Yogyakarta: Kementerian Riset dan Teknologi akan mengintensifkan penelitian dan penerapan teknologi kebencanaan tahun ini. Hal ini dilakukan dalam upaya pengurangan dampak bencana.
"Kami akan menjadikan bencana sebagai prioritas riset," ujar Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, di Yogyakarta, Selasa, 8 Januari 2020.
Menurut Bambang, jumlah riset dan teknologi pengurangan bencana saat ini masih minim. Kajian yang telah ada pun baru mencakup pengurangan dampak bencana kebakaran hutan dan banjir.
"Misalnya modifikasi cuaca untuk kebakaran lahan kemarin dan buat besok mengurangi dampak banjir," tuturnya.
Bambang mengatakan modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir. Sehingga hujan lebat yang seharusnya turun di wilayah permukiman padat penduduk bisa dicegah. Selain itu, riset dan teknologi kebencanaan juga pernah ditetapkan untuk meminimalisasi risiko bencana tsunami.
"Pemerintah sudah meletakkan early warning system (EWS) di 16 titik dasar laut yang rawan menimbulkan potensi tsunami," kata dia.
EWS akan memberi tahu sinyal kepada menara pengawas jika terjadi gelombang yang berpotensi tsunami. "Sehingga petugas bisa segera memberitahu warga untuk mengungsi sebelum tsunami sampai ke daratan," jelas Bambang.
BRIN pun mendorong perguruan tinggi dan para peneliti memperbanyak penelitian terkait pengurangan risiko kebencanaan. "Harapannya kita bisa memitigasi dampak bencana dengan riset dan teknologi," pungkasnya.
Yogyakarta: Kementerian Riset dan Teknologi akan mengintensifkan penelitian dan penerapan teknologi kebencanaan tahun ini. Hal ini dilakukan dalam upaya pengurangan dampak bencana.
"Kami akan menjadikan bencana sebagai prioritas riset," ujar Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro, di Yogyakarta, Selasa, 8 Januari 2020.
Menurut Bambang, jumlah riset dan teknologi pengurangan bencana saat ini masih minim. Kajian yang telah ada pun baru mencakup pengurangan dampak bencana kebakaran hutan dan banjir.
"Misalnya modifikasi cuaca untuk kebakaran lahan kemarin dan buat besok mengurangi dampak banjir," tuturnya.
Bambang mengatakan modifikasi cuaca dilakukan untuk mengurangi dampak bencana banjir. Sehingga hujan lebat yang seharusnya turun di wilayah permukiman padat penduduk bisa dicegah. Selain itu, riset dan teknologi kebencanaan juga pernah ditetapkan untuk meminimalisasi risiko bencana tsunami.
"Pemerintah sudah meletakkan early warning system (EWS) di 16 titik dasar laut yang rawan menimbulkan potensi tsunami," kata dia.
EWS akan memberi tahu sinyal kepada menara pengawas jika terjadi gelombang yang berpotensi tsunami. "Sehingga petugas bisa segera memberitahu warga untuk mengungsi sebelum tsunami sampai ke daratan," jelas Bambang.
BRIN pun mendorong perguruan tinggi dan para peneliti memperbanyak penelitian terkait pengurangan risiko kebencanaan. "Harapannya kita bisa memitigasi dampak bencana dengan riset dan teknologi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)