Peninjauan lokasi longsor di Wolotopo, Ende, NTT, beberapa waktu lalu. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)
Peninjauan lokasi longsor di Wolotopo, Ende, NTT, beberapa waktu lalu. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Warga Ende NTT Diimbau Waspadai Fenomena Tanah Bergerak

Antara • 11 Mei 2024 17:08
Kupang: Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengimbau masyarakat Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), untuk mewaspadai potensi gerakan tanah seperti longsor saat hujan deras.
 
"Ada 15 kecamatan yang memiliki potensi gerakan tanah menengah-tinggi," kata Kepala Balai Pemantauan Gunung Api dan Mitigasi Bencana Gerakan Tanah Wilayah Nusa Tenggara, Badan Geologi, Zakarias Ghele Raja, Sabtu, 11 Mei 2024.
 
Hal itu ia sampaikan menyikapi kejadian longsor akibat hujan deras, Sabtu, 4 Mei 2024, yang mengakibatkan tiga warga Kabupaten Ende meninggal.

Ia menjelaskan mitigasi bencana tanah longsor dapat dilakukan apabila mengetahui tanda-tanda longsor, sekaligus melakukan langkah antisipasi.
 
Tanda-tanda longsor, yakni longsoran kecil pada lereng, lalu muncul retakan, penurunan pada lereng atau dinding penahan di pinggir lereng bukit.
 
Baca juga: Gunung Ibu Meletus, Pemkab Halmahera Siapkan Lokasi Pengungsian Warga Terdampak

Tanda berikut, longsornya benda-benda, seperti pohon, batu, dan lainnya jatuh dari pinggir lereng bukit. Lalu, ada perubahan mendadak warna air sungai atau alur sungai dari bening jadi berlumpur atau keruh.
 
Selain itu, dari dinding bukit keluar mata air yang cukup deras, sehingga terjadi longsor sedikit demi sedikit. "Lalu, makin banyaknya rembesan air yang keluar di sepanjang dinding bukit," ucapnya.
 
Dengan mengetahui tanda-tanda itu, Zakarias menyebut masyarakat dapat melakukan langkah antisipasi. "Masyarakat dapat menghindari tanah longsor dengan tidak bermukim di tepi, bawah, atas tebing yang terjal, lalu tidak bermukim di mulut lembah, alur sungai," urai dia.
 
Zakarias menilai pentingnya pencegahan kejadian gerakan tanah agar dapat meminimalisasi dampak yang ditimbulkan.
 
Badan Geologi juga memberikan rekomendasi agar masyarakat tidak mengembangkan pemukiman mendekat ke arah lereng dan alur air, baik sungai maupun alur-alur air lainnya.
 
Langkah berikutnya, yakni tidak mengembangkan lahan basah, kolam penampungan air di sekitar pemukiman untuk menghindari pelunakan dan pembebanan agar tidak membebani lereng yang dapat memicu gerakan tanah.
 
Baca juga: Curah Hujan di Sulteng Dipicu Partikel Vulkanis Gunung Ruang

Selain itu, masyarakat perlu membuat dinding penahan tebing (DPT) atau perkuatan lereng pada tebing sesuai dengan kaidah geologi teknik.
 
Dinding penahan disarankan menembus batuan dasar atau keras dan dilengkapi dengan lubang air dan parit atau selokan kedap air untuk aliran air permukaan.
 
Ia mengimbau warga untuk melestarikan vegetasi berakar kuat dan dalam di daerah berlereng terjal untuk memperkuat kestabilan lereng.
 
"Lakukan penataan lahan atau pelestarian vegetasi yang memperkuat lereng, tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, serta penataan drainase dan pembuatan bronjong," imbau dia.
 
Adapun 15 kecamatan di Kabupaten Ende yang memiliki potensi risiko menengah-tinggi, yakni Kecamatan Detukeli, Detusoko, Ende, Kelimutu, Kota Baru, Lempembusu Kelisoke, Lio Timur, Maurole, Mauruko, Nangapanda, Ndona, Ndona Timur, Welaria, Wolojita, dan Wolowaru.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan