Durotul Yatimah (tengah)/mch2014.
Durotul Yatimah (tengah)/mch2014.

​Tenaga Musiman Haji ini Bakal Gondol Gelar Doktor

09 September 2014 15:34
medcom.id, Jeddah: Biasa dipanggil Yati. Pemilik nama Durotul Yatimah itu merupakan satu-satunya wanita dalam rombongan mahasiswa asal Maroko yang dikontrak sebagai tenaga musiman (temus) oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia di Arab Saudi. 
 
Tubuh Yati mungil. Tapi di antara para temus, pendidikan dia paling tinggi. Ia tercatat sebagai mahasiswa S3 (program doktor) di Universitas Darul Hadist Hasaniyah, Maroko, di jurusan studi Islam. Ia merampungkan S2 di universitas yang sama. 
 
Pendidikan strata satu ia tempuh di Universitas Al Azhar, Mesir. Sembilan tahun ia mengejar ilmu di negeri orang, lima tahun di Mesir dan empat tahun di Maroko. Wanita lajang berusia 29 tahun ini baru pertama kali menjadi temus. 

Yati tiba di Arab Saudi, Minggu (7/9/2014) lalu. Ia akan diperbantukan sebagai tenaga tata usaha di Makkah. Sebagai temus ia mendapat honor Rp825 ribu per hari, sebelum dipotong pajak 15 persen. 
 
Kok tertarik menjadi temus? 
 
Yati menuturkan, motivasi menjadi temus semata-mata ingin membantu jamaah calon haji. Ia pernah berhaji beberapa tahun lalu bersama mahasiswa-mahasiswa Indonesia lain yang bermukim di negara-negara sekitar Arab Saudi.
 
"Saya termotivasi setelah melihat banyaknya jamaah Indonesia yang berhaji. Dan tentu saja (mereka) membutuhkan orang yang bisa mengomunikasikan berbagai kebutuhan, dan perlu teman-teman dari mahasiswa yang bisa berbahasa Arab sehingga memudahkan untuk menjalankan haji," kata Yati sebelum berumroh di Kantor Urusan Teknis Haji, Jeddah, Selasa (9/9/2014).
 
Yati adalah anak tunggal pasangan Muhaimin dan Mulyasaroh dari Betoyo Kauman, Kecamatan Manyar, Gresik, Jawa Timur. Gadis hitam manis ini mahir aneka bahasa. Selain bahasa Arab, ia juga fasih berbahasa Prancis, Inggris dan dialek khusus campuran Arab-Maroko.
 
Bahasa itu ia pelajari sejak merantau setelah lulus SMA pada 2003. Ia mengaku kaget saat pertama kali menjejakkan kaki di Mesir karena perbedaan budaya. Tetapi lama-lama ia kerasan bermukim di jazirah Arab. Bahkan melanjutkan sekolah di Maroko.
 
“Saya senang di Maroko, banyak mahasiswa Indonesia yang sekolah di sana. Ada sekitar 80 orang," kata wanita yang punya hobbi travelling dan menulis ini.
 
Yati menuturkan, sekolah dan tinggal di negara Timur Tengah menggemblengnya untuk menghargai perbedaan. "Di sini belajar agama untuk bisa lebih tenggang rasa dengan orang-orang yang berbeda bangsa," kata Yati.
 
Setelah menyelesaikan studi doktor Yati berniat kembali ke Tanah Air. "Saya ingin bekerja sesuai bidang saya. Maunya sih, insya Allah mengajar sesuai keahliah saya, ilmu fiqih," kata Yati. (mch2014)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DOR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan