medcom.id, Padangpariaman: Jemaah Tarekat Syattariyah di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, baru merayakan Iduladha 1437 Hijriah, pada Rabu 14 September 2016.
Imam jemaah Syattariyah Kabupaten Padangpariaman, Tuanku Bandaro Ikrar Muslimin, mengatakan penyelenggaraan salat Iduladha akan dipusatkan di Mesjid Agung Syekh Burhanuddin, Ulakan Tapakis, Kabupaten Padangpariaman.
Menurutnya, pelaksanaan salat ini serentak dilaksanakan di sejumlah daerah di Pariaman, yakni di Sungai Sarik, Ulakan Tapakis, Ketaping dan Pauah Kamba.
"Ada sekitar 3.000 orang yang merayakan Iduladha se- Kabupaten Padangpariaman besok," lata Ikrar, Selasa (13/9/2016).
Ia menjelaskan penentuan tanggal perayaan Iduladha berdasarkan perhitungan bulan atau Hisab Taqwim dan penanggalan Hijriah.
"Jatuh besok karena bertepatan dengan 100 hari setelah perayaan Idulfitri lalu. Jadwal kita memang berbeda dengan aliran lain, sesuai dengan perhitungan bulan dan 100 hari setelah Idulfitri," kata dia.
Dalam pelaksanaan ibadah Iduladha, katanya, tidak ada yang berbeda. Hanya, dalam khotbah digunakan bahasa Arab. Menurutnya, hal ini sudah menjadi tradisi dari masa Rasulullah dan Syekh Burhanuddin, khalifah mereka.
"Memang jemaah tidak banyak yang mengerti bahasa Arab, namun seiring dengan pengajaran agama yang diberikan, jemaah bisa memahami intisari khotbah," ujarnya.
medcom.id, Padangpariaman: Jemaah Tarekat Syattariyah di Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, baru merayakan Iduladha 1437 Hijriah, pada Rabu 14 September 2016.
Imam jemaah Syattariyah Kabupaten Padangpariaman, Tuanku Bandaro Ikrar Muslimin, mengatakan penyelenggaraan salat Iduladha akan dipusatkan di Mesjid Agung Syekh Burhanuddin, Ulakan Tapakis, Kabupaten Padangpariaman.
Menurutnya, pelaksanaan salat ini serentak dilaksanakan di sejumlah daerah di Pariaman, yakni di Sungai Sarik, Ulakan Tapakis, Ketaping dan Pauah Kamba.
"Ada sekitar 3.000 orang yang merayakan Iduladha se- Kabupaten Padangpariaman besok," lata Ikrar, Selasa (13/9/2016).
Ia menjelaskan penentuan tanggal perayaan Iduladha berdasarkan perhitungan bulan atau Hisab Taqwim dan penanggalan Hijriah.
"Jatuh besok karena bertepatan dengan 100 hari setelah perayaan Idulfitri lalu. Jadwal kita memang berbeda dengan aliran lain, sesuai dengan perhitungan bulan dan 100 hari setelah Idulfitri," kata dia.
Dalam pelaksanaan ibadah Iduladha, katanya, tidak ada yang berbeda. Hanya, dalam khotbah digunakan bahasa Arab. Menurutnya, hal ini sudah menjadi tradisi dari masa Rasulullah dan Syekh Burhanuddin, khalifah mereka.
"Memang jemaah tidak banyak yang mengerti bahasa Arab, namun seiring dengan pengajaran agama yang diberikan, jemaah bisa memahami intisari khotbah," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
