Surabaya: Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Timur, Nyono, menyebut masyarakat mengabaikan keselematan saat melakukan penyeberangan sungai Bengawan Solo. Berbagai macam bantuan alat keselamatan untuk operator perahu penyeberangan tak pernah digunakan.
"Ada banyak bantuan yang pernah Dishub berikan, demi keselamatan mereka dalam penyebrangan. Tapi faktanya, praktiknya bantuan alat keselamatan tersebut tidak pernah ada di atas perahu," kata Nyono saat dikonfirmasi, Kamis, 4 November 2021.
Baca: Vanessa Angel dan Suami Kecelakaan, 2 Orang Meninggal Dunia
Berdasarkan catatan Dishub Jatim, ada berbagai macam bantuan yang telah diberikan kepada warga setempat dalam penyeberangan sejak 2017. Di antaranya sebanyak 650 buah life jacket melalui Dishub Kabupaten Bojonegoro, dan 225 Life Jacket serta 48 buah ring buoy melalui Dishub Kabupaten Tuban.
"Namun bantuan alat keselamatan tersebut tidak pernah ada di atas perahu, dan life jacket tidak pernah dipakaikan kepada penumpang maupun awak kapal," jelasnya.
Sebelumnya perahu penyeberangan dari Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban menuju Desa Semambung, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang dikemudikan Kasiyan terbalik akibat derasnya arus sungai Bengawan Solo.
Data kantor SAR Surabaya hingga Rabu sore, 10 penumpang selamat dan 7 lainnya masih dalam pencarian. Pencarian dihentikan sementara sejak Rabu pukul 17.00 WIB karena derasnya arus sungai dan terbatasnya jarak pandang.
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur sama sekali tidak pernah mengeluarkan izin trayek pada lintasan tersebut. "Kami tidak pernah mengeluarkan izin trayek pada lintasan penyeberangan sungai antar daerah tersebut," ujarnya.
Pihaknya beberapa kali telah melakukan penertiban aktifitas penyeberangan di lintasan tersebut, namun warga tetap saja mengoperasikan perahu dengan alasan untuk mencari penghasilan.
"Warga tetap mengoperasikan karena alasan perut, padahal dari sisi keamanan operasional perahu penyeberangan tersebut tidak layak," ujarnya.
Aspek keamanan dimaksud Nyono baik dari sisi dermaga, perahu, hingga nahkoda maupun ABK yang tidak memiliki sertifikasi. Karena alasan tersebut, Dinas Perhubungan Provinsi Jatim maupun Kementerian Perhubungan yang berwenang dalam urusan keselamatan penyeberangan tidak pernah mengeluarkan izin trayek lintasan penyeberangan sungai tersebut.
Surabaya: Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jawa Timur, Nyono, menyebut masyarakat mengabaikan keselematan saat melakukan penyeberangan sungai Bengawan Solo. Berbagai macam bantuan alat keselamatan untuk operator
perahu penyeberangan tak pernah digunakan.
"Ada banyak bantuan yang pernah Dishub berikan, demi keselamatan mereka dalam penyebrangan. Tapi faktanya, praktiknya bantuan alat keselamatan tersebut tidak pernah ada di atas perahu," kata Nyono saat dikonfirmasi, Kamis, 4 November 2021.
Baca:
Vanessa Angel dan Suami Kecelakaan, 2 Orang Meninggal Dunia
Berdasarkan catatan Dishub Jatim, ada berbagai macam bantuan yang telah diberikan kepada warga setempat dalam penyeberangan sejak 2017. Di antaranya sebanyak 650 buah life jacket melalui Dishub Kabupaten Bojonegoro, dan 225 Life Jacket serta 48 buah ring buoy melalui Dishub Kabupaten Tuban.
"Namun bantuan alat keselamatan tersebut tidak pernah ada di atas perahu, dan life jacket tidak pernah dipakaikan kepada penumpang maupun awak kapal," jelasnya.
Sebelumnya perahu penyeberangan dari Desa Ngadirejo Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban menuju Desa Semambung, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang dikemudikan Kasiyan terbalik akibat derasnya arus sungai Bengawan Solo.
Data kantor SAR Surabaya hingga Rabu sore, 10 penumpang selamat dan 7 lainnya masih dalam pencarian. Pencarian dihentikan sementara sejak Rabu pukul 17.00 WIB karena derasnya arus sungai dan terbatasnya jarak pandang.
Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Timur sama sekali tidak pernah mengeluarkan izin trayek pada lintasan tersebut. "Kami tidak pernah mengeluarkan izin trayek pada lintasan penyeberangan sungai antar daerah tersebut," ujarnya.
Pihaknya beberapa kali telah melakukan penertiban aktifitas penyeberangan di lintasan tersebut, namun warga tetap saja mengoperasikan perahu dengan alasan untuk mencari penghasilan.
"Warga tetap mengoperasikan karena alasan perut, padahal dari sisi keamanan operasional perahu penyeberangan tersebut tidak layak," ujarnya.
Aspek keamanan dimaksud Nyono baik dari sisi dermaga, perahu, hingga nahkoda maupun ABK yang tidak memiliki sertifikasi. Karena alasan tersebut, Dinas Perhubungan Provinsi Jatim maupun Kementerian Perhubungan yang berwenang dalam urusan keselamatan penyeberangan tidak pernah mengeluarkan izin trayek lintasan penyeberangan sungai tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)