Kondisi saat ini akses jalur darat menuju lahan ekowisata bekantan.
Kondisi saat ini akses jalur darat menuju lahan ekowisata bekantan.

Rp 2,5 M untuk Ekowisata Bekantan di Tapin

Pelangi Karismakristi • 16 Februari 2015 20:51
medcom.id, Banjarmasin: Lokasi lahan konservasi habitat bekantan di Sungai Muning, Tapin, Kalimantan Selatan, berada di tengah hutan jauh dari pemukiman. Agar wisatawan tidak sulit menjangkaunya, Pemkab Tapin menganggarkan Rp 2,5 miliar dalam APBD 2015 untuk membuka akses jalan menuju wahana ekowisata tersebut.
 
"Akses jalan ini nanti sepanjang 12 kilometer," ujar Asbid Kesra Pemkab Tapin, HM Yunus, di Kantor Pemkab Tapin, Jl Hasan Basri 22, Rantau, Senin (16/2/2015).
 
Jalan sepanjang itu akan dimulai dari kompleks makam Datuk Ganum hingga lokasi ekowisata. Lokasi wisata religi itu memang terhitung dekat dengan lahan konservasi bekantan yang merupakan salah satu hewan langka endemik khas Kalimanta. 

Saat ini akses jalan menuju ekowisata dari makan Datuk Ganum masih berupa jalan tanah berlumpur yang dilalui warga untuk pergi ke sawah dan ladangnya. "Pembukaan akses jalan ini sekaligus memudahkan warga membawa hasil panen sawah dan kebunnya, jadi membawa mafaat ekonomi juga," sambung Yunus.
 
Lahan ekowisata itu merupakan bagian tambang batu baru yang dikelola PT Antang Gunung Meratus dan akhirnya dikembalikan kepada pemda untuk dijadikan konservasi bekantan. Keberadaan habitat bekantan diketahui pada 2011 silam dan setelah itu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa luas areal hutan yang menjadi 'wilayah jelajah' hewan-hewan langka tersebut.
 
Saat ini untuk menuju lokasi konservasi bekantan hanya dengan berperahu melalui  Sungai Muning.  Sebelum disulap menjadi kanal sebagai akses menuju lahan tambang batu bara beberapa tahun silam , sungai ini sempat lama mati.
 
Keberadaan kanal tersebut rupanya mendatangkan manfaat irigasi untuk sawah-sawah di sepanjang aliran Sungai Muning. Sawah berada di desa Lawahan, Soato Tatakan, Sungai Bahalang dan Bungur. Berkat pengairan yang lebih baik, sawah-sawah mampu panen setiap tiga bulan dari sebelumnya hanya paling banyak dua kali per tahun.
 
Kanal ini rupanya juga menjadi tempat berkembang biak yang subur untuk ikan-ikan air tawar. "Jadi selain bertani warga juga mencari ikan, pengasilan bertambah," kata Kepala Desa Lawahan, Asrani, yang ditemui metrotvnews.com di lahan konservasi bekantan Sungai Muning, Tapin, Kalimantan Selatan, sehari sebelumnya.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan