FKP USK Bangun Bak Penetasan Penyu di Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Medcom.id/Fajri Fatmawati
FKP USK Bangun Bak Penetasan Penyu di Lampuuk, Kabupaten Aceh Besar, Aceh. Foto: Medcom.id/Fajri Fatmawati

Kombinasikan Konservasi dan Edukasi, FKP USK Bangun Bak Penetasan Penyu

Fajri Fatmawati • 06 Agustus 2024 17:47
Aceh Besar: Penyu sebagai salah satu spesies laut yang terancam punah memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Sayangnya, keberadaan penyu saat ini dihadapkan pada berbagai ancaman, seperti perburuan, kerusakan habitat, dan sampah laut.
 
Kepala Laboratorium Biologi Laut Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh, Irma Dewiyanti, menjelaskan, penyu merupakan hewan unik yang migrasi ribuan kilometer dari laut ke darat hanya untuk bertelur. Namun, perjalanan panjang ini seringkali berakhir tragis akibat berbagai ancaman yang mengintai.
 
"Manusia adalah predator paling menakutkan bagi penyu karena perburuan. Sampah laut juga menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup penyu, terutama saat mereka mengira sampah plastik sebagai makanan," kata Irma kepada Medcom.id, Selasa, 6 Agustus 2024.

Untuk mendukung pelestariannya, pihaknya membangun sebuah bak penetasan penyu di kawasan konservasi Lampuuk. Bak ini memiliki kapasitas 10 sarang untuk menampung hingga 100 butir telur penyu dalam satu sarang. Kegiatan ini, merupakan Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Produk Terknologi Tepat guna (PKMBP-TTG) USK 2024. Dibuka oleh Wakil Dekan Akademik FKP USK, Muhammadar dan dihadiri oleh para dosen FKP USK serta kelompok konservasi penyu Lampuuk.
 
Pemanfaatan limbah Fly Ash-Bottom Ash (FABA) untuk memodifikasi naungan bak penetasan telur penyu menjadi inovasi dalam upaya konservasi penyu di kawasan Lampuuk, Aceh Besar. Selain berkontribusi pada pelestarian satwa langka ini, inovasi tersebut juga dapat meningkatkan potensi edutourism di kawasan konservasi.
 
Dalam upaya mengatasi permasalahan tersebut, mahasiswa KKN FKP USK, Muhammad Arkan, melakukan pengabdian terkait pemanfaatan FABA dan potensi pengembangan edutourism di kawasan Lampuuk.
 
"Pengabdian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas modifikasi naungan bak penetasan telur penyu menggunakan FABA dalam meningkatkan suhu dan kelembapan yang optimal bagi telur penyu, serta mengukur minat pengunjung terhadap kegiatan edutourism," kata Arkan.
 
Arkan menjelaskan bahwa melalui penyebaran kuesioner kepada pengunjung, diperoleh data yang menunjukkan bahwa secara umum, pengunjung menilai kebersihan di kawasan wisata Lampuuk cukup baik. Namun, masih ada beberapa fasilitas yang dianggap kurang lengkap dan memadai.
 
"Hasil penelitian di kawasan wisata Lampuuk memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi edutourism. Meski demikian, masih terdapat beberapa fasilitas yang perlu ditingkatkan untuk memberikan kenyamanan bagi pengunjung," ujarnya.
 
Ketua Kelompok Konservasi Penyu Lampuuk, Ikhsan Jamaluddin, mengungkapkan fluktuasi populasi penyu di Lampuuk dalam beberapa tahun terakhir. "Dulu, jumlah penyu yang bertelur cukup tinggi. Namun, dalam lima tahun terakhir terjadi penurunan yang cukup drastis," ungkap Ikhsan.
 
Ikhsan juga menceritakan pengalamannya menemukan individu penyu berukuran sangat besar tiga tahun lalu. "Sayangnya, penyu sebesar mobil Brio itu tidak pernah terlihat lagi," ujarnya.
 
Dengan adanya bak penetasan tersebut, Ikhsan berharap dapat meningkatkan keberhasilan penetasan telur penyu dan menarik lebih banyak wisatawan untuk mengunjungi kawasan konservasi.
 
"Dengan adanya inovasi ini, diharapkan dapat tercipta sinergi antara upaya konservasi penyu dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan. Wisatawan tidak hanya dapat menikmati keindahan alam Lampuuk, tetapi juga mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kelestarian penyu dan dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar," harapnya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan