Ilustrasi katering haji (Foto:MI/Dika Kardi)
Ilustrasi katering haji (Foto:MI/Dika Kardi)

Katering Haji di Bandara Berkejaran dengan Waktu

19 September 2014 10:41
medcom.id, Jeddah: Kesibukan tidak hanya melanda petugas penyambut jemaah calon haji Indonesia di Plaza Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Di sudut lain bandara, 60 petugas katering bergantian berjibaku di dapur berukuran 10x4 meter persegi. Mereka berkejaran dengan waktu kedatangan pesawat untuk menyediakan makanan bagi ribuan jemaah calon haji Indonesia yang baru tiba di tanah suci.
 
Saat kedatangan jemaah gelombang pertama antara 1-14 September, dua perusahaan katering yang ditunjuk pemerintah, Muassasah Said Salim Bawazier dan Muasassah Mujahid Nabil Sholeh Mahjub, menyediakan sekitar 3.000-3500 box nasi. Namun, saat hari-hari puncak kedatangan seperti gelombang kedua, mereka harus menyediakan box nasi sebanyak dua kali lipatnya. Sebab, untuk gelombang kedua (15-28 September), semua jemaah dari tanah air mendarat di Jeddah. Jumlahnya bisa mencapai 6.000-7.000 orang sehari.
 
Mereka diangkut dalam 12-15 kelompok terbang per hari. Jarak kedatangan satu kloter dengan kloter lainnya saat gelombang dua kian pendek, sehingga mereka harus selalu siap menyajikan makanan segar bagi jemaah sebelum para calon haji ini naik ke dalam bus yang mengangkutnya ke Mekah.

Seluruh makanan untuk jemaah yang terdiri dari ayam goreng tepung, sayur dan teri kacang, dimasak di dapur yang disediakan pihak bandara. Syarat memasak di bandara cukup ketat, tidak boleh menggunakan gas. Seluruh alat masak di dapur basah bandara yang luasnya 4x4 meter persegi, menggunakan energi listrik agar lebih terkontrol. Tidak ada yang memakai gas untuk menghindari kebakaran dan sebagainya.
 
"Di sini semua fasilitas sudah disediakan. Sewa juga sudah termasuk bahan bakar," kata pengelola katering dari Muasassah Said Salim Bawazier, Muchtamil saat wartawan berkunjung ke dapur katering bandara, Kamis (18/9/2014).
 
Untuk chef, kata pria yang lahir di Gombong, Jawa tengah ini, semuanya direkrut dari Indonesia. Muasassah Salim Said Bawazier mempekerjakan 60 orang dari tanah air yang dibagi dalam dua shift. "Sekarang ini peak (puncak)-nya, satu hari kami melayani belasan kloter yang kadang datang bersamaan," kata dia.
 
Memasak untuk seribu calon haji, sampai mengemasnya, biasanya membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Makanan itu pun tidak serta merta langsung diberikan kepada jemaah. Tapi, harus dicek terlebih dahulu oleh tim pengawas katering untuk memastikan kelayakan dan kandungan gizi makanan yang disajikan.
 
Pengawas katering dari Panitia Penyelenggara Haji Indonesia Daerah Kerja Jeddah, Dony Riyadi, biasanya langsung mengawasi pengolahan masakan di dapur bandara. Mulai dari cara mereka mencuci, mengolah sayur, memasak nasi dan lauk-pauk.
 
Dony yang khusus direkrut dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ini menuturkan, tugas dan fungsinya memang memeriksa dan mengawasi kualitas dan kuantitas konsumsi untuk jemaah sesuai kesepakatan dalam kontrak. Untuk menjamin kandungan gizi jemaah, sebelum dibagikan, ia akan mengambil sampel secara aktif.
 
Pertama yang dilakukan adalah menimbang berat box makanan itu. Ukurannya, harus pas 400 gram. "Kalau kurang biasanya nasinya yang sedikit. Kita akan minta pihak katering menyesuaikan berat makanan," kata dia.
 
Setelah itu, Dony akan mengecek suhu makanan. Pertama yang dilakukan adalah meraba box makanan, apakah cukup hangat atau tidak. Suhu box, harus 70 derajat celcius agar makanan layak dikonsumsi paling lama dua jam setelah dibagikan kepada jemaah. Kemudian, ia akan membuka tutup box dan memeriksa satu per satu suhu masakan yang disajikan, mulai dari nasi, ayam, teri dan sayur. Masing-masing ditembak dengan alat khusus pengecek suhu. Suhu semua makanan minimal harus di atas 40 derajat celcius.
 
"Kurang dari itu akan kami anggap tidak layak, dan harus diganti," kata Dony.
 
Tidak hanya mengecek suhu, masing-masing makanan juga dicicipi, apakah nasinya cukup pas untuk dimakan jemaah yang sudah sepuh, apakah ayamnya tidak mengeluarkan jus seperti darah, terinya 'melawan' atau tidak, dan sayur dimasak dengan pas atau tidak.
 
Tidak hanya Dony, petugas sanitasi dan surveillance dari tim kesehatan juga akan melakukan pemeriksaan kandungan gizi. Juga kebersihan makanan yang disajikan, termasuk dapur katering. Setelah dianggap layak konsumsi, box sampel akan diberi tanggal pengecekan. Kemudian barulah makanan dibagikan ke bus-bus yang akan membawa jemaah menuju Madinah (gelombang satu) atau Mekah (gelombang kedua).
 
"Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, kita juga akan menyimpan satu box untuk sampel selama sehari. Jadi kalau terjadi sesuatu dengan jemaah, kita akan cek dari box yang kita simpan. Di situ kita akan catat kloter, jam berapa dan sebagainya. Ini demi keamanan jemaah," kata Dony.
 
Sesuai isi kontrak, Muasasah Said Salim Bawazier, menyediakan konsumsi jemaah haji di bandara dengan estimasi 165.517 box. Pelayanan diberikan saat kedatangan mulai 1 September hingga 28 September.
 
Sementara Muasassah Mujahid Nabil Sholeh Mahjub, menyediakan konsumsi jemaan haji di bandara dengan estimasi sebanyak 55.272 box. Pelayanan diberikan selama 1-28 September. (mch2014).
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan