Semarang: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga kader PDI Perjuangan tak diundang dalam kegiatan partai di Semarang, Minggu, 23 Mei 2021. Hal itu berdampak salah satunya sinyalemen pada Pilpres 2024 mendatang partai itu akan menjagokan figur di luar sosok Ganjar Pranowo.
Direktur Esekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad mengatakan, selain dimungkinkan tidak menjagokan Ganjar, hal itu juga menunjukkan dinamika di internal PDI Perjuangan yang makin menghangat.
DPP PDI Perjuangan, katanya, tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya khususnya yang menjadi publik figur popular dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak off side.
“Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal tersebut,” imbuhnya.
Baca: Tak Diundang Puan, Begini Respons Ganjar
Ia menambahkan, Pilpres 2024 mendatang, PDI Perjuangan tampaknya memiliki orientasi yang berbeda dengan parpol-parpol lainnya, dan berbeda dengan apa yang pernah dilakukannya dalam Pilpres 2014 dan 2019 lalu, dengan mencalonkan sosok yang lebih popular dan memiliki elektabilitas tinggi seperti Jokowi.
Hal lainnya, ujarnya, dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman. Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karir politiknya melalui PDI Perjuangan sudah di ujung tanduk.
Meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Ganjar berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDI Perjuangan agar bisa masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang.
Ganjar lanjutnya, selama beberapa bulan terakhir tampak makin popular dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampau deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri.
Dikatakan, data survey IPS Awal April 2021, untuk 30 nama Capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14.4 %. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo (25.4 %). Dalam bursa Cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8.3 %, setelah Anies Baswedan (12.8%).
Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survey dengan 18 dan 10 nama Capres dan Cawapres. Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP.
Menurut Nyarwi, apa yang disampaikan oleh Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik traditional yang berbasis pada ideologi parpol.
“Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting. Parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figur yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur,” jelasnya.
Semarang: Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang juga kader
PDI Perjuangan tak diundang dalam kegiatan partai di Semarang, Minggu, 23 Mei 2021. Hal itu berdampak salah satunya sinyalemen pada Pilpres 2024 mendatang partai itu akan menjagokan figur di luar sosok Ganjar Pranowo.
Direktur Esekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad mengatakan, selain dimungkinkan tidak menjagokan Ganjar, hal itu juga menunjukkan dinamika di internal PDI Perjuangan yang makin menghangat.
DPP PDI Perjuangan, katanya, tampak makin terbuka untuk mengingatkan para kadernya khususnya yang menjadi publik figur popular dan memiliki potensi elektabilitas tinggi agar tidak off side.
“Kritik yang disampaikan oleh Bambang Wuryanto ke Ganjar Pranowo mengindikasikan hal tersebut,” imbuhnya.
Baca:
Tak Diundang Puan, Begini Respons Ganjar
Ia menambahkan, Pilpres 2024 mendatang, PDI Perjuangan tampaknya memiliki orientasi yang berbeda dengan parpol-parpol lainnya, dan berbeda dengan apa yang pernah dilakukannya dalam Pilpres 2014 dan 2019 lalu, dengan mencalonkan sosok yang lebih popular dan memiliki elektabilitas tinggi seperti Jokowi.
Hal lainnya, ujarnya, dukungan pasar politik internal di PDI Perjuangan terhadap Ganjar Pranowo tampak masih belum aman. Bukan tidak mungkin, nasib Ganjar Pranowo untuk dapat memaksimalkan karir politiknya melalui PDI Perjuangan sudah di ujung tanduk.
Meski memiliki tingkat elektabilitas yang cukup tinggi, Ganjar berpotensi kehilangan peluang untuk mendapatkan tiket dari PDI Perjuangan agar bisa masuk dalam bursa Pilpres 2024 mendatang.
Ganjar lanjutnya, selama beberapa bulan terakhir tampak makin popular dan tingkat elektabilitasnya juga cukup tinggi melampau deretan sejumlah publik figur dan para tokoh pimpinan partai, termasuk Puan Maharani sendiri.
Dikatakan, data survey IPS Awal April 2021, untuk 30 nama Capres, menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar sebesar 14.4 %. Elektabilitas ini berada di urutan no dua setelah Prabowo (25.4 %). Dalam bursa Cawapres, untuk 30 nama, Ganjar juga berada di urutan nomor 3, yaitu 8.3 %, setelah Anies Baswedan (12.8%).
Tingkat elektabilitas ini juga tidak banyak mengalami perubahan untuk survey dengan 18 dan 10 nama Capres dan Cawapres. Kendati demikian, potensi elektabilitas Ganjar ini tidak akan bermakna, jika Ganjar gagal mendapatkan dukungan internal dari pimpinan PDIP.
Menurut Nyarwi, apa yang disampaikan oleh Puan Maharani sebagai Ketua DPP PDIP menunjukkan bahwa PDIP mengedepankan model pemasaran politik traditional yang berbasis pada ideologi parpol.
“Di sini parpol ditempatkan sebagai elemen terpenting. Parpol yang menganut model pemasaran ini biasanya lebih mengedepankan kinerja kolektif organisasi parpol sebagai produk politik utamanya, dibandingkan citra dan kinerja para publik figur yang dimiliki oleh/menjadi kader parpol yang selama ini menduduki jabatan publik, termasuk kepala daerah/gubernur,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)