Cibinong: Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, belum menerima laporan adanya warga di daerahnya terkena wabah difteri meski beberapa daerah lain di Jawa Barat telah menetapkan status kejadian luar biasa (KLB).
"Sampai saat ini saya masih belum menerima laporan (kasus difteri)," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Agus Fauzi, Jumat, 3 Maret 2023.
Difteri merupakan infeksi serius pada hidung dan tenggorokan akibat selembar materi tebal berwarna abu-abu menutupi bagian belakang tenggorokan sehingga membuat sulit bernapas.
Agus menyebutkan, penyakit saluran pernapasan itu memang sudah jarang ditemukan di Bogor. Namun, dengan kondisi cuaca ekstrem, dapat menjadi salah satu faktor penyakit tersebut kembali diderita warga.
"Kondisi sekarang bisa saja karena faktor cuaca, faktor daya tahan tubuh. Termasuk salah satunya mungkin karena cakupan imunisasi difterinya rendah, sama halnya dengan (imunisasi) campak," terang Agus.
Padahal, kata dr Agus, difteri merupakan salah satu penyakit yang mudah dicegah dengan pemberian vaksin. Tapi, angka vaksinasi difteri, campak, dan lainnya belakangan menurun lantaran pemerintah fokus pada pelaksanaan vaksinasi covid-19.
"Memang selama pandemi covid, dari target 95 persen (vaksinasi difteri), kita masih di bawah, masih 85 persenan," beber dia.
Sebelumnya, Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati mengatakan, sebagian warga sekitar tidak menyadari penyakit difteri sehingga lalai dalam penanganan pertama.
"Gejala-gejalanya demam dan sakit menelan. Kemudian kalau dilihat di pangkal tenggorokannya ada selaput putih. Nah itu harus segera ditangani karena kalau terlambat, racun dari difteri itu bisa sampai ke jantung, dan itulah yang menyebabkan kematian," ucapnya,
Untuk enam daerah lain yang terdapat suspek difteri, Dewi menjelaskan, Dinkes Jabar juga melakukan penanganan dengan memberikan Anti Difteri Serum (ADS), pelacakan kontak erat, dan pengambilan sampel dari suspek.
Enam daerah itu adalah Cianjur, Tasikmalaya, Indramayu, Karawang, Bandung Barat, Kota Bogor, dan Sukabumi.
"Sudah kita lakukan treatment di enam daerah tersebut, tinggal menunggu hasil laboratoriumnya," jelas dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Cibinong: Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, belum menerima laporan adanya warga di daerahnya terkena wabah difteri meski beberapa daerah lain di Jawa Barat telah menetapkan status
kejadian luar biasa (KLB).
"Sampai saat ini saya masih belum menerima laporan (kasus difteri)," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Agus Fauzi, Jumat, 3 Maret 2023.
Difteri merupakan infeksi serius pada hidung dan tenggorokan akibat selembar materi tebal berwarna abu-abu menutupi bagian belakang tenggorokan sehingga membuat sulit bernapas.
Agus menyebutkan, penyakit saluran pernapasan itu memang sudah jarang ditemukan di Bogor. Namun, dengan kondisi cuaca ekstrem, dapat menjadi salah satu faktor penyakit tersebut kembali diderita warga.
"Kondisi sekarang bisa saja karena faktor cuaca, faktor daya tahan tubuh. Termasuk salah satunya mungkin karena
cakupan imunisasi difterinya rendah, sama halnya dengan (imunisasi) campak," terang Agus.
Padahal, kata dr Agus, difteri merupakan salah satu penyakit yang mudah dicegah dengan pemberian vaksin. Tapi, angka vaksinasi difteri, campak, dan lainnya belakangan menurun lantaran pemerintah fokus pada pelaksanaan vaksinasi covid-19.
"Memang selama pandemi covid, dari target 95 persen (vaksinasi difteri), kita masih di bawah, masih 85 persenan," beber dia.
Sebelumnya, Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati mengatakan, sebagian warga sekitar tidak menyadari penyakit difteri sehingga lalai dalam penanganan pertama.
"Gejala-gejalanya demam dan sakit menelan. Kemudian kalau dilihat di pangkal tenggorokannya ada selaput putih. Nah itu harus segera ditangani karena kalau terlambat, racun dari difteri itu bisa sampai ke jantung, dan itulah yang menyebabkan kematian," ucapnya,
Untuk enam daerah lain yang terdapat suspek difteri, Dewi menjelaskan, Dinkes Jabar juga melakukan
penanganan dengan memberikan Anti Difteri Serum (ADS), pelacakan kontak erat, dan pengambilan sampel dari suspek.
Enam daerah itu adalah Cianjur, Tasikmalaya, Indramayu, Karawang, Bandung Barat, Kota Bogor, dan Sukabumi.
"Sudah kita lakukan treatment di enam daerah tersebut, tinggal menunggu hasil laboratoriumnya," jelas dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)