Jepara: 'Hotel kerbau' di Desa Guwosobokerto Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai ramai dipesan jelang Hari Raya Iduladha. Deretan puluhan kandang di pinggir sungai Sungai Bom disebut hotel kerbau lantaran hewan kurban dititipkan di tempat ini sebelum disembelih.
Wakil Ketua Kelompok Peternak Makmur Mursalin mengatakan istilah hotel kerbau muncul secara tak sengaja. Kandang-kandang milik peternak dibangun berjejer memanjang dari utara ke selatan layaknya petak-petak kamar. Lokasi kandang berdekatan dengan sawah dan Kali Bom yang berjarak satu kilometer dari permukiman warga.
"Banyak pembeli yang seusai beli menitipkan kerbau di kandang warga. Lalu mereka harus membayar tarif untuk pemeliharaan, sekitar Rp400 ribu sampai Rp500 ribu sebulan untuk membeli pakan dan perawatan. Karena itu disebut hotel kerbau,” ujar Mursalin.
Sebanyak 60 kandang yang tersedia mampu menampung 450 ekor kerbau dewasa. Kerbau yang dititipkan tidak hanya diberi makan. namun juga dimandikan empat kali dalam sehari. Sementara, untuk pakan peternak harus merogoh kocek Rp20 ribu sehari untuk tiga ekor kerbau.
“Mandinya empat kali, pagi, siang, sore dan nanti malam mulai jam delapan. Biar tubuh kerbau tidak panas, juga sekalian membuang kotoran. Jadi kerbau lebih bersih,” kata Mursalin.
Namun, petani terkendala air pada musim kemarau seperti saat ini karena debit air Sungai Bom menyusut. Peternak ingin agar pemerintah daerah menormalisasi sungai dan membuatkan sumur bor.
“Kalau musim kemarau mencapai puncak, airnya (Sungai Bom) tidak ada. Kerbau ya akhirnya mandi lumpur. Untuk sumur bor, kami kemarin sudah minta kepada pemerintah kabupaten Jepara, agar dibuatkan. Tujuannya, agar bisa mencukupi air minum kerbau-kerbau,” pungkas Mursalin.
Jepara: 'Hotel kerbau' di Desa Guwosobokerto Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, mulai ramai dipesan jelang Hari Raya Iduladha. Deretan puluhan kandang di pinggir sungai Sungai Bom disebut hotel kerbau lantaran hewan kurban dititipkan di tempat ini sebelum disembelih.
Wakil Ketua Kelompok Peternak Makmur Mursalin mengatakan istilah hotel kerbau muncul secara tak sengaja. Kandang-kandang milik peternak dibangun berjejer memanjang dari utara ke selatan layaknya petak-petak kamar. Lokasi kandang berdekatan dengan sawah dan Kali Bom yang berjarak satu kilometer dari permukiman warga.
"Banyak pembeli yang seusai beli menitipkan kerbau di kandang warga. Lalu mereka harus membayar tarif untuk pemeliharaan, sekitar Rp400 ribu sampai Rp500 ribu sebulan untuk membeli pakan dan perawatan. Karena itu disebut hotel kerbau,” ujar Mursalin.
Sebanyak 60 kandang yang tersedia mampu menampung 450 ekor kerbau dewasa. Kerbau yang dititipkan tidak hanya diberi makan. namun juga dimandikan empat kali dalam sehari. Sementara, untuk pakan peternak harus merogoh kocek Rp20 ribu sehari untuk tiga ekor kerbau.
“Mandinya empat kali, pagi, siang, sore dan nanti malam mulai jam delapan. Biar tubuh kerbau tidak panas, juga sekalian membuang kotoran. Jadi kerbau lebih bersih,” kata Mursalin.
Namun, petani terkendala air pada musim kemarau seperti saat ini karena debit air Sungai Bom menyusut. Peternak ingin agar pemerintah daerah menormalisasi sungai dan membuatkan sumur bor.
“Kalau musim kemarau mencapai puncak, airnya (Sungai Bom) tidak ada. Kerbau ya akhirnya mandi lumpur. Untuk sumur bor, kami kemarin sudah minta kepada pemerintah kabupaten Jepara, agar dibuatkan. Tujuannya, agar bisa mencukupi air minum kerbau-kerbau,” pungkas Mursalin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)