Yogyakarta: Kelompok akademisi bersama pegiat demokrasi di Yogyakarta menetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai bapak politik dinasti atau nepoboy. Kelompok yang mengatasnamakan Forum Cik Ditiro tersebut menyematkan gelar itu di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Cik Di Tiro Kota Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2024.
Penyematan itu dilakukan secara simbolis secara semi teatrikal. Aktivis pro demokrasi, akademisi, dan mahasiswa berbagi peran. Mantan Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor, menjadi simbol penerima penyematan Jokowi sebagai Nepoboy. Gielbran menerima penyematan topeng bergambar Jokowi dari seorang Guru Besar UII, Masduki.
Masduki menyoroti polah Presiden Jokowi yang secara terbuka tak netral mencorong kampanye anaknya, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto. Dinamika sosial politik itu, kata dia, menggerakkan berbagai elemen di Yogyakarta untuk bersikap.
"Penetapan Jokowi sebagai Bapak Politik Dinasti Indonesia. Ini terinspirasi dari Gielbran (Mantan Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor)," ujar Masduki.
Menurut Masduki, dinamika pemerintahan yang dikomandoi presiden Jokowi menunjukkan kemunduran akal sehat. Pelanggaran etik dipertontonkan secara terbuka di hadapan publik.
Sebagai penyelenggara negara, Jokowi menunjukkan ruwetnya sebagai nakhoda negara berpenduduk sekitar 270 juta jiwa ini. Tak heran jika BEM KM UGM pernah menobatkan Jokowi sebagai Alumnus Paling Memalukan lantaran tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah yang ada di Indonesia.
Tak hanya itu, Masduki juga menegaskan gerakan masyarakat sipil tersebut agak terus berjalan. ia mengatakan langkah itu menjadi bagian menjaga akal sehat masyarakat.
"Bangsa ini miliki kita, dan kita harus bertanggung jawab. Bukan hanya mengingatkan tapi melakukan perlawanan kepada akal sehat yang dikebiri oleh terutama dinasti politik," ujarnya.
Ia menegaskan, Forum Cik Ditiro tanpa tendensi politik praktis, bahkan partisan. Masduki menekankan publik harus terus mengawal jalannya moral pemimpin yang dipilih publik.
"Kita merawat moralitas pimpinan negara, agar on the track," ucap alumnus Institute of Communication and Media Studies, University of Munich Jerman ini.
Forum Cik Ditiro tak sekadar menetapkan Jokowi sebagai Nepoboy. Mereka juga menyelenggaran diskusi publik dengan tema Mimbar Demokrasi, Kajian Hukum Politik Dinasti dan Cawe-Cawe Jokowi dalam Pilpres 2024.
Yogyakarta: Kelompok akademisi bersama pegiat demokrasi di Yogyakarta menetapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai bapak politik dinasti atau nepoboy. Kelompok yang mengatasnamakan Forum Cik Ditiro tersebut menyematkan gelar itu di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Cik Di Tiro Kota Yogyakarta, Senin, 5 Februari 2024.
Penyematan itu dilakukan secara simbolis secara semi teatrikal. Aktivis pro demokrasi, akademisi, dan mahasiswa berbagi peran. Mantan Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor, menjadi simbol penerima penyematan Jokowi sebagai Nepoboy. Gielbran menerima penyematan topeng bergambar Jokowi dari seorang Guru Besar UII, Masduki.
Masduki menyoroti polah Presiden Jokowi yang secara terbuka tak netral mencorong kampanye anaknya, Gibran Rakabuming sebagai calon wakil presiden berpasangan dengan Prabowo Subianto. Dinamika sosial politik itu, kata dia, menggerakkan berbagai elemen di Yogyakarta untuk bersikap.
"Penetapan Jokowi sebagai Bapak Politik Dinasti Indonesia. Ini terinspirasi dari Gielbran (Mantan Ketua BEM KM UGM, Gielbran Muhammad Noor)," ujar Masduki.
Menurut Masduki, dinamika pemerintahan yang dikomandoi presiden Jokowi menunjukkan kemunduran akal sehat. Pelanggaran etik dipertontonkan secara terbuka di hadapan publik.
Sebagai penyelenggara negara, Jokowi menunjukkan ruwetnya sebagai nakhoda negara berpenduduk sekitar 270 juta jiwa ini. Tak heran jika BEM KM UGM pernah menobatkan Jokowi sebagai Alumnus Paling Memalukan lantaran tidak bisa menyelesaikan berbagai masalah yang ada di Indonesia.
Tak hanya itu, Masduki juga menegaskan gerakan masyarakat sipil tersebut agak terus berjalan. ia mengatakan langkah itu menjadi bagian menjaga akal sehat masyarakat.
"Bangsa ini miliki kita, dan kita harus bertanggung jawab. Bukan hanya mengingatkan tapi melakukan perlawanan kepada akal sehat yang dikebiri oleh terutama dinasti politik," ujarnya.
Ia menegaskan, Forum Cik Ditiro tanpa tendensi politik praktis, bahkan partisan. Masduki menekankan publik harus terus mengawal jalannya moral pemimpin yang dipilih publik.
"Kita merawat moralitas pimpinan negara, agar on the track," ucap alumnus Institute of Communication and Media Studies, University of Munich Jerman ini.
Forum Cik Ditiro tak sekadar menetapkan Jokowi sebagai Nepoboy. Mereka juga menyelenggaran diskusi publik dengan tema Mimbar Demokrasi, Kajian Hukum Politik Dinasti dan Cawe-Cawe Jokowi dalam Pilpres 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)