medcom.id, Temanggung: Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Wilayah Karesidenan Kedu, Retno Dyah Ratmawati meminta para petani mewaspadai serangan hama wereng. Soalnya iklim el nino basah seperti sekarang ini membuat potensi serangan wereng relatif tinggi.
"Iklimnya sekarang harusnya sudah kemarau, tapi ini elnino basah atau kemarau basah, jadi masih banyak hujan. Jadi lingkungna pertanian lembab tetapi panas. Iklim semacam ini amat disukai wereng," kata Retno, Senin (28/4).
Apalagi kebiasaan petani di Temanggung selalu tanam tidak serentak, sehingga serangan wereng mudah berpindah ke tempat lainnya yang baru mulai tanam. Berdasarkan sifatnya, wereng bisa berpindah ke tempat yang jauhnya hingga sekitar dua kilometer. Ditambah lagi ketersediaan air di daerah Temanggung selalu cukup, sehingga makin menyenangkan wereng.
"Tetapi sebentar lagi di beberapa daerah Temanggung sudah akan mulai tanam tembakau, sehingga siklus wereng ini akan terputus. Hanya untuk Kecamatan Pringsurat memang tidak ada tembakau, tapi disana pola tanamnya serentak, sehingga potensi terserang wereng kecil," kata Retno.
Serangan wereng membuat tanaman kerdil, pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga produksi tanaman berkurang. Namun jika terlambat melapor dan terlambat ditangani maka akan menimbulkan puso. Apalagi petugas pengendalian hama juga jumlahnya terbatas. Idealnya di satu desa ada satu petugas. Namun saat ini, di satu kecamatan hanya ada satu hingga dua orang petugas.
Penyebab lainnya, kata Retno, karena banyak petani yang masih menggunakan padi dari varietas baru dan lokal yang tidak tahan terhadap serangan wereng. Di antaranya pandan wangi dan mentik wangi.
Sebelumnya, hama wereng menyerang ratusan hektar tanaman padi di empat desa, yakni Joho, Jurang, Tlogorejo (Kecamatan Temanggung) dan Desa Salamsari di Kecamatan Kedu. Namun untuk serangan wereng di Salamsari sudah dilakukan upaya pengendalian, yakni dengan fasilitasi kondisi eksplosif. Lainnya dengna memberi bantuan sarana pengendalian berupa pestisida.
"Kita juga berikan pendampingan dari petugas pengamat atau POPT ke petani untuk upaya pengendalian itu. Kita utamakan pengendalian pada tanaman muda, meski yang tua juga tetap kita kendalikan supaya wereng tidak migran atau berpindah. Kita juga pasang lampu perangkap untuk memonitor serangga karena wereng suka cahaya. Di tiap kecamatan ada 2-3 lampu perangkap," katanya.
medcom.id, Temanggung: Kepala Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) Wilayah Karesidenan Kedu, Retno Dyah Ratmawati meminta para petani mewaspadai serangan hama wereng. Soalnya iklim
el nino basah seperti sekarang ini membuat potensi serangan wereng relatif tinggi.
"Iklimnya sekarang harusnya sudah kemarau, tapi ini elnino basah atau kemarau basah, jadi masih banyak hujan. Jadi lingkungna pertanian lembab tetapi panas. Iklim semacam ini amat disukai wereng," kata Retno, Senin (28/4).
Apalagi kebiasaan petani di Temanggung selalu tanam tidak serentak, sehingga serangan wereng mudah berpindah ke tempat lainnya yang baru mulai tanam. Berdasarkan sifatnya, wereng bisa berpindah ke tempat yang jauhnya hingga sekitar dua kilometer. Ditambah lagi ketersediaan air di daerah Temanggung selalu cukup, sehingga makin menyenangkan wereng.
"Tetapi sebentar lagi di beberapa daerah Temanggung sudah akan mulai tanam tembakau, sehingga siklus wereng ini akan terputus. Hanya untuk Kecamatan Pringsurat memang tidak ada tembakau, tapi disana pola tanamnya serentak, sehingga potensi terserang wereng kecil," kata Retno.
Serangan wereng membuat tanaman kerdil, pertumbuhan tanaman terganggu, sehingga produksi tanaman berkurang. Namun jika terlambat melapor dan terlambat ditangani maka akan menimbulkan puso. Apalagi petugas pengendalian hama juga jumlahnya terbatas. Idealnya di satu desa ada satu petugas. Namun saat ini, di satu kecamatan hanya ada satu hingga dua orang petugas.
Penyebab lainnya, kata Retno, karena banyak petani yang masih menggunakan padi dari varietas baru dan lokal yang tidak tahan terhadap serangan wereng. Di antaranya pandan wangi dan mentik wangi.
Sebelumnya, hama wereng menyerang ratusan hektar tanaman padi di empat desa, yakni Joho, Jurang, Tlogorejo (Kecamatan Temanggung) dan Desa Salamsari di Kecamatan Kedu. Namun untuk serangan wereng di Salamsari sudah dilakukan upaya pengendalian, yakni dengan fasilitasi kondisi eksplosif. Lainnya dengna memberi bantuan sarana pengendalian berupa pestisida.
"Kita juga berikan pendampingan dari petugas pengamat atau POPT ke petani untuk upaya pengendalian itu. Kita utamakan pengendalian pada tanaman muda, meski yang tua juga tetap kita kendalikan supaya wereng tidak migran atau berpindah. Kita juga pasang lampu perangkap untuk memonitor serangga karena wereng suka cahaya. Di tiap kecamatan ada 2-3 lampu perangkap," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGT)