Mayoritas rumah di sana berdiri megah dan mewah seperti rumah-rumah yang ada di ibukota. Padahal, tanah di desa tersebut terbilang tidak rata karena letaknya yang berada di area pegunungan. Rumah-rumah ini biasanya hanya dihuni anak-anak atau kerabat, sementara pemiliknya pergi merantau ke kota.
Mereka merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung. Namun, banyak juga yang mengadu nasib hingga Sumatra dan Kalimantan.
Para perantau tersebut bekerja sebagai pedagang. Biasanya, perantau laki-laki berdagang bakso baik itu keliling atau mangkal di ruko-ruko. Sedangkan para perempuan berjualan jamu. Pekerjaan ini dilakukan hampir 60 persen dari total lima ribu penduduk Bubakan.
| Baca: Mengenal Slamet Sapi Kurban Milik Presiden Berbobot 1,13 Ton |
Deretan rumah mewah di Bubakan bisa dibilang jadi simbol kesuksesan mereka di tanah rantau. Lain lagi dengan kondisi mereka di perantauan. Di sana, mereka memilih berhemat dengan mengontrak rumah. Begitu pundi-pundi uang terkumpul, mereka bawa ke kampung halaman.
Fenomena banyaknya warga yang pergi merantau ke kota bisa dirunut sejak 1980 silam. Waktu itu ada seorang pengusaha sukses asal Sukoharjo bernama Mbah Joyo yang mengajak beberapa warga untuk ikut dengannya. Mereka diminta menjualkan dagangan Mbah Joyo berupa bakso dan jamu.
Berbekal ilmu yang didapat selama ikut Mbah Joyo, mereka memberanikan diri membuka usaha sendiri. Beberapa yang sukses akhirnya mengajak warga untuk ikut merantau. Kesuksesan mereka rupanya membuat warga lain terinspirasi untuk mengadu nasib di daerah lain. Lambat laun, banyak warga Desa Bubakan yang menjadi perantau di pelbagai kota di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id