Yogyakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan kunjungan wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta sudah kembali pada era sebelum pandemi covid-19. Meskipun, secara angka belum bisa dipastikan kesamaannya.
"Pariwisata dan ekonomi kreatif jadi salah satu yang terhantam pandemi. Yogyakarta sudah kembali ke sebelum pandemi," kata Sandiaga, usai pertemuan dengan pengurus DPW PPP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di salah satu rumah makan di kawasan Jalan Gedongkuning Yogyakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.
Ia mengatakan kembalinya kondisi Yogyakarta sebelum pandemi ditunjukkan dengan ramainya berbagai destinasi wisata, termasuk saat akhir pekan. Ia mengatakan pengeluaran wisatawan juga mencapai Rp1 juta per orang.
Sandiaga mengungkapkan Yogyakarta memiliki destinasi desa wisata di setiap kabupaten/kota. Di Kabupaten Bantul, ia menyebut asa Desa Mangunan dan Hutan Pinus. Lalu, di Kulon Progo ada Desa Wisata Tinalah dan Kabupaten Gunungkidul ada Desa Wisata Nglanggeran.
"(Karakter) Jogja beda dengan Bali yang mengandalkan wisatawan mancanegara. Jogja banyak diakses wisatawan (pakai) jalur darat," katanya.
Menurut dia, eksistensi Yogyakarta International Airport (YIA) saat ini akan bisa membantu kontribusi kunjungan hingga 2 juta per tahun. Para wisatawan itu diharapkan juga turut mengunjungi desa wisata.
"Desa wisata ini memiliki nature and culture," kata dia.
Pemulihan sektor pariwisata juga diharapkan bisa turut membantu tumbuhnya perekonomian. Sebab, situasi ekonomi Indonesia kini sedang mengalami masalah.
"Ekonomi mengalami era turbulensi. Cabai, telur, naik. BBM diprediksi disesuaikan harganya karena harga minyak dunia naik terus," ungkapnya.
Sandiaga mengatakan pelaku ekonomi perlu terus berkembang dalam situasi ini, termasuk UMKM. Ia mengaku telah mendapat sejumlah masukan untuk ditindaklanjuti.
"Kami butuh masukan dan pandangan untuk menghadapi tantangan tantangan ke depan. Yakin apapun keputusan pemerintah sudah dihitung cermat demi melindungi ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang paling terdampak oleh gejolak harga pangan dan energi," ungkapnya.
Yogyakarta: Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan kunjungan wisata di
Daerah Istimewa Yogyakarta sudah kembali pada era sebelum pandemi covid-19. Meskipun, secara angka belum bisa dipastikan kesamaannya.
"Pariwisata dan ekonomi kreatif jadi salah satu yang terhantam pandemi. Yogyakarta sudah kembali ke sebelum pandemi," kata Sandiaga, usai pertemuan dengan pengurus DPW PPP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di salah satu rumah makan di kawasan
Jalan Gedongkuning Yogyakarta, Selasa, 30 Agustus 2022.
Ia mengatakan kembalinya kondisi Yogyakarta sebelum pandemi ditunjukkan dengan ramainya berbagai destinasi wisata, termasuk saat akhir pekan. Ia mengatakan pengeluaran wisatawan juga mencapai Rp1 juta per orang.
Sandiaga mengungkapkan Yogyakarta memiliki destinasi desa wisata di setiap kabupaten/kota. Di Kabupaten Bantul, ia menyebut asa Desa Mangunan dan Hutan Pinus. Lalu, di Kulon Progo ada Desa Wisata Tinalah dan Kabupaten Gunungkidul ada Desa Wisata Nglanggeran.
"(Karakter) Jogja beda dengan Bali yang mengandalkan wisatawan mancanegara. Jogja banyak diakses wisatawan (pakai) jalur darat," katanya.
Menurut dia, eksistensi Yogyakarta International Airport (YIA) saat ini akan bisa membantu kontribusi kunjungan hingga 2 juta per tahun. Para wisatawan itu diharapkan juga turut mengunjungi desa wisata.
"Desa wisata ini memiliki nature and culture," kata dia.
Pemulihan sektor pariwisata juga diharapkan bisa turut membantu tumbuhnya perekonomian. Sebab, situasi ekonomi Indonesia kini sedang mengalami masalah.
"Ekonomi mengalami era turbulensi. Cabai, telur, naik. BBM diprediksi disesuaikan harganya karena harga minyak dunia naik terus," ungkapnya.
Sandiaga mengatakan
pelaku ekonomi perlu terus berkembang dalam situasi ini, termasuk UMKM. Ia mengaku telah mendapat sejumlah masukan untuk ditindaklanjuti.
"Kami butuh masukan dan pandangan untuk menghadapi tantangan tantangan ke depan. Yakin apapun keputusan pemerintah sudah dihitung cermat demi melindungi ekonomi masyarakat menengah ke bawah yang paling terdampak oleh gejolak harga pangan dan energi," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)