medcom.id, Yogyakarta: Indonesia belum memiliki prosedur standar (SOP) penanganan virus ebola di Tanah Air. Lantaran itu, pakar kesehatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pun mengusulkan rancangan SOP virus ebola itu ke pemerintah.
Guru Besar Jurusan Fisika Fakultas Teknik UGM, Prof Ir Sunarno M.Eng PhD mengingatkan pemerintah Indonesia harus bergerak cepat mewaspadai virus tersebut. Sebab, virus sudah menjangkau beberapa negara.
"Belum ada obatnya, sehingga harus segera melakukan langkah agar virus ini tidak masuk," kata Sunarno di Yogyakarta, Selasa (28/10/2014).
SOP haruslah jelas. Bila salah, maka pemerintah tak dapat mencegah ancaman Ebola kepada masyarakat. Itulah yang terjadi di Amerika Serikat.
"Masih ada bagian badan yang terbuka, sehingga memungkinkan virus masuk," ujar Sunarno.
SOP itu, kata Sunarno, harus menyangkut cara mengidentifikasinya, memisahkan orang yang suspect, evakuasi, penanganan ambulans, penanganan pasien, hingga penanganan jenazah. Bahkam, pemerintah juga harus menangani secara khusus peralatan medis maupun nonmedis yang bersentuhan langsung dengan suspect.
Menurut Sunarno, virus tak akan mati meski suspectnya meninggal dan dimakamkan. Virus akan tetap menyebar.
"Harusnya dikremasi atau dibakar, tetapi ini juga menyangkut kepercayaan yang dianut," lanjutnya.
Terkait usulan itu, Sunarno dan timnya menggelar simulasi pemantauan virus Ebola. Simulasi melibatkan seluruh mahasiswa, dosen, dan karyawan.
Peserta simulasi harus menjalani pemeriksaan melalui kamera termal. Mereka yang memiliki suhu badan di atas normal atau mendekati 37 derajat Celcius.
"Melalui kamera termal ini akan terpantau suhu badan mereka yang tertangkap kamera," tutur Sunarno.
medcom.id, Yogyakarta: Indonesia belum memiliki prosedur standar (SOP) penanganan virus ebola di Tanah Air. Lantaran itu, pakar kesehatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) pun mengusulkan rancangan SOP virus ebola itu ke pemerintah.
Guru Besar Jurusan Fisika Fakultas Teknik UGM, Prof Ir Sunarno M.Eng PhD mengingatkan pemerintah Indonesia harus bergerak cepat mewaspadai virus tersebut. Sebab, virus sudah menjangkau beberapa negara.
"Belum ada obatnya, sehingga harus segera melakukan langkah agar virus ini tidak masuk," kata Sunarno di Yogyakarta, Selasa (28/10/2014).
SOP haruslah jelas. Bila salah, maka pemerintah tak dapat mencegah ancaman Ebola kepada masyarakat. Itulah yang terjadi di Amerika Serikat.
"Masih ada bagian badan yang terbuka, sehingga memungkinkan virus masuk," ujar Sunarno.
SOP itu, kata Sunarno, harus menyangkut cara mengidentifikasinya, memisahkan orang yang suspect, evakuasi, penanganan ambulans, penanganan pasien, hingga penanganan jenazah. Bahkam, pemerintah juga harus menangani secara khusus peralatan medis maupun nonmedis yang bersentuhan langsung dengan suspect.
Menurut Sunarno, virus tak akan mati meski suspectnya meninggal dan dimakamkan. Virus akan tetap menyebar.
"Harusnya dikremasi atau dibakar, tetapi ini juga menyangkut kepercayaan yang dianut," lanjutnya.
Terkait usulan itu, Sunarno dan timnya menggelar simulasi pemantauan virus Ebola. Simulasi melibatkan seluruh mahasiswa, dosen, dan karyawan.
Peserta simulasi harus menjalani pemeriksaan melalui kamera termal. Mereka yang memiliki suhu badan di atas normal atau mendekati 37 derajat Celcius.
"Melalui kamera termal ini akan terpantau suhu badan mereka yang tertangkap kamera," tutur Sunarno.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)