medcom.id, Jambi: Indonesia punya banyak seni budaya yang berbeda di setiap daerah. Hal ini memperkaya budaya bangsa dan menjadi simbol Bhinneka Tunggal Ika.
Hal tersebut dikatakan oleh Anggota MPR RI M Syukur saat menghadiri Pagelaran Seni Kuda Lumping dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar, di Lapangan Desa Meranti, Kecamatan Renah Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi, Sabtu 7 Oktober 2017 malam.
"Perbedaan (seni budaya) ini melahirkan kebersamaan mewujudkan Indonesia Satu. Berbeda beda tapi tetap satu Merangin tumbuh dengan rasa Kebhinnekaan, tumbuh rasa kebersamaan tanpa membedakan suku dan agama," ucap M. Syukur dalam keterangan persnya.
Di kecamatan Pamenang ini, lanjut Syukur, banyak keturunan Jawa. Tapi ini bicara soal Merangin. Siapapun di sini adalah orang Merangin, yang berbeda hanya keturunannya. "Tapi semangat, rasa kebersamaan, dan rasa persatuan semakin terwujud sebagai anak bangsa," tuturnya.
Selain itu, kata Syukur, acara pagelaran seni ini juga berdampak pada ekonomi kreatif di Pamenang. Menurutnya, dari beragam suku dan budaya di Merangin tetap satu Indonesia. Ia berharap semoga ke depan masyarakat Merangin akan tumbuh menjadi dewasa dan matang, seiring dengan pembangunan yang berkembang.
Turut hadir pada pagelaran tersebut Akhmad Muqowwam, anggota MPR dari Kelompok DPD yang juga Ketua Pansus Undang-undang Desa DPD. Ia mengatakan, setelah reformasi MPR mendapatkan banyak tuntutan agar melakukan tugas konstitusi dalam sosialisasi Empat Pilar.
"Kuda lumping adalah bentuk refleksi, ekspresi dan jiwa yang diungkapkan masyarakat, selain ragam budaya lain seperti, reog, jaipong, atau wayang kulit," ujar Akhmad.
Siti Fauziah, Kepala Biro Humas MPR yang turut hadir mengatakan, MPR menggelar acara pagelaran seni ini dalam rangka melakukan sosialisasi Empat Pilar yang mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika dan merupakan perwujudan NKRI, dari beragamnya penampilan budaya.
Menurut Siti, ini merupakan langkah konkret MPR untuk mengangkat dan melestarikan kesenian yang digemari masyarakat dan banyak generasi muda yang tidak mengetahuinya.
"Ini merupakan bagian dari melestarikan kebudayaan daerah. Selain dalam bentuk pentas budaya MPR juga melaksanakan sosialisasi dengan berbagai metode yaitu : TOT, FGD, Seminar, Lomba Cerdas Cermat, Empat Pilar, , kemah 4 Pilar, Bela Negara dan lainnya sebagai agenda tetap."
Dalam pagelaran seni kuda lumping yang baru digelar pertama kalinya, dari empat kecamatan di Merangin, tampil 25 kelompok seni yang menampilkan kuda lumping, reog dan jaipong. Di Merangin sendiri ada 24 kecamatan.
Kesenian tradisional kuda lumping di Merangin ini cukup pesat. Kesenian ini kerap tampil dalam acara pernikahan, khitanan dan acara besar lainnya.
Kuda lumping, reog dan jaipong dibawa oleh para transmigrasi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang sudah bermukim sejak tahun 1980 untuk menjadi petani karet dan kelapa sawit. Kesenian ini tetap dipertahankan, meski mereka sudah merantau ke Jambi.
medcom.id, Jambi: Indonesia punya banyak seni budaya yang berbeda di setiap daerah. Hal ini memperkaya budaya bangsa dan menjadi simbol Bhinneka Tunggal Ika.
Hal tersebut dikatakan oleh Anggota MPR RI M Syukur saat menghadiri Pagelaran Seni Kuda Lumping dalam rangka Sosialisasi Empat Pilar, di Lapangan Desa Meranti, Kecamatan Renah Pamenang, Kabupaten Merangin, Jambi, Sabtu 7 Oktober 2017 malam.
"Perbedaan (seni budaya) ini melahirkan kebersamaan mewujudkan Indonesia Satu. Berbeda beda tapi tetap satu Merangin tumbuh dengan rasa Kebhinnekaan, tumbuh rasa kebersamaan tanpa membedakan suku dan agama," ucap M. Syukur dalam keterangan persnya.
Di kecamatan Pamenang ini, lanjut Syukur, banyak keturunan Jawa. Tapi ini bicara soal Merangin. Siapapun di sini adalah orang Merangin, yang berbeda hanya keturunannya. "Tapi semangat, rasa kebersamaan, dan rasa persatuan semakin terwujud sebagai anak bangsa," tuturnya.
Selain itu, kata Syukur, acara pagelaran seni ini juga berdampak pada ekonomi kreatif di Pamenang. Menurutnya, dari beragam suku dan budaya di Merangin tetap satu Indonesia. Ia berharap semoga ke depan masyarakat Merangin akan tumbuh menjadi dewasa dan matang, seiring dengan pembangunan yang berkembang.
Turut hadir pada pagelaran tersebut Akhmad Muqowwam, anggota MPR dari Kelompok DPD yang juga Ketua Pansus Undang-undang Desa DPD. Ia mengatakan, setelah reformasi MPR mendapatkan banyak tuntutan agar melakukan tugas konstitusi dalam sosialisasi Empat Pilar.
"Kuda lumping adalah bentuk refleksi, ekspresi dan jiwa yang diungkapkan masyarakat, selain ragam budaya lain seperti, reog, jaipong, atau wayang kulit," ujar Akhmad.
Siti Fauziah, Kepala Biro Humas MPR yang turut hadir mengatakan, MPR menggelar acara pagelaran seni ini dalam rangka melakukan sosialisasi Empat Pilar yang mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika dan merupakan perwujudan NKRI, dari beragamnya penampilan budaya.
Menurut Siti, ini merupakan langkah konkret MPR untuk mengangkat dan melestarikan kesenian yang digemari masyarakat dan banyak generasi muda yang tidak mengetahuinya.
"Ini merupakan bagian dari melestarikan kebudayaan daerah. Selain dalam bentuk pentas budaya MPR juga melaksanakan sosialisasi dengan berbagai metode yaitu : TOT, FGD, Seminar, Lomba Cerdas Cermat, Empat Pilar, , kemah 4 Pilar, Bela Negara dan lainnya sebagai agenda tetap."
Dalam pagelaran seni kuda lumping yang baru digelar pertama kalinya, dari empat kecamatan di Merangin, tampil 25 kelompok seni yang menampilkan kuda lumping, reog dan jaipong. Di Merangin sendiri ada 24 kecamatan.
Kesenian tradisional kuda lumping di Merangin ini cukup pesat. Kesenian ini kerap tampil dalam acara pernikahan, khitanan dan acara besar lainnya.
Kuda lumping, reog dan jaipong dibawa oleh para transmigrasi dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat yang sudah bermukim sejak tahun 1980 untuk menjadi petani karet dan kelapa sawit. Kesenian ini tetap dipertahankan, meski mereka sudah merantau ke Jambi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)