medcom.id, Madinah: Di antara rumahku dan mimbarku, kata Rasulullah, ada satu Raudlah (taman) di antara taman-taman surga.
Sungguh beruntung kala seorang Muslim berkesempatan ziarah ke tempat penuh berkah ini. Di sekitar taman yang digambarkan Rasul, di sana pulalah kekasih Allah itu kini bersemayam bersama kedua sahabat setianya, Abu Bakar as-Shidiq dan Umar ibn Khattab. Ketiga makam orang-orang mulia itu terletak di sudut tenggara dari sebuah masjid kedua yang dibangun Rasulullah, Nabawi.
Keberadaan Raudlah ditandai sejumlah tiang berwarna keemasan. Karpet hijau yang menghamparkan motif bunga menambah pesona dan keindahan. Taman surga di Nabawi ini tak begitu luas, hanya membentang sepanjang 22 meter dengan lebar dari sisi utara ke selatan 15 meter. Namun jumlah jemaah haji yang ingin menjumpainya, begitu banyak tak berbanding.
Mereka yang berdesakan bukan tanpa tujuan. Menyampaikan kerinduan luar biasa kepada Sang Rasul telah begitu mendalam. Jemaah haji akan tampak begitu khusyuk melaksanakan salat dan berzikir ketika telah berada di dekatnya. Raudlah pula, tempat yang dijanjikan Nabi atas terkabulnya doa-doa.
Raudlah menjadi pesona bagi Muslim dari segala penjuru dunia yang berhaji. Mereka rela antre dan berdesakan berjam-jam, bergantian, diiringi gemuruh derap kaki setiap kali penutup utama ke arahnya dibuka beberapa askar (petugas keamanan).
Saat saya ke sana, antrean jemaah menuju Raudlah sudah memanjang sejak akhir salat Subuh. Meski berdesakan, tak akan ada keluhan terlebih makian. Di antara para pecinta Rasul yang berjejalan itu hanya akan terdengar lantunan selawat, pekik zikir atau puji-pujian tentang ke-Esaan Allah SWT.
Nur Dhian Santoso berpose di dekat Raudlah
Untuk bisa sampai di dekat Raudlah, seorang haji harus rela mengantre paling tidak dua jam. Dengan sedikit berlari kecil, jemaah berebut barisan. Dibantu para askar, ketidak-teraturan yang sesekali tampak bisa ditertibkan.
Dengan penuh perjuangan, badan pun tiba di taman surga itu. Ada getar, ada tangis yang sudah tak lagi tertahan. Begitu syadunya bersujud di tempat yang telah lama diimpikan ini. Tak akan dibuang kesempatan sia-sia, saya segera menunaikan salat, berdoa, juga mensyukuri segenap nikmat yang telah diberikan Tuhan di sepanjang hidup.
"Assalamualaik, Ya Rasulullah." Andai saja kami boleh lebih berlama lagi di tempat penuh berkahmu ini, niscaya tak akan ada Muslim yang beranjak.
Askar kembali mendatangi. Jemaah hanya diberikan kesempatan sekira 20 menit untuk hanyut dalam doa-doa. Setelahnya, kami diminta bergeser, bergantian dan menyilakan gelombang jemaah berikutnya.
Begitu memesonanya taman surga. Sehingga dalam simpuh terakhir orang-orang yang bermunajat di dalamnya, niscaya akan terdengar doa yang sama, "Tuhan, izinkan kami untuk bisa kembali mengunjungi kekasihMU, Muhammad Rasulullah..."
medcom.id, Madinah: Di antara rumahku dan mimbarku, kata Rasulullah, ada satu
Raudlah (taman) di antara taman-taman surga.
Sungguh beruntung kala seorang Muslim berkesempatan ziarah ke tempat penuh berkah ini. Di sekitar taman yang digambarkan Rasul, di sana pulalah kekasih Allah itu kini bersemayam bersama kedua sahabat setianya, Abu Bakar as-Shidiq dan Umar ibn Khattab. Ketiga makam orang-orang mulia itu terletak di sudut tenggara dari sebuah masjid kedua yang dibangun Rasulullah, Nabawi.
Keberadaan
Raudlah ditandai sejumlah tiang berwarna keemasan. Karpet hijau yang menghamparkan motif bunga menambah pesona dan keindahan. Taman surga di Nabawi ini tak begitu luas, hanya membentang sepanjang 22 meter dengan lebar dari sisi utara ke selatan 15 meter. Namun jumlah jemaah haji yang ingin menjumpainya, begitu banyak tak berbanding.
Mereka yang berdesakan bukan tanpa tujuan. Menyampaikan kerinduan luar biasa kepada Sang Rasul telah begitu mendalam. Jemaah haji akan tampak begitu khusyuk melaksanakan salat dan berzikir ketika telah berada di dekatnya.
Raudlah pula, tempat yang dijanjikan Nabi atas terkabulnya doa-doa.
Raudlah menjadi pesona bagi Muslim dari segala penjuru dunia yang berhaji. Mereka rela antre dan berdesakan berjam-jam, bergantian, diiringi gemuruh derap kaki setiap kali penutup utama ke arahnya dibuka beberapa
askar (petugas keamanan).
Saat saya ke sana, antrean jemaah menuju
Raudlah sudah memanjang sejak akhir salat Subuh. Meski berdesakan, tak akan ada keluhan terlebih makian. Di antara para pecinta Rasul yang berjejalan itu hanya akan terdengar lantunan selawat, pekik zikir atau puji-pujian tentang ke-Esaan Allah SWT.
Nur Dhian Santoso berpose di dekat Raudlah
Untuk bisa sampai di dekat
Raudlah, seorang haji harus rela mengantre paling tidak dua jam. Dengan sedikit berlari kecil, jemaah berebut barisan. Dibantu para
askar, ketidak-teraturan yang sesekali tampak bisa ditertibkan.
Dengan penuh perjuangan, badan pun tiba di taman surga itu. Ada getar, ada tangis yang sudah tak lagi tertahan. Begitu syadunya bersujud di tempat yang telah lama diimpikan ini. Tak akan dibuang kesempatan sia-sia, saya segera menunaikan salat, berdoa, juga mensyukuri segenap nikmat yang telah diberikan Tuhan di sepanjang hidup.
"Assalamualaik, Ya Rasulullah." Andai saja kami boleh lebih berlama lagi di tempat penuh berkahmu ini, niscaya tak akan ada Muslim yang beranjak.
Askar kembali mendatangi. Jemaah hanya diberikan kesempatan sekira 20 menit untuk hanyut dalam doa-doa. Setelahnya, kami diminta bergeser, bergantian dan menyilakan gelombang jemaah berikutnya.
Begitu memesonanya taman surga. Sehingga dalam simpuh terakhir orang-orang yang bermunajat di dalamnya, niscaya akan terdengar doa yang sama, "Tuhan, izinkan kami untuk bisa kembali mengunjungi kekasihMU, Muhammad Rasulullah..."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SBH)