Petanian Hidroganik hasil budi daya warga Kampung Klamono Oile, Sorong. Istimewa
Petanian Hidroganik hasil budi daya warga Kampung Klamono Oile, Sorong. Istimewa

Warga Kampung Klamono, Sorong Gerakkan Ekonomi Desa Lewat Pertanian Hidroganik

Whisnu Mardiansyah • 18 Desember 2021 05:55
Sorong: Kampung Klamono Olie, Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong diisi oleh sebagian besar para pensiunan yang menghabiskan masa tuanya dengan budi daya ikan tawar dan pertanian hidroganik. Kegiatan pemberdayaan ini sudah lama digeluti oleh masyarakat di sana lewat program BUKAN TANI (Budi Daya Ikan dan Pertanian Hidroganik)
 
Kampung Klamono Olie dihuni sekitar 271 jiwa dari 76 kepala keluarga (KK). Sebagian besar dari mereka telah memasuki usia senja namun memiliki semangat dalam menghidupkan ekonomi kampungnya. Ekonomi tak melulu mengandalkan dana pensiunan. Mereka masih sibuk bekerja termasuk aktif membuat kolam ikan dan selanjutnya akan dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
 
“Bumdes Sinivago. Itu namanya. Namanya barusan kita namai,” kata Yuliana Verakowa, Kepala Kampung Klamono Olie.

Warga sudah memiliki inisiatif membangun kolam ikan sejak tahun 2018. Awalnya mereka mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa pengadaan kolam dan bibitnya. Sesekali hasil budi daya ikannya mencapai 150 kilogram.
 
“Dari hasil panen itu, kami belikan bibit lagi. Ada 6.000 bibit kami tebar,” terang Yuliana. Mereka merawat bergantian sesuai jadwal piketnya. Namun malang, beberapa hari menjelang rencana panen, kolam itu kebanjiran. Ikan lele yang sudah besar itu lenyap tak tersisa.
 
Baca: Budi Daya Tosga Upaya Tingkatkan Harapan Hidup Lansia di Tuban
 
Peristiwa itu sempat mematahkan semangat warga di sana. Bahkan menurut Silviana, ikan lele yang masih tersisa dibiarkan mangkrak dan dipancing warga sekitar.
 
“Tahun ini, dari PT Pertamina datang. Melihat kolam yang sudah ditumbuhi rumput setinggi orang. Mereka tertarik untuk menghidupkan lagi,” kenang Yuliana.
 
Program BUKAN TANI di Kampung Klamono Olie adalah sistem pertanian kolaborasi antara ikan dan sayuran meski sejatinya, masyarakat kampung ini bukan berlatar belakang petani. Kegagalan pada budi daya ikan sebelumnya, karena mereka minim keahlian. Pertanian hidroganik cocok sebagai solusi. Sebuah sistem pertanian urban yang bisa dikerjakan oleh bukan petani.
 
“Jadi menanam sayur dengan sistem hidroganik. Tanaman sayur yang ditanam dengan sistem hidroponik, tapi nutrisinya tidak menggunakan A-B mix yang beli, tapi menggunakan air dari kolam ikan. Air dari kolam mengandung sisa makanan dan kotoran yang menjadi nutrisi bagi tanaman,” kata Hariyanto, Communication Relation & Community Involvement and Development PT Pertamina EP Papua Field.
 
Langkah awal adalah membabat rumput liar yang menutupi area kolam. Selanjutnya memperbaiki kolam sehingga lebih bagus dan tahan banjir.
 
“Ada 6 petak kolam. Tiga petak di belakang ukuran masing-masing berukuran 10x5m, 3 petak menyatu  dengan ukuran 10x15,40 meter.,” kata Dasayodha Rajab, Community Development Officer.
 
Kolam sebelumnya yang rata dengan tanah sehingga mudah terkena banjir. Lewat program BUKAN TANI, kolam tersebut diperbaiki, ditinggikan dindingnya kemudian diberi atap. Selanjutnya pipa pvc dan pompa dipasang di permukaan kolam untuk menanam sayuran. Pada awal Desember 2021, program ini mulai dijalankan.
 
Kolam ini bukan hanya berharap bisa memberi hasil namun juga memberi contoh pada warga di sekitar. Ke depannya, warga bisa membuat sendiri di tiap rumah. Kolam sudah menjadi bagian dari kehidupan warga sebab terlihat di beberapa rumah sudah ada kolam ikan.
 
“BUKAN TANI ini sebenarnya bukan program top down. Inisiatifnya sudah ada dulu di masyarakat upaya membuat kolam ikan, hanya sempat ditinggalkan. Jadi kami membantu menghidupkan kembali. Program yang lahir dari inisiatif  dari masyarakat akan lebih berhasil,” kata Djudjuwanto, General Manager Zona 14 Regional 4.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan