Bandung: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, meminta PT Pertamina memperbaikan cara penjualan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pasalnya, hingga kini tidak ada penyaringan atau pengaturan penjualan BBM bersubsidi di satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) terutama pertalite.
Menurut gubernur yang akrab disapa Emil, Pertamina selama ini belum melakukan penyaringan terhadap konsumen yang hendak mengisi BBM bersubsidi baik itu pertalite, solar, atau pun pertamax di SPBU. Hal itu membuktikan jika penjualan BBM subsidi selama ini tidak tepat sasaran karena kendaraan jenis apapun tetap bisa mengisi BBM subsidi.
"Kita memahami alasan pemerintah pusat karena subsidinya sudah di atas Rp500 triliun hanya untuk membayari subsidi BBM. Sehingga memang saya titip, kalau betul selama ini terjadi salah sasaran BBM subsidi, mohon Pertamina khususnya bisa punya cara bahwa yang membeli BBM subsidi itu betul-betul yang diperuntukkan," ujar Emil di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin, 5 September 2022.
Emil menuturkan selama ini penjualan BBM subsidi di SPBU tidak dilakukan pengawasan yang ketat. Pengawasan serta mekanisme pun, lanjut Emil, harus dilakukan oleh Pertamina sebagai jawaban atas kenaikan harga tiga jenis BBM.
"Menurut saya tolong ada upaya untuk memastikan argumentasi subsidi tepat sasaran ini bisa sesuai dengan kenyataan di lapangan," sahut Emil.
Emil mengatakan kenaikan harga tiga jenis BBM pada akhir pekan lalu dipastikan berdampak pada inflasi termasuk di Jabar. Namun, Emil meminta masyarakat untuk menyikapi kenaikan BBM tersebut dengan bijak disamping adanya bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat sebesar Rp150 ribu per bulan selama empat bulan dari pemerintah pusat.
"Setiap kenaikan BBM akan menaikkan inflasi, harus kita waspadai bersama, karena ini menyertai kenaikan semua unsur ekonomi yang berhubungan dengan komponennya transportasi. Ada harga bahan pokok kemungkinan ikut naik, transportasi masyarakat. Oleh karena itu tentunya, kita sikapi semua ini dengan sebijak-bijaknya," ungkap Emil.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022. Ketiga BBM yang naik, yaitu pertalite semula Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter, terus solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax asalnya Rp12.500 menjadi Rp14.500.
Bandung: Gubernur Jawa Barat,
Ridwan Kamil, meminta
PT Pertamina memperbaikan cara penjualan bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi. Pasalnya, hingga kini tidak ada penyaringan atau pengaturan penjualan BBM bersubsidi di satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) terutama pertalite.
Menurut gubernur yang akrab disapa Emil, Pertamina selama ini belum melakukan penyaringan terhadap konsumen yang hendak mengisi BBM bersubsidi baik itu pertalite, solar, atau pun pertamax di SPBU. Hal itu membuktikan jika penjualan BBM subsidi selama ini tidak tepat sasaran karena kendaraan jenis apapun tetap bisa mengisi BBM subsidi.
"Kita memahami alasan pemerintah pusat karena subsidinya sudah di atas Rp500 triliun hanya untuk membayari subsidi BBM. Sehingga memang saya titip, kalau betul selama ini terjadi salah sasaran BBM subsidi, mohon Pertamina khususnya bisa punya cara bahwa yang membeli BBM subsidi itu betul-betul yang diperuntukkan," ujar Emil di Gedung DPRD Jabar, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin, 5 September 2022.
Emil menuturkan selama ini penjualan BBM subsidi di SPBU tidak dilakukan pengawasan yang ketat. Pengawasan serta mekanisme pun, lanjut Emil, harus dilakukan oleh Pertamina sebagai jawaban atas kenaikan harga tiga jenis BBM.
"Menurut saya tolong ada upaya untuk memastikan argumentasi subsidi tepat sasaran ini bisa sesuai dengan kenyataan di lapangan," sahut Emil.
Emil mengatakan kenaikan harga tiga jenis BBM pada akhir pekan lalu dipastikan berdampak pada inflasi termasuk di Jabar. Namun, Emil meminta masyarakat untuk menyikapi kenaikan BBM tersebut dengan bijak disamping adanya bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat sebesar Rp150 ribu per bulan selama empat bulan dari pemerintah pusat.
"Setiap kenaikan BBM akan menaikkan inflasi, harus kita waspadai bersama, karena ini menyertai kenaikan semua unsur ekonomi yang berhubungan dengan komponennya transportasi. Ada harga bahan pokok kemungkinan ikut naik, transportasi masyarakat. Oleh karena itu tentunya, kita sikapi semua ini dengan sebijak-bijaknya," ungkap Emil.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan kenaikan harga BBM bersubsidi pada Sabtu, 3 September 2022. Ketiga BBM yang naik, yaitu pertalite semula Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter, terus solar dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 per liter, dan pertamax asalnya Rp12.500 menjadi Rp14.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)