Yogyakarta: Pedagang makanan hasil olahan daging kelelawar di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih jadi buruan. Padahal, daging hewan liar ini disebut menjadi salah satu diduga sumber virus korona yang mewabah di Wuhan, Tiongkok.
Seorang pedagang olahan daging kelelawar di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Sukarwanti mengatakan bahan baku ia dapatkan dari warga yang mencari di sekitar tebing pantai selatan Gunungkidul. Ia mengatakan, sebelum memasak, kelelawar telah dikuliti dan diolah hingga masak.
"Kelelawarnya berbagai ukuran. Kecil ada, besar juga ada," kata Sukarwanti yang berjualan di dekat Terminal Kecamatan Panggang, Kamis, 30 Januari 2020.
Ia mengatakan, harga olahan daging kelelawar yang dijual bervariasi. Mulai termurah Rp7 ribu per biji hingga Rp15 ribu per biji. Menurut dia, hampir setiap berjualan dagangannya habis.
"Kalau yang beli ada yang dari Magelang, Kota Jogja, Bantul. Kadang anak saya dititipi buat membawanya yang beli di Kota Jogja," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah alasan sejumlah pelanggan mengonsumsi olahan daging kelelawar. Beberapa di antaranya disebut bisa jadi obat, seperti asam urat, asma, dan diabetes.
Soal dugaan kelelawar jadi sumber virus korona, Sukarwanti mengaku tak begitu tahu. Sepengetahuannya, olahan daging hewan liar seperti kelelawar memang tidak baik dikonsumsi jika diolah tidak sampai masak.
"Di sini ngolahnya sampai masak. Sampai matang. Mungkin di sana tidak sampai matang," ujarnya.
Rekan seprofesi Sukarwanti, Pasiyem, juga mengandalkan ekonomi jadi berjualan olahan daging kelelawar. Ia berjualan dari olahan daging kelelawar hasil tangkapan anaknya.
"Tidak pasti jual berapa. Sedapatnya anak saya nangkap. Bisa 10 ekor sampai belasan," ungkapnya.
Seorang pengonsumsi olahan daging kelelawar, Anjar Ardityo mengatakan tak ragu memakan daging itu. Ia mengaku sudah lebih dari tiga kali mengonsumsinya.
"Makan kan tidak setiap hari. Ada beberapa kali di lokasi beda, masih di Gunungkidul. Rasanya seperti daging burung," ujarnya.
Yogyakarta: Pedagang makanan hasil olahan daging kelelawar di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih jadi buruan. Padahal, daging hewan liar ini disebut menjadi salah satu diduga sumber virus korona yang mewabah di Wuhan, Tiongkok.
Seorang pedagang olahan daging kelelawar di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang, Sukarwanti mengatakan bahan baku ia dapatkan dari warga yang mencari di sekitar tebing pantai selatan Gunungkidul. Ia mengatakan, sebelum memasak, kelelawar telah dikuliti dan diolah hingga masak.
"Kelelawarnya berbagai ukuran. Kecil ada, besar juga ada," kata Sukarwanti yang berjualan di dekat Terminal Kecamatan Panggang, Kamis, 30 Januari 2020.
Ia mengatakan, harga olahan daging kelelawar yang dijual bervariasi. Mulai termurah Rp7 ribu per biji hingga Rp15 ribu per biji. Menurut dia, hampir setiap berjualan dagangannya habis.
"Kalau yang beli ada yang dari Magelang, Kota Jogja, Bantul. Kadang anak saya dititipi buat membawanya yang beli di Kota Jogja," katanya.
Menurut dia, ada sejumlah alasan sejumlah pelanggan mengonsumsi olahan daging kelelawar. Beberapa di antaranya disebut bisa jadi obat, seperti asam urat, asma, dan diabetes.
Soal dugaan kelelawar jadi sumber virus korona, Sukarwanti mengaku tak begitu tahu. Sepengetahuannya, olahan daging hewan liar seperti kelelawar memang tidak baik dikonsumsi jika diolah tidak sampai masak.
"Di sini ngolahnya sampai masak. Sampai matang. Mungkin di sana tidak sampai matang," ujarnya.
Rekan seprofesi Sukarwanti, Pasiyem, juga mengandalkan ekonomi jadi berjualan olahan daging kelelawar. Ia berjualan dari olahan daging kelelawar hasil tangkapan anaknya.
"Tidak pasti jual berapa. Sedapatnya anak saya nangkap. Bisa 10 ekor sampai belasan," ungkapnya.
Seorang pengonsumsi olahan daging kelelawar, Anjar Ardityo mengatakan tak ragu memakan daging itu. Ia mengaku sudah lebih dari tiga kali mengonsumsinya.
"Makan kan tidak setiap hari. Ada beberapa kali di lokasi beda, masih di Gunungkidul. Rasanya seperti daging burung," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)