Semarang: Harga pangan strategis di Jawa Tengah masih tinggi meski produksi pangan di wilayah itu surplus. Kenaikan harga tidak bisa dihindari akibat sebagian hasil produksi dijual keluar provinsi.
"Jateng sebagai penyangga pangan nasional kita juga menyuplai kebutuhan di daerah lain. Sebenarnya produksi kita surplus, namun sekitar 50 persen beredar ke daerah lain, seperti Jakarta, Padang, Riau dan Lampung," kata Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Sri Broto Rini, Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 21 Juli 2022.
Selain itu, kata Sri, anomali cuaca di Jateng juga turut mengakibatkan produksi sentra penghasil pangan pokok tidak maksimal. Stok pangan pokok strategis di Jateng, seperti beras mencapai 6.395.305 ton dari kebutuhan sebesar 4.556.070 ton.
"Stok bawang merah 282.116 ton dari kebutuhan sebesar 178.962 ton, stok cabai besar yang mencapai 185.343 ton dan cabai rawit 207.120 ton," urainya.
Namun, karena 50 persen dari produksi pangan Jateng malah dipasok ke luar provinsi, harga pangan di Jateng menjadi melambung.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Dyah Lukisari, mengatakan sedang berupaya melakukan stabilisasi harga pangan dengan melakukan operasi pasar dan fasilitasi distribusi.
Ada delapan jenis komoditas pangan pokok strategis di Jateng yang mendapat fasilitasi distribusi, seperti cabai dan bawang yang kini harganya melambung tinggi, serta beras, telur, gula, minyak, sayur dan jagung serta daging sapi.
Delapan komoditas pangan ini disalurkan ke daerah-daerah yang mengalami kenaikan harga yang tinggi, seperti Semarang, Kabupaten Temanggung, dan Kendal.
"Fasilitasi distribusi yang kami lakukan adalah dengan menyubsidi terkait proses transportasi, bongkar muat dan packing," jelas Dyah.
Dengan fasilitasi distribusi ini, Dyah mengatakan petani menjadi tidak dirugikan karena pembelian sesuai dengan harga pasar, dan konsumen tidak dicekik dengan harga yang terlalu mahal.
"Ini akan terus kami lakukan. Sumber anggaran kami selain dari APBD juga dari pusat dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas). Karena kadang kita mengambil harga pangan pokok strategis dari luar provinsi," sebutnya.
Sementara untuk operasi pasar, kata Dyah, Pemprov Jateng sudah melakukan intervensi terhadap 85.000 kilogram komoditas berupa cabai, bawang merah dan jagung.
"Subsidi dilaksanakan di lima titik yang menjadi pantauan barometer inflasi, di Kota Semarang, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal dan Kota Surakarta. Ini dilakukan untuk stabilisasi pasokan supaya harga bisa turun, karena sekarang harganya sudah melebihi acuan pemerintah," imbuhnya.
Semarang:
Harga pangan strategis di Jawa Tengah masih tinggi meski produksi pangan di wilayah itu surplus. Kenaikan harga tidak bisa dihindari akibat sebagian hasil produksi dijual keluar provinsi.
"Jateng sebagai penyangga pangan nasional kita juga menyuplai kebutuhan di daerah lain. Sebenarnya produksi kita surplus, namun sekitar 50 persen beredar ke daerah lain, seperti Jakarta, Padang, Riau dan Lampung," kata Kabid Distribusi dan Cadangan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Sri Broto Rini, Semarang, Jawa Tengah, Kamis, 21 Juli 2022.
Selain itu, kata Sri, anomali cuaca di Jateng juga turut mengakibatkan produksi sentra penghasil pangan pokok tidak maksimal. Stok pangan pokok strategis di Jateng, seperti beras mencapai 6.395.305 ton dari kebutuhan sebesar 4.556.070 ton.
"Stok bawang merah 282.116 ton dari kebutuhan sebesar 178.962 ton, stok cabai besar yang mencapai 185.343 ton dan
cabai rawit 207.120 ton," urainya.
Namun, karena 50 persen dari produksi pangan Jateng malah dipasok ke luar provinsi, harga pangan di Jateng menjadi melambung.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Jateng, Dyah Lukisari, mengatakan sedang berupaya melakukan stabilisasi harga pangan dengan melakukan operasi pasar dan fasilitasi distribusi.
Ada delapan jenis
komoditas pangan pokok strategis di Jateng yang mendapat fasilitasi distribusi, seperti cabai dan bawang yang kini harganya melambung tinggi, serta beras, telur, gula, minyak, sayur dan jagung serta daging sapi.
Delapan komoditas pangan ini disalurkan ke daerah-daerah yang mengalami kenaikan harga yang tinggi, seperti Semarang, Kabupaten Temanggung, dan Kendal.
"Fasilitasi distribusi yang kami lakukan adalah dengan menyubsidi terkait proses transportasi, bongkar muat dan packing," jelas Dyah.
Dengan fasilitasi distribusi ini, Dyah mengatakan petani menjadi tidak dirugikan karena pembelian sesuai dengan harga pasar, dan konsumen tidak dicekik dengan harga yang terlalu mahal.
"Ini akan terus kami lakukan. Sumber anggaran kami selain dari APBD juga dari pusat dalam hal ini Badan Pangan Nasional (Bapanas). Karena kadang kita mengambil harga pangan pokok strategis dari luar provinsi," sebutnya.
Sementara untuk operasi pasar, kata Dyah, Pemprov Jateng sudah melakukan intervensi terhadap 85.000 kilogram komoditas berupa cabai, bawang merah dan jagung.
"Subsidi dilaksanakan di lima titik yang menjadi pantauan barometer inflasi, di Kota Semarang, Cilacap, Banyumas, Kota Tegal dan Kota Surakarta. Ini dilakukan untuk stabilisasi pasokan supaya harga bisa turun, karena sekarang harganya sudah melebihi acuan pemerintah," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)