Bantul: Nasib Apes menimpa Aris Sukamto, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Niat pesan set top box (STB) agar bisa menonton televisi siaran digital, malah dikirimi paket garam kemasan.
Aris mengaku mencari STB di toko daring atau marketplace akhir Oktober lalu. Ia mencari melalui daring karena beberapa kali membeli sejumlah barang juga lewat daring.
"Kalau online enggak ribet. Enggak makan tenaga dan waktu juga," kata Aris dihubungi, Jumat, 4 November 2022.
Saat mencari-cari STB yang sesuai keinginan dan sesuai kriteria, seperti merek dan harga, ia memutuskan memilih STB seharga Rp150 ribu.
"Harga pasaran memang segitu. Naik turun sedikitlah. Ini ada kelebihannya bebas ongkir, saya kira disubsidi ongkir," ujarnya.
Ia tak menaruh curiga dengan harga murah itu. Meskipun, di pasaran rata-rata harga STB sekitar Rp250 ribu.
Aris mengaku tak memperhatikan secara detail toko penyedia STB itu. Setelah memastikan konfirmasi beli, ia mentransfer uang ke nomor rekening yang sudah tertera.
"Saya curiga sampai 4 hari barang belum sampai. Kalau biasanya beli itu 4 hari barang sudah dikirim dan sampai," ujar lelaki 52 tahun ini.
Sekitar seminggu menunggu, paket yang ia tunggu tiba. Kejanggalannya, kata Aris, paket tersebut empuk saat dipegang. Padahal, perangkat elektronik itu apabila dikemas seharusnya keras. Ia kemudian meminta bantuan anaknya merekam proses dirinya saat membuka paket.
"Ternyata isinya garam kemasan dua bungkus. Anehnya, kemasan untuk membungkus seperti sudah pernah ditempeli kertas berisi alamat," ungkapnya.
Aris hanya biasa pasrah. Ia enggan repot mengurus masalah itu. Di sisi lain, ia mengaku belum ada niat membeli STB agar bisa melihat siaran digital.
Bantul: Nasib Apes menimpa Aris Sukamto, warga Desa Sumberagung, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Niat pesan
set top box (STB) agar bisa menonton televisi siaran digital, malah dikirimi paket garam kemasan.
Aris mengaku mencari STB di toko daring atau
marketplace akhir Oktober lalu. Ia mencari melalui daring karena beberapa kali membeli sejumlah barang juga lewat daring.
"Kalau online enggak ribet. Enggak makan tenaga dan waktu juga," kata Aris dihubungi, Jumat, 4 November 2022.
Saat mencari-cari STB yang sesuai keinginan dan sesuai kriteria, seperti merek dan harga, ia memutuskan memilih
STB seharga Rp150 ribu.
"Harga pasaran memang segitu. Naik turun sedikitlah. Ini ada kelebihannya bebas ongkir, saya kira disubsidi ongkir," ujarnya.
Ia tak menaruh curiga dengan harga murah itu. Meskipun, di pasaran rata-rata harga STB sekitar Rp250 ribu.
Aris mengaku tak memperhatikan secara detail toko penyedia STB itu. Setelah memastikan konfirmasi beli, ia mentransfer uang ke nomor rekening yang sudah tertera.
"Saya curiga sampai 4 hari barang belum sampai. Kalau biasanya beli itu 4 hari barang sudah dikirim dan sampai," ujar lelaki 52 tahun ini.
Sekitar seminggu menunggu, paket yang ia tunggu tiba. Kejanggalannya, kata Aris, paket tersebut empuk saat dipegang. Padahal, perangkat elektronik itu apabila dikemas seharusnya keras. Ia kemudian meminta bantuan anaknya merekam proses dirinya saat membuka paket.
"Ternyata isinya garam kemasan dua bungkus. Anehnya, kemasan untuk membungkus seperti sudah pernah ditempeli kertas berisi alamat," ungkapnya.
Aris hanya biasa pasrah. Ia enggan repot mengurus masalah itu. Di sisi lain, ia mengaku belum ada niat membeli STB agar bisa melihat siaran digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)