Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kiri) mengadakan audiensi gempa bumi dengan penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin (kiri) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Garut, Jawa Barat, Minggu, 28 April 2024. Antara/HO-BMKG
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati (kedua kiri) mengadakan audiensi gempa bumi dengan penjabat Bupati Garut Barnas Adjidin (kiri) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah di Garut, Jawa Barat, Minggu, 28 April 2024. Antara/HO-BMKG

Penduduk Jawa Barat Diminta Adaptif dan Proaktif Memitigasi Gempa

Antara • 30 April 2024 15:21
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta penduduk Jawa Barat adaptif dan proaktif dalam memitigasi gempa bumi. Wilayah Jawa Barat disebut rentan mengalami peristiwa gempa bumi.
 
"Jawa Barat memang rentan atau rawan mengalami gempa bumi, sehingga kalau ditanya potensinya ke depan bagaimana, pasti akan terulang bahkan dalam beberapa kali periode setahun dan tahun berikutnya terjadi lagi," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangan pers, Selasa, April 2024.
 
Baca: Anak-Anak Terdampak Gempa di Garut Diberikan Trauma Healing
 
Dwikorita mengungkapkan wilayah Garut, Cianjur, Tasikmalaya, Pangandaran, dan Sukabumi memiliki sejarah kejadian gempa bumi yang sering terulang sejak tahun 1844.
 
Intensitas gempa yang terjadi cukup tinggi di mana dalam satu tahun bisa terjadi beberapa kali gempa di wilayah tersebut, sehingga adaptasi terhadap ancaman gempa bumi bagi penduduk yang berada di Jawa Barat sangat penting.
 
"Alih-alih melakukan migrasi atau berpindah tempat, mitigasi seperti penyesuaian konstruksi bangunan menjadi kunci untuk menghadapi potensi gempa bumi di masa mendatang," jelas Dwikorita.
 
Lebih lanjut dia menyampaikan kesadaran terhadap risiko bencana dan kesiapan dalam menghadapi bencana juga perlu ditingkatkan. Tindakan proaktif dan adaptasi yang tepat dapat membantu melindungi masyarakat dari dampak buruk gempa bumi.
 
Berdasarkan data prakiraan cuaca, BMKG memprediksi akan terjadi hujan ringan hingga lebat di wilayah Jawa Barat.
 
Potensi cuaca ekstrem yang diprediksi akan terjadi dalam rentang waktu tertentu itu memunculkan kekhawatiran terhadap potensi intensitas hujan yang dapat berdampak signifikan terutama di wilayah pegunungan, seperti Garut dan Cianjur.
 
Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh kondisi lereng yang rapuh dan rentan terhadap pergerakan tanah akibat diisi oleh air hujan. Akibat gempa, pori-pori tanah yang longgar dapat menjadi persoalan.
 
Dwikorita menyoroti bahaya potensial dari longsor yang dapat terjadi di wilayah pegunungan. Timbunan longsor yang terbentuk dapat mengisi alur lembah sungai dan menjadi bendungan alami yang dapat menahan laju air hujan.
 
Jika hujan berlangsung secara terus-menerus, maka berpotensi menyebabkan bendungan jebol. Kerusakan bendungan dapat mengakibatkan banjir dan berpotensi merusak pemukiman serta infrastruktur.
 
"Kondisi itu pernah terjadi di masa lalu, seperti di Garut dan Banten, sehingga perlunya kewaspadaan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap kondisi tanah di wilayah-wilayah rawan longsor dan banjir," ujar Dwikorita.
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan