Makassar: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut daerah Sulawesi Selatan mengalami puncak musim kemarau tahun ini pada bulan Agustus hingga September. Masyarakat diimbau waspada potensi kekeringan.
Prakirawan cuaca BMKG Makassar Rizki mengatakan, dari daerah di Sulsel, kabupaten Jeneponto dan Takalar yang paling terancam kekeringan. Berdasarkan data yang diperbarui pada 1 Agustus, daerah tersebut tercatat sudah mengalami hari tanpa hujan selama 31-60 hari.
“Karena panjangnya hari tanpa hujan, bisa saja kekeringan,” kata Rizki saat dihubungi Kamis 16 Agustus 2018.
Rizki, merujuk peta analisis BMKG, menyebut daerah lain masih dalam kondisi basah. Artinya, ancaman kekeringan tidak terlalu besar. Rata-rata daerah tidak mengalami hujan dalam 11-20 hari. Namun kondisi bisa saja berubah, mengingat puncak musim kemarau masih akan bertahan hingga bulan depan.
“Sebagian wilayah Sulsel, baik di wilayah timur maupun barat baru akan memasuki musim hujan pada Oktober nanti. Tapi setiap daerah berbeda-beda topologinya,” ujar Rizki.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulsel Syamsibar mengklaim bahwa sejauh ini belum ada laporan soal kekeringan di wilayahnya. Meski begitu, seperti tahun-tahun berlalu, pihaknya tetap bersiaga.
Syamsibar mengatakan, BPBD di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sudah menyiapkan langkah antisipasi. Penanganan di setiap daerah berbeda, tergantung kondisi wilayah masing-masing.
“Di Bulukumba, misalnya, kami bersama PDAM sudah berinisiatif mengantarkan air bersih ke masyarakat yang daerahnya mulai kekurangan air. Kita sudah ada SOP,” katanya.
Makassar: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut daerah Sulawesi Selatan mengalami puncak musim kemarau tahun ini pada bulan Agustus hingga September. Masyarakat diimbau waspada potensi kekeringan.
Prakirawan cuaca BMKG Makassar Rizki mengatakan, dari daerah di Sulsel, kabupaten Jeneponto dan Takalar yang paling terancam kekeringan. Berdasarkan data yang diperbarui pada 1 Agustus, daerah tersebut tercatat sudah mengalami hari tanpa hujan selama 31-60 hari.
“Karena panjangnya hari tanpa hujan, bisa saja kekeringan,” kata Rizki saat dihubungi Kamis 16 Agustus 2018.
Rizki, merujuk peta analisis BMKG, menyebut daerah lain masih dalam kondisi basah. Artinya, ancaman kekeringan tidak terlalu besar. Rata-rata daerah tidak mengalami hujan dalam 11-20 hari. Namun kondisi bisa saja berubah, mengingat puncak musim kemarau masih akan bertahan hingga bulan depan.
“Sebagian wilayah Sulsel, baik di wilayah timur maupun barat baru akan memasuki musim hujan pada Oktober nanti. Tapi setiap daerah berbeda-beda topologinya,” ujar Rizki.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulsel Syamsibar mengklaim bahwa sejauh ini belum ada laporan soal kekeringan di wilayahnya. Meski begitu, seperti tahun-tahun berlalu, pihaknya tetap bersiaga.
Syamsibar mengatakan, BPBD di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota sudah menyiapkan langkah antisipasi. Penanganan di setiap daerah berbeda, tergantung kondisi wilayah masing-masing.
“Di Bulukumba, misalnya, kami bersama PDAM sudah berinisiatif mengantarkan air bersih ke masyarakat yang daerahnya mulai kekurangan air. Kita sudah ada SOP,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)