Sejumlah pelajar SD di Desa Saguling mengalami gejala keracunan seperti muntah-muntah, diare, hingga demam sehari setelah menyantap jajanan olahan tepung aci atau Cimin dari pedagang keliling di sekolahnya.
“Anak-anak jajan di hari Selasa (26 September 2023) ketika sekolah, nah Rabu (27 September 2023) mulai gejala panas, muntah, dan diare,” ujar Camat Saguling Kemal Adhiyaksa.
Berikut ini rakuman fakta kasus keracunan massal akibat jajanan cimin yang terjadi di Bandung Barat:
Baca juga: Puluhan Siswa SD di Bandung Barat Keracunan Massal Usai Jajan Cimin |
1. Sampel Cimin Diuji Lab
Kepala Puskesmas Saguling, Burhan, mengatakan pihak Puskesmas telah mengambil sampel cimin dari pedagang tersebut untuk dilakukan uji laboratorium di Labkesda Jawa Barat.Sampel yang diambil merupakan bahan baku Cimin seperti tepung singkong tapioka, lalu terigu, bahan cabe kering, masako, bumbu bawang, cimin siap goreng, dan bumbu keju.
Hasil dari uji laboratorium itu biasanya keluar 1-3 hari. Penyebab keracunan akan diketahui dengan pasti setelah sampel itu selesai diujicoba.
2. Puluhan Pelajar jadi Korban
Tercatat ada sebanyak 34 pelajar yang menjadi korban keracunan massal ini. Beberapa di antaranya dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.“Untuk kasus keracunan massal ini, yang dirawat di puskesmas 15 orang, rawat jalan 13 orang, di RSCK 1 orang, RS Kartini 3 orang, klinik Assyida 1 orang, dan di RS Dustira itu 1 orang. Jadi sampai hari ini ada 34 orang," ungkap Burhan.
Baca juga: Belasan Orang di Gunungkidul Keracunan Makanan, 1 Meninggal Dunia |
3. Satu Korban Meninggal Dunia
Satu dari 34 korban, yakni RNN berusia 9 tahun, dinyatakan meninggal dunia usai menjalani perawatan di RS Dustira, Kota Cimahi, pada Rabu, 27 September, sekitar pukul 23.30 WIB.Burhan menyebut, korban yang merupakan siswa SD Negeri Jati 3 Desa Saguling itu meninggal karena keracunan dan memiliki riwayat penyakit thalasemia atau kelainan darah yang disebabkan oleh kelainan hemoglobin.
4. Puskesmas Mewaspadai Lonjakan Korban
Lebih lanjut, Burhan mengatakan pihaknya mewaspadai adanya lonjakan korban keracunan. Pasalnya, penjual cimin tersebut menjajakan dagangannya bukan hanya di satu sekolah saja.“Si penjual juga jualan di sekolah lain. Jadi kita menunggu antisipasi menyediakan bed (tempat tidur) dan kebutuhan lainnya apabila ada kejadian serupa," ujar Burhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News