Banjarmasin: Belasan orang penambang emas (pendulangan) di Desa Desa Buluh Kuning (Gunung Kukura), Kecamatan Sei Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, tertimbun longsor. Cuaca buruk masih terus mengancam wilayah Kalsel.
Melansir mediaindonesia.com, peristiwa longsor terjadi Senin malam, 26 September 2022, menimpa perkampungan para pendulang emas yang berlokasi di kawasan hutan terpencil di Kotabaru.
"Tim SAR, BPBD, dan instansi terkait lainnya telah turun ke lapangan. Lokasi longsor sulit dijangkau," ungkap Kepala Seksi SAR, Badan SAR Nasional Banjarmasin, Amri Zuna Kurniawan, Selasa , 27 September 2022.
Data sementara dari BPBD Kotabaru tercatat ada 15 orang tertimbun longsor. Sebanyak tujuh orang berhasil dievakuasi, dengan lima orang di antaranya meninggal dunia dan dua orang harus dirawat di puskesmas terdekat.
"Ada delapan orang yang belum ditemukan. Longsor juga menyebabkan sejumlah rumah atau kamp rusak dan hancur," tambahnya.
Lokasi kejadian longsor tidak bisa dijangkau dengan mobil, tetapi harus dengan kendaraan trail 2-3 jam dari desa terdekat. Akses tercepat juga harus ditempuh dengan kapal penyeberangan dari Kotabaru.
Hingga kini cuaca buruk terus melanda sejumlah wilayah Kalsel.
Sebelumnya Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin Sidharta Adyatma, mengatakan dari waktu ke waktu intensitas bencana terutama banjir dan longsor semakin tinggi. Hal ini disebabkan kondisi daya dukung lingkungan yang terus merosot.
"Meski hujan hanya sebentar sejumlah wilayah di Kalsel mengalami banjir dan longsor," ungkapnya.
Eksploitasi sumber daya alam terutama tambang baik tambang batubara maupun mineral lain (galian c) di kawasan hulu dan Pegunungan Meratus, ditambah alih fungsi hutan untuk berbagai kepentingan baik pertanian dan perkebunan telah menjadi pemicu penurunan daya dukung lingkungan.
"Permasalahan ini kompleks karena itu perlu komitmen bersama lintas kabupaten juga lintas provinsi karena terkait penanganan kerusakan DAS di wilayah Kalsel dan Kalteng," tambah Sidharta.
Kegiatan penghijauan atau rehabilitasi kerusakan hutan dan lahan sejauh ini belum menunjukkan sebuah keberhasilan yang berarti. Jika tidak ada upaya masif terkait penghijauan dan penghentian alih fungsi hutan maupun penataan sektor tambang maka dipastikan bencana akan selalu menghantui wilayah Kalsel.
Banjarmasin: Belasan orang penambang emas (pendulangan) di Desa Desa Buluh Kuning (Gunung Kukura), Kecamatan Sei Durian, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan,
tertimbun longsor. Cuaca buruk masih terus mengancam wilayah Kalsel.
Melansir
mediaindonesia.com, peristiwa longsor terjadi Senin malam, 26 September 2022, menimpa perkampungan para pendulang emas yang berlokasi di kawasan hutan terpencil di Kotabaru.
"Tim SAR, BPBD, dan instansi terkait lainnya telah turun ke lapangan. Lokasi longsor sulit dijangkau," ungkap Kepala Seksi SAR,
Badan SAR Nasional Banjarmasin, Amri Zuna Kurniawan, Selasa , 27 September 2022.
Data sementara dari BPBD Kotabaru tercatat ada 15 orang tertimbun longsor. Sebanyak tujuh orang berhasil dievakuasi, dengan lima orang di antaranya meninggal dunia dan dua orang harus dirawat di puskesmas terdekat.
"Ada delapan orang yang belum ditemukan. Longsor juga menyebabkan sejumlah rumah atau kamp rusak dan hancur," tambahnya.
Lokasi kejadian longsor tidak bisa dijangkau dengan mobil, tetapi harus dengan kendaraan trail 2-3 jam dari desa terdekat. Akses tercepat juga harus ditempuh dengan kapal penyeberangan dari Kotabaru.
Hingga kini cuaca buruk terus melanda sejumlah wilayah Kalsel.
Sebelumnya Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin Sidharta Adyatma, mengatakan dari
waktu ke waktu intensitas bencana terutama banjir dan longsor semakin tinggi. Hal ini disebabkan kondisi daya dukung lingkungan yang terus merosot.
"Meski hujan hanya sebentar sejumlah wilayah di Kalsel mengalami banjir dan longsor," ungkapnya.
Eksploitasi sumber daya alam terutama tambang baik tambang batubara maupun mineral lain (galian c) di kawasan hulu dan Pegunungan Meratus, ditambah alih fungsi hutan untuk berbagai kepentingan baik pertanian dan perkebunan telah menjadi pemicu penurunan daya dukung lingkungan.
"Permasalahan ini kompleks karena itu perlu komitmen bersama lintas kabupaten juga lintas provinsi karena terkait penanganan kerusakan DAS di wilayah Kalsel dan Kalteng," tambah Sidharta.
Kegiatan penghijauan atau rehabilitasi kerusakan hutan dan lahan sejauh ini belum menunjukkan sebuah keberhasilan yang berarti. Jika tidak ada upaya masif terkait penghijauan dan penghentian alih fungsi hutan maupun penataan sektor tambang maka dipastikan bencana akan selalu menghantui wilayah Kalsel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)