Banda Aceh: Dua ponsel jurnalis yang sedang meliput demo menolak kenaikan harga BBM di depan Gedung DPR Aceh, dirusak oknum polisi berpakaian preman. Kedua jurnalis yang menjadi korban tersebut ialah Indra Wijaya dari media Serambi Indonesia dan Rezi jurnalis Nukilan.
Indra Wijaya saat itu sedang merekam aksi polisi yang menyeret mahasiswa saat demo berlangsung ricuh. Kemudian oknum polisi yang berpakaian preman memukul ponsel Indra hingga layarnya pecah.
"Saya sudah bilang saya wartawan, saya juga lengkap pakai id card, tapi hp saya tetap dipukul hingga layarnya pecah," kata Indra, Jumat, 9 September 2022.
Hal yang sama juga terjadi pada Rezi, ponsel miliknya dirampas saat memfoto aksi kekerasan yang dilakukan polisi ke massa. Lalu, ponsel miliknya di buang ke pinggir jalan.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh Juli Amin mengatakan, tindakan oknum polisi yang merusak alat kerja jurnalis saat bekerja, sama dengan melanggar UU Pers nomor 40 Tahun 1999.
Untuk itu ia mendesak Kapolda Aceh untuk mengusut dan menindak anggotanya yang telah merusak alat kerja jurnalis saat melakukan peliputan demo kenaikan harga BBM di DPR Aceh.
“Kita minta Kapolda Aceh dan jajarannya untuk menindak tegas anggotanya yang telah merusak alat kerja jurnalis saat melaksanakan tugas jurnalistiknya,” ujar Juli Amin.
Baca: Wartawan di Pasuruan Dikirim Paket Minuman Beracun, Korban Kritis
Ia mengimbau semua pihak untuk memahami dan menghargai kerja jurnalistik yang merupakan perwujudan dari pemenuhan hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
Sebelumnya, kericuhan antara polisi dan massa berawal saat seribuan mahasiswa UIN Ar-Raniry ingin masuk ke dalam gedung DPR Aceh. Namun, di dalam pagar dijaga ketat oleh aparat kepolisian.
Lalu massa mencoba menerobos brikade pagar betis polisi dengan cara ingin merobohkan pagar gedung DPR Aceh. Massa yang tidak terima dihalangi untuk masuk, melempar polisi dengan botol air mineral dan batu.
Sehingga polisi menembakkan gas air mata dan water canon ke arah kerumunan massa. Polisi juga menangkap sejumlah mahasiswa yang terlibat dalam kericuhan itu.
Akibatnya kericuhan itu, lima polisi terluka akibat lemparan batu dan dua orang mahasiswa juga terluka dan saat ini di rawat di rumah sakit.
Banda Aceh: Dua ponsel
jurnalis yang sedang meliput demo menolak kenaikan harga
BBM di depan Gedung DPR Aceh, dirusak oknum polisi berpakaian preman. Kedua jurnalis yang menjadi korban tersebut ialah Indra Wijaya dari media Serambi Indonesia dan Rezi jurnalis Nukilan.
Indra Wijaya saat itu sedang merekam aksi polisi yang menyeret mahasiswa saat demo berlangsung ricuh. Kemudian oknum polisi yang berpakaian preman
memukul ponsel Indra hingga layarnya pecah.
"Saya sudah bilang saya wartawan, saya juga lengkap pakai id card, tapi hp saya tetap dipukul hingga layarnya pecah," kata Indra, Jumat, 9 September 2022.
Hal yang sama juga terjadi pada Rezi, ponsel miliknya dirampas saat memfoto aksi kekerasan yang dilakukan polisi ke massa. Lalu, ponsel miliknya di buang ke pinggir jalan.
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh Juli Amin mengatakan, tindakan oknum polisi yang merusak alat kerja jurnalis saat bekerja, sama dengan melanggar UU Pers nomor 40 Tahun 1999.
Untuk itu ia mendesak Kapolda Aceh untuk mengusut dan menindak anggotanya yang telah merusak alat kerja jurnalis saat melakukan peliputan demo kenaikan harga BBM di DPR Aceh.
“Kita minta Kapolda Aceh dan jajarannya untuk menindak tegas anggotanya yang telah merusak alat kerja jurnalis saat melaksanakan tugas jurnalistiknya,” ujar Juli Amin.
Baca:
Wartawan di Pasuruan Dikirim Paket Minuman Beracun, Korban Kritis
Ia mengimbau semua pihak untuk memahami dan menghargai kerja jurnalistik yang merupakan perwujudan dari pemenuhan hak masyarakat untuk memperoleh informasi.
Sebelumnya, kericuhan antara polisi dan massa berawal saat seribuan mahasiswa UIN Ar-Raniry ingin masuk ke dalam gedung DPR Aceh. Namun, di dalam pagar dijaga ketat oleh aparat kepolisian.
Lalu massa mencoba menerobos brikade pagar betis polisi dengan cara ingin merobohkan pagar gedung DPR Aceh. Massa yang tidak terima dihalangi untuk masuk, melempar polisi dengan botol air mineral dan batu.
Sehingga polisi menembakkan gas air mata dan water canon ke arah kerumunan massa. Polisi juga menangkap sejumlah mahasiswa yang terlibat dalam kericuhan itu.
Akibatnya kericuhan itu, lima polisi terluka akibat lemparan batu dan dua orang mahasiswa juga terluka dan saat ini di rawat di rumah sakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)