Jakarta: Kerusuhan usai laga Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menjadi catatan kelam dunia sepak bola Indonesia.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Maharli menyatakan pemerintah seharusnya menetapkan hari berkabung nasional usai insiden yang menewaskan 127 orang dan melukai sekitar 180 orang tersebut.
Ia mengungkap ada 2 tragedi besar sepak bola dunia yakni tragedi Hillsborough dan tragedi Heysel dengan jumlah korban mencapai 96 orang. Namun tragedi Kanjuruhan jauh lebih mengerikan dengan korban jiwa mencapai ratusan.
"Kita harus prihatin dan menyatakan berkabung nasional untuk kemanusiaan kompetisi sebaiknya disetop dulu," ucapnya, dalam Breaking News Metro TV, Minggu, 2 Oktober 2022.
Menurut Akmal, tragedi Kanjuruhan pecah lantaran fanatisme buta pendukung Arema FC. Pasalnya, tidak ada satu pun suporter Persebaya yang hadir menyaksikan laga tersebut.
Akmal menyebut fanatisme buta suporter Indonesia tak pernah dicarikan solusi baik oleh PSSI maupun klub sepak bola. Akibatnya, ketika tim kesayangan kalah tanding, fanatisme mendorong suporter berbuat anarkistis.
"Tragedi Kanjuruhan bukti fanatisme buta bukan rivalitas karena suporter Persebaya sudah dilarang hadir dan mereka tidak hadir. Selama ini fanatisme buta dibiarkan begitu saja," kata dia.
Jakarta: Kerusuhan usai laga Arema FC versus Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menjadi catatan kelam dunia
sepak bola Indonesia.
Koordinator Save Our Soccer Akmal Maharli menyatakan pemerintah seharusnya menetapkan hari berkabung nasional usai insiden yang menewaskan 127 orang dan melukai sekitar 180 orang tersebut.
Ia mengungkap ada 2 tragedi besar sepak bola dunia yakni tragedi Hillsborough dan tragedi Heysel dengan jumlah korban mencapai 96 orang. Namun tragedi Kanjuruhan jauh lebih mengerikan dengan
korban jiwa mencapai ratusan.
"Kita harus prihatin dan menyatakan berkabung nasional untuk kemanusiaan kompetisi sebaiknya disetop dulu," ucapnya, dalam Breaking News Metro TV, Minggu, 2 Oktober 2022.
Menurut Akmal, tragedi Kanjuruhan pecah lantaran fanatisme buta pendukung Arema FC. Pasalnya, tidak ada satu pun suporter Persebaya yang hadir menyaksikan laga tersebut.
Akmal menyebut f
anatisme buta suporter Indonesia tak pernah dicarikan solusi baik oleh PSSI maupun klub sepak bola. Akibatnya, ketika tim kesayangan kalah tanding, fanatisme mendorong suporter berbuat anarkistis.
"Tragedi Kanjuruhan bukti fanatisme buta bukan rivalitas karena suporter Persebaya sudah dilarang hadir dan mereka tidak hadir. Selama ini fanatisme buta dibiarkan begitu saja," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)