medcom.id, Surabaya: Keluarga korban AirAsia QZ8501 membutuhkan pendampingan untuk memulihkan kondisi psikologis mereka pascakecelakaan pesawat tersebut. Tak hanya tenaga profesional psikiater, tapi keberadaan orang-orang dekat pun sangat berpengaruh penting bagi keluarga.
Menurut psikiater yang mendampingi keluarga, Dr Nalini, tekanan muncul saat keluarga tengah berada di Bandara Internasional Juanda Sidoarjo, Jawa Timur. Keluarga menunggu informasi kecelakaan pesawat dan penumpang yang masih belum pasti.
"Itu namanya pre-disaster. Ketidakpastian itu lebih buruk dari pada sesuatu yang pasti walaupun pahit," kata dr Nalini di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Kota Surabaya, Sabtu (3/1/2015).
Saat tim Basarnas sudah menemukan jenazah dan serpihan pesawat, maka kabar itu menjadi kepastian bagi keluarga. Ada reaksi saat keluarga mendengar kepastian tersebut. Tugas psikiater pendamping hanya mengobservasi dan mendampingi, tapi psikiater tak mengintervensi.
Namun intensitas ketidaknyamanan setelah mendapat kabar justru lebih berkurang ketimbang masa-masa keluarga belum mendapat informasi soal kecelakaan tersebut.
"Saya kira sekarang mereka lebih baik ya. Makanya banyak yang sudah pulang. Tapi justru di sini, kedekatan orang-orang dekat sebelum peristiwa ini jauh lebih penting. Karena mereka membutuhkan dukungan moril," papar Nalini.
Apalagi masyarakat dan media Indonesia berempati terhadap kecelakaan tersebut, maka dukungan semakin besar untuk keluarga korban. "Tapi jangan berlebihan. Akan semakin kasihan mereka nanti," lanjutnya.
Kalangan yang mengalami tekanan paling berat bila korban adalah figur yang paling pokok dan penting baginya. Anak-anak dan lansia pun sangat membutuhkan pendampingan karena reaksi duka citanya akan lebih lama.
"Mereka bisa meminta pertolongan pada psikiater. Karena tugas psikiater justru setelah peristiwa ini," katanya.
Nalini mengatakan tiga bulan pertama adalah masa paling rentan. Namun rekonsiliasi psikis membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun.
"Yang paling penting, ada yang mendampingi keluarga," ujarnya.
medcom.id, Surabaya: Keluarga korban AirAsia QZ8501 membutuhkan pendampingan untuk memulihkan kondisi psikologis mereka pascakecelakaan pesawat tersebut. Tak hanya tenaga profesional psikiater, tapi keberadaan orang-orang dekat pun sangat berpengaruh penting bagi keluarga.
Menurut psikiater yang mendampingi keluarga, Dr Nalini, tekanan muncul saat keluarga tengah berada di Bandara Internasional Juanda Sidoarjo, Jawa Timur. Keluarga menunggu informasi kecelakaan pesawat dan penumpang yang masih belum pasti.
"Itu namanya pre-disaster. Ketidakpastian itu lebih buruk dari pada sesuatu yang pasti walaupun pahit," kata dr Nalini di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Kota Surabaya, Sabtu (3/1/2015).
Saat tim Basarnas sudah menemukan jenazah dan serpihan pesawat, maka kabar itu menjadi kepastian bagi keluarga. Ada reaksi saat keluarga mendengar kepastian tersebut. Tugas psikiater pendamping hanya mengobservasi dan mendampingi, tapi psikiater tak mengintervensi.
Namun intensitas ketidaknyamanan setelah mendapat kabar justru lebih berkurang ketimbang masa-masa keluarga belum mendapat informasi soal kecelakaan tersebut.
"Saya kira sekarang mereka lebih baik ya. Makanya banyak yang sudah pulang. Tapi justru di sini, kedekatan orang-orang dekat sebelum peristiwa ini jauh lebih penting. Karena mereka membutuhkan dukungan moril," papar Nalini.
Apalagi masyarakat dan media Indonesia berempati terhadap kecelakaan tersebut, maka dukungan semakin besar untuk keluarga korban. "Tapi jangan berlebihan. Akan semakin kasihan mereka nanti," lanjutnya.
Kalangan yang mengalami tekanan paling berat bila korban adalah figur yang paling pokok dan penting baginya. Anak-anak dan lansia pun sangat membutuhkan pendampingan karena reaksi duka citanya akan lebih lama.
"Mereka bisa meminta pertolongan pada psikiater. Karena tugas psikiater justru setelah peristiwa ini," katanya.
Nalini mengatakan tiga bulan pertama adalah masa paling rentan. Namun rekonsiliasi psikis membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun.
"Yang paling penting, ada yang mendampingi keluarga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)