terorisme begitu nyata telah masuk dalam sendi-sendi kehidupan dalam berbangsa dan bernegara," kata dia.
Menurut Syukron, hal tersebut menjadi ancaman yang sangat serius bagi keberlangsungan suatu bangsa. Penyebaran ideologi yang kontra Pancasila ini diminta menjadi perhatian seluruh pihak, dan mesti disikapi serius, utamanya oleh santri.
Dia mengatakan santri merupakan garda terdepan mengampanyekan Islam moderat melawan gerakan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Santri harus bisa menangkal ideologi yang merujuk pada paham anti Pancasila.
"Kalau dulu para ulama datang ke Indonesia mengislamkan masyarakat, tetapi sekarang mereka para pembaharu datang ke Indonesia malah mengafirkan yang sudah Islam," kata Syukron.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)