Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana. Medcom.id/Ahmad Mustaqim
Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana. Medcom.id/Ahmad Mustaqim

1.817 Bencana Terjadi di DIY Selama 2022, Tanah Longsor Mendominasi

Ahmad Mustaqim • 07 Februari 2023 14:02
Yogyakarta: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat ada 1.817 bencana alam yang terjadi di Yogyakarta selama 2022. Tanah longsor mendominasi. 
 
"Jumlah peristiwa tahun 2022 lebih banyak dibanding 2021, yang terjadi 958 peristiwa (bencana alam)," kata Kepala Pelaksana BPBD DIY, Biwara Yuswantana di Yogyakarta, Selasa, 7 Februari 2023. 
 
Bencana 2022 paling tinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Catatan kejadian bencana dalam lima tahun terakhir, yakni 782 bencana pada 2018; 1.355 bencana terjadi pada 2019; 1.058 bencana di 2020; 958 bencana pada 2021; dan 1.817 bencana pada 2022. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Sementara itu, catatan bencana alam yang terjadi tahun ini terbanyak adalah tanah longsor dengan 707 peristiwa. Sebarannya, yakni 454 di Kulon Progo; 147 di Gunungkidul; 52 di Sleman; 30 di Bantul; dan 24 di Kota Yogyakarta. 
 
Selain itu, ada peristiwa kebakaran permukiman ada 113 kejadian. Kemudian diikuti angin kencang, banjir, hingga pohon tumbang. 
 
Dampak yang ditimbulkan dari ribuan peristiwa bencana itu, yakni 2.347 rumah rusak; 1.054 pohon tumbang; 532 infrastruktur; 417 bangunan tergenang; 276 jaringan listrik, telepon, dan internet; 148 tempat usaha; 126 kendaraan rusak; 6.624 jiwa terdampak; 91 fasilitas umum; dan 77 kandang hewan. 
 
Baca: 1.749 Warga di Bolaang Mongondow Terdampak Banjir

"Kerugian yang ditimbulkan sebesar Rp266 miliar. Ini 10 kali lipat dari anggaran BPBD DIY," ujarnya. 
 
Biwara mengatakan peningkatan jumlah peristiwa itu, khususnya tanah longsor, harus menjadi perhatian. Ia menyebut kawasan rawan bencana tanah longsor telah terdapat di dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DIY.
 
Kawasan yang dominan potensi longsor di Kulon Progo seperti Kalibawang, Samigaluh, Kokap, dan Girimulyo. Sementara, di Kabupaten Gunungkidul ada di Kecamatan Purwosari, Semin, Patuk, dan Ponjong. 
 
Di sisi lain, Biwara mengakui adanya keterbatasan alat early warning system (EWS) di kawasan rawan longsor. Ia menyebut di Kulon Progo hanya ada 3 EWS yang bisa digunakan memantau kondisi secara daring dan 39 EWS masih manual. 
 
"EWS yang paling penting masyarakat itu sendiri. Kami terus mengedukasi ke masyarakat agar memahami tanda-tanda saat akan terjadi bencana dan pindah ke lokasi yang lebih aman," ungkapnya. 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
(NUR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif