Sumsel: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Selatan mencatat 140 hektare lahan terbakar di Sumsel. Adapun 140 hektare itu ditemukan di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Musi Banyuasin.
"Catatan kita sudah 140 hektare lahan yang sudah terbakar. Sebenarnya masih ada yang belum tercatat, namun sejauh ini laporan yang masuk sekitar 140 hektar itu," kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori, Senin, 29 Juli 2019.
Ia mengatakan mayoritas lahan yang terbakar ditemukan di Ogan Ilir. Area yang terbakar merupakan lahan tidur yang tidak produktif.
"Karena tidak diawasi lagi, maka cepat sekali terjadi kebakaran disana. Memang berdasar pengamatan kita di lapangan, rata-rata kebakaran lahan bermula terjadi di lahan tidur milik masyarakat," jelasnya.
Sebanyak 1.512 satgas gabungan darat disebar di sembilan kabupaten untuk pencegahan. Satgas disebar sesuai titik dan ancaman kerawanan karhutla yang dipetakan.
"Awal juli lalu 1.512 orang satgas darat sudah turun. Mereka terdiri dari semua unsur seperti TNI, Polri, BPBD dan juga masyarakat sekitar melalui 90 posko di sembilan kabupaten," jelas dia.
Sebagai antisipasi, kekuatan dari Landasan Udara Sri Mulyono Herlambang bersiaga. Sebanyak tiga helikopter water bombing siap diterbangkan untuk menanggulangi karhutla.
"Kami sudah melaksanakan konsep baru, kalau ada kebakaran fokusnya dilakukan oleh stakeholder daerah. Jika upaya pemadaman tak bisa dilakukan melalui jalur darat maka tim satgas udara akan menerjunkan tiga heli menuju ke lokasi untuk pemadaman darat dengan cepat agar api tak meluas," kata Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang, Kolonel Pnb Heri Sutrisno.
Ia menerangkan tiga helikopter water bombing sudah disiagakan beberapa bulan lalu dan beberapa kali melakukan pemadaman di lahan gambut yang terbakar. Tidak hanya itu, heli juga dikirim ke beberapa wilayah untuk membantu pemadaman udara.
"Sekarang ada tiga heli yang siaga untuk musim kemarau tahun 2019 ini. Bahkan ada juga sudah kami perbantukan untuk pemadaman di Riau, Palangkaraya sama Banjarmasin," jelasnya.
Heri mengaku bantuan helikopter dikurangi karena satgas karhutla fokus pemadaman darat. Penyebabnya karena biaya operasional helikopter water bombing cukup tinggi.
"Penggunaan heli tergantung ancaman. Kalau kebakaran dan ancamam besar, tentu helikopter akan diturunkan. Karena dari penggunaan pesawat itu dananya juga besar sekali,"tandasnya.
Sumsel: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Selatan mencatat 140 hektare lahan terbakar di Sumsel. Adapun 140 hektare itu ditemukan di Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Penukal Abab Lematang Ilir, dan Musi Banyuasin.
"Catatan kita sudah 140 hektare lahan yang sudah terbakar. Sebenarnya masih ada yang belum tercatat, namun sejauh ini laporan yang masuk sekitar 140 hektar itu," kata Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan BPBD Sumsel, Ansori, Senin, 29 Juli 2019.
Ia mengatakan mayoritas lahan yang terbakar ditemukan di Ogan Ilir. Area yang terbakar merupakan lahan tidur yang tidak produktif.
"Karena tidak diawasi lagi, maka cepat sekali terjadi kebakaran disana. Memang berdasar pengamatan kita di lapangan, rata-rata kebakaran lahan bermula terjadi di lahan tidur milik masyarakat," jelasnya.
Sebanyak 1.512 satgas gabungan darat disebar di sembilan kabupaten untuk pencegahan. Satgas disebar sesuai titik dan ancaman kerawanan karhutla yang dipetakan.
"Awal juli lalu 1.512 orang satgas darat sudah turun. Mereka terdiri dari semua unsur seperti TNI, Polri, BPBD dan juga masyarakat sekitar melalui 90 posko di sembilan kabupaten," jelas dia.
Sebagai antisipasi, kekuatan dari Landasan Udara Sri Mulyono Herlambang bersiaga. Sebanyak tiga helikopter water bombing siap diterbangkan untuk menanggulangi karhutla.
"Kami sudah melaksanakan konsep baru, kalau ada kebakaran fokusnya dilakukan oleh stakeholder daerah. Jika upaya pemadaman tak bisa dilakukan melalui jalur darat maka tim satgas udara akan menerjunkan tiga heli menuju ke lokasi untuk pemadaman darat dengan cepat agar api tak meluas," kata Komandan Lanud Sri Mulyono Herlambang, Kolonel Pnb Heri Sutrisno.
Ia menerangkan tiga helikopter water bombing sudah disiagakan beberapa bulan lalu dan beberapa kali melakukan pemadaman di lahan gambut yang terbakar. Tidak hanya itu, heli juga dikirim ke beberapa wilayah untuk membantu pemadaman udara.
"Sekarang ada tiga heli yang siaga untuk musim kemarau tahun 2019 ini. Bahkan ada juga sudah kami perbantukan untuk pemadaman di Riau, Palangkaraya sama Banjarmasin," jelasnya.
Heri mengaku bantuan helikopter dikurangi karena satgas karhutla fokus pemadaman darat. Penyebabnya karena biaya operasional helikopter water bombing cukup tinggi.
"Penggunaan heli tergantung ancaman. Kalau kebakaran dan ancamam besar, tentu helikopter akan diturunkan. Karena dari penggunaan pesawat itu dananya juga besar sekali,"tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)