Magelang: Suasana hening tercipta saat proses meditasi yang menjadi bagian ibadah dalam perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah, Kamis malam, 23 Mei 2024. Umat Buddha dengan pakaian mayoritas putih itu terlihat fokus dalam meditasi tersebut.
Ada sejumlah sesi meditasi dalam perayaan puncak Hari Tri Suci Waisak tersebut. Saat Kamis malam itu, Bhante Daniel memandu jalannya meditasi.
Pada setiap sesi meditasi berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit. Sebelum meditasi dimulai, umat Buddha, termasuk masyarakat umum, menyalakan lilin. Bhante Daniel meminta peserta tersebut berdoa lebih dulu sebelum menyalakan lilin.
"Mari berdoa untuk menciptakan kedamaian. Kedamaian ini ada di dalam diri kita masing-masing," ujarnya.
Umat Buddha tersebut tampak khidmat sela bhante memandu meditasi. Bhante tersebut mengajak peserta menata hati dengan lembut.
Sang Bhante mengibaratkan meditasi itu seakan tubuh dan pikiran melatih diri agar kedamaian dalam batin. Menurut dia, Waisak bukan sekadar hari bermakna bagi umat Buddha, namun hari sangat khusus untuk semua orang di mana pun berada.
"Sang Buddha dalam menunjukkan ke siapapun kedamaian berada. Beliau menujukkan pedamaian di dalam diri kita," ucapnya.
Umat Buddha maupun masyarakat umum yang terlibat perayaan itu berdampingan. Mereka yang beribadah tampak fokus, sementara masyarakat umum yang menanti penerbangan lampion berdiam mendampingi mereka yang beribadah.
Magelang: Suasana hening tercipta saat proses meditasi yang menjadi bagian ibadah dalam perayaan
Hari Raya Waisak di Candi Borobudur Magelang, Jawa Tengah, Kamis malam, 23 Mei 2024. Umat Buddha dengan pakaian mayoritas putih itu terlihat fokus dalam meditasi tersebut.
Ada sejumlah sesi meditasi dalam perayaan puncak
Hari Tri Suci Waisak tersebut. Saat Kamis malam itu, Bhante Daniel memandu jalannya meditasi.
Pada setiap sesi meditasi berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit. Sebelum meditasi dimulai, umat Buddha, termasuk masyarakat umum, menyalakan lilin. Bhante Daniel meminta peserta tersebut berdoa lebih dulu sebelum menyalakan lilin.
"Mari berdoa untuk menciptakan kedamaian. Kedamaian ini ada di dalam diri kita masing-masing," ujarnya.
Umat Buddha tersebut tampak khidmat sela bhante memandu meditasi. Bhante tersebut mengajak peserta menata hati dengan lembut.
Sang Bhante mengibaratkan meditasi itu seakan tubuh dan pikiran melatih diri agar kedamaian dalam batin. Menurut dia, Waisak bukan sekadar hari bermakna bagi umat Buddha, namun hari sangat khusus untuk semua orang di mana pun berada.
"Sang Buddha dalam menunjukkan ke siapapun kedamaian berada. Beliau menujukkan pedamaian di dalam diri kita," ucapnya.
Umat Buddha maupun masyarakat umum yang terlibat perayaan itu berdampingan. Mereka yang beribadah tampak fokus, sementara masyarakat umum yang menanti penerbangan lampion berdiam mendampingi mereka yang beribadah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)