Hujan gerimis sejak pagi telah mengguyur Kabupaten Pekalongan, awan tebal juga menyelimuti langit di daerah pantura barat Jawa Tengah, demikian juga angin kencang dan hari libur cukup membuat warga enggan keluar dari rumah.
Suasana jalan di depan Pasar Wiradesa, Kabupaten Pekalongan juga tidak terlalu ramai, bahkan menuju ke ruas jalan arah Kecamatan Wonokerto suasana semakin sepi, semakin ke utara jalan semakin basah hingga kurang lebih dua kilometer. Kemudian Jalan benar-benar tertutup banjir rob setinggi 10-30 centimeter.
"Hanya menggunakan perahu untuk sampai ke Dusun Simonet, karena jalan telah tertutup air dengan ketinggian satu meter," ujar Sukamdi, 45, seorang nelayan di Desa Semut, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan, Minggu, 6 November 2022.
Hujan gerimis sudah mereda ketika perahu nelayan membawa beberapa penumpang menuju Dusun Simonet, tidak sampai 30 menit perjalanan terguncang-guncang gelombang akhirnya perahu pun mendarat di tepian ujung dusun.
Baca juga: Total 141 Rumah di Kepulauan Sangihe Rusak Dihantam Rob |
Suasana dusun terasa menyedihkan, ratusan rumah dibiarkan kosong dan rusak tanpa penghuni karena rob telah merendam setengah dari ketinggian bangunan, bahkan beberapa di antaranya hanya tampak atap.
"Hanya tersisa sembilan keluarga yang masih bertahan di dusun ini," ujar Ketua RT di Dusun Simonet Joyo Kusumo.
Sebelum abrasi dan banjir rob merendam dusun ini, lanjut Joyo Kusumo, jumlah warga tinggal di lahan seluas 12 hektare pada 2020 masih mencapai 265 jiwa, namun sekarang ini hanya tersisa 25 jiwa yang bertahan.
"Sebagian besar warga pindah ke desa lain, selain tidak bisa lagi dihuni juga kondisinya membahayakan keselamatan jiwa, karena saat rob besar seluruh daratan tertutup air laut," imbuhnya.
Sedangkan keluarga yang masih bertahan, lanjut Joyo Kusumo, karena memang tidak punya kerabat atau lahan untuk tempat tinggal di luar Dusun Simonet. Meskipun mereka dalam kondisi sulit dan hidup dikepung rob, namun terpaksa bertahan dan menggunakan transportasi perahu untuk keluar masuk dusun.
Baca juga: Terendam Rob, 1 Desa di Demak Terancam Hilang dari Peta |
Sementara itu, Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Galdita A Chulafak mengatakan Pesisir Pekalongan terus mengalami penurunan muka tanah cukup parah, setiap tahun terjadi penurunan 4-11 sentimeter sehingga jika tidak segera diatasi pada 90 persen wilayah Kota Pekalongan diprediksi berada di bawah permukaan air pada 2035.
Tidak hanya Kota Pekalongan, lanjut dia, pesisir Pekalongan lain seperti Dusun Simonet telah terjadi abrasi sejak 2003 dan kondisinya kini telah terpisah dari Pulau Jawa.
"Dusun Simonet, 2003 terjadi abrasi tipis-tipis dan di tahun 2020 di bagian tengah dan semakin terkikis lagi di 2021 dan 2022 hampir seluruh wilayah rumah di sini terendam rob dan jalan pun seperti sungai," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Pekalongan telah menyiapkan lahan seluas satu hektare untuk merelokasi warga Simonet, namun untuk melaksanakan rencana itu, hingga kini belum dapat terealisasi dan masih terus dikomunikasikan dengan pemerintah pusat.
Baca juga: 96 Rumah di Sangihe Rusak Diterjang Gelombang Pasang |
Sub Koordinator Infrastruktur Bappeda-Litbang Kabupaten Pekalongan Ismail mengatakan persiapan relokasi warga Simonet telah dilakukan, selain kesiapan lahan pendataan juga dilakukan termasuk berkomunikasi dengan Kementerian PUPR.
Bupati Pekalongan Fadia Arafiq mengatakan hingga saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan, salah satunya adalah mengatasi permasalahan banjir rob yang terus mengancam warga di bagian pesisir seperti Kecamatan Wonokerto.
"Keterbatasan anggaran yang dimiliki Pemkab Pekalongan menjadi salah satu alasan, tapi kami berupaya terus meminta bantuan dari provinsi dan pusat untuk menyelesaikan satu per satu persoalan," ungkap Fadia Arafiq.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News