medcom.id, Jakarta: Pendidikan dan pelatihan (Diklat) kader bela negara periode akhir Juli 2016 resmi ditutup. Diklat bela negara ini diikuti organisasi masyarakat Barisan Patriot Bela Negara yang terdiri berasal dari tukang ojek dan pedagang kaki lima.
"Ini ormas yang pertama ikut," kata Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin kepada wartawan di Pusat Pelatihan Diklat Bela Negara, di Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2016).
Hartind mengatakan, animo masyarakat untuk mengikuti Diklat ini sangat tinggi. Namun pihaknya hanya bisa menerima 216 orang anggota.
"Mereka datang dari semua provinsi di Indonesia. Di antaranya Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan DKI Jakarta," katanya.
Hartind mengklaim peserta sangat antusias dengan materi yang diajarkan. Baik teori maupun praktik. Terdiri dari tiga bidang studi dasar, inti dan pendukung.
"Mereka berasal dari tukang ojek, pedagang kaki lima. Ini rakyat jelata semua. Akar rumput. Tapi mereka punya pekerjaan. Tukang parkir dan seterusnya," katanya.
Hartind memberikan amanat kepada peserta Diklat agar menggunakan seluruh pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan.
"Mengingat kehidupan sehari-hari saudara dalam bermasyarakat, tentunya akan dihadapkan pada berbagai macam situasi dan kondisi yang senantiasa berkembang. Saudara harus dapat menumbuhkembangkan atas apa yang telah saudara terima," kata Hartind.
Hartind mengimbau peserta menjadi teladan yang baik di tengah kehidupan masyarakatnya. Minimal, kata Hartind, ada rasa malu melakukan perbuatan tercela atau merugikan orang lain.
"Kami semua menaruh harapan besar kepada saudara-saudara untuk melakukan hal-hal yang positif. Mulailah dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan organisasi, sampai dengan lingkungan masyarakat. Hal tersebut harus menjadi prinsip hidup bersama, di manapun saudara berada," ujar Hartind.
Diklat ini telah berlangsung sejak 28 hingga 31 Juli. Sejumlah keterampilan didemonstrasikan dalam upacara penutupan itu. Di antaranya peragaan budaya, bongkar-pasang senjata tanpa melihat dan pelajaran baris-berbaris.
medcom.id, Jakarta: Pendidikan dan pelatihan (Diklat) kader bela negara periode akhir Juli 2016 resmi ditutup. Diklat bela negara ini diikuti organisasi masyarakat Barisan Patriot Bela Negara yang terdiri berasal dari tukang ojek dan pedagang kaki lima.
"Ini ormas yang pertama ikut," kata Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin kepada wartawan di Pusat Pelatihan Diklat Bela Negara, di Rumpin, Bogor, Jawa Barat, Minggu (31/7/2016).
Hartind mengatakan, animo masyarakat untuk mengikuti Diklat ini sangat tinggi. Namun pihaknya hanya bisa menerima 216 orang anggota.
"Mereka datang dari semua provinsi di Indonesia. Di antaranya Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten dan DKI Jakarta," katanya.
Hartind mengklaim peserta sangat antusias dengan materi yang diajarkan. Baik teori maupun praktik. Terdiri dari tiga bidang studi dasar, inti dan pendukung.
"Mereka berasal dari tukang ojek, pedagang kaki lima. Ini rakyat jelata semua. Akar rumput. Tapi mereka punya pekerjaan. Tukang parkir dan seterusnya," katanya.
Hartind memberikan amanat kepada peserta Diklat agar menggunakan seluruh pengetahuan dan keterampilan yang telah didapatkan.
"Mengingat kehidupan sehari-hari saudara dalam bermasyarakat, tentunya akan dihadapkan pada berbagai macam situasi dan kondisi yang senantiasa berkembang. Saudara harus dapat menumbuhkembangkan atas apa yang telah saudara terima," kata Hartind.
Hartind mengimbau peserta menjadi teladan yang baik di tengah kehidupan masyarakatnya. Minimal, kata Hartind, ada rasa malu melakukan perbuatan tercela atau merugikan orang lain.
"Kami semua menaruh harapan besar kepada saudara-saudara untuk melakukan hal-hal yang positif. Mulailah dari diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan organisasi, sampai dengan lingkungan masyarakat. Hal tersebut harus menjadi prinsip hidup bersama, di manapun saudara berada," ujar Hartind.
Diklat ini telah berlangsung sejak 28 hingga 31 Juli. Sejumlah keterampilan didemonstrasikan dalam upacara penutupan itu. Di antaranya peragaan budaya, bongkar-pasang senjata tanpa melihat dan pelajaran baris-berbaris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)