medcom.id, Malang: Korban bencana Gunung Kelud di Kabupaten Malang, Jawa Timur, membutuhkan tambahan pasokan air bersih karena pasokan selama ini kurang memenuhi kebutuhan.
Warga butuh tambahan karena air bersih selain untuk kebutuhan memasak, minum, mandi, cuci dan kakus juga untuk minum sapi perah agar menghasilkan susu segar.
Setiap hari warga harus berebut air yang dikirim petugas Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menggunakan truk tangki. Hal itu terjadi karena sarana perpipaan yang tertimbun material vulkanis belum diperbaiki. Selain itu, sumur warga juga tercemar abu pascaerupsi.
"Air bersih masih kurang," tegas warga Dusun Kutut Sambirejo, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Suyanto kepada Media Indonesia, Senin (10/3).
Akibat minimnya pasokan, ia terkadang tidak mandi. Kalaupun terpaksa, dia mandi menggunakan air minum mineral bantuan masyarakat.
Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Malang diminta segera memperbaiki sarana perpipaan yang rusak agar masyarakat tidak berebut air seperti sekarang ini.
Kepala Dusun Kutut Sambirejo Lamadi menambahkan, peternak sapi perah sangat membutuhkan air bersih untuk hewan ternak. Sejak erupsi Gunung Kelud, mereka belum memproduksi susu segar karena sapi selain kekurangan pakan juga minim asupan air.
Sehingga belum menghasilkan susu secara optimal sehari hanya 3-6 liter dari produksi normal sebelum erupsi Kelud bisa mencapai 10-12 liter per hari. Padahal produksi susu dari daerah itu merupakan mata pencaharian warga yang utama selain juga ditunjang dari sektor pertanian.
Susu segar biasa dijual di koperasi unit desa Rp4.500 per liter untuk selanjutnya dikirim ke perusahaan susu di Pasuruan.
Sebelumnya untuk mendapatkan air bersih warga menyalurkan pipa dari sumber air di lereng Gunung Kelud berjarak sekitar 5 kilometer. Pascaerupsi, saluran pipa rusak dan kondisinya semakin parah setelah diterjang banjir lahar Sungai Sambong. (Bagus Suryo)
medcom.id, Malang: Korban bencana Gunung Kelud di Kabupaten Malang, Jawa Timur, membutuhkan tambahan pasokan air bersih karena pasokan selama ini kurang memenuhi kebutuhan.
Warga butuh tambahan karena air bersih selain untuk kebutuhan memasak, minum, mandi, cuci dan kakus juga untuk minum sapi perah agar menghasilkan susu segar.
Setiap hari warga harus berebut air yang dikirim petugas Palang Merah Indonesia (PMI) dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menggunakan truk tangki. Hal itu terjadi karena sarana perpipaan yang tertimbun material vulkanis belum diperbaiki. Selain itu, sumur warga juga tercemar abu pascaerupsi.
"Air bersih masih kurang," tegas warga Dusun Kutut Sambirejo, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Suyanto kepada
Media Indonesia, Senin (10/3).
Akibat minimnya pasokan, ia terkadang tidak mandi. Kalaupun terpaksa, dia mandi menggunakan air minum mineral bantuan masyarakat.
Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Malang diminta segera memperbaiki sarana perpipaan yang rusak agar masyarakat tidak berebut air seperti sekarang ini.
Kepala Dusun Kutut Sambirejo Lamadi menambahkan, peternak sapi perah sangat membutuhkan air bersih untuk hewan ternak. Sejak erupsi Gunung Kelud, mereka belum memproduksi susu segar karena sapi selain kekurangan pakan juga minim asupan air.
Sehingga belum menghasilkan susu secara optimal sehari hanya 3-6 liter dari produksi normal sebelum erupsi Kelud bisa mencapai 10-12 liter per hari. Padahal produksi susu dari daerah itu merupakan mata pencaharian warga yang utama selain juga ditunjang dari sektor pertanian.
Susu segar biasa dijual di koperasi unit desa Rp4.500 per liter untuk selanjutnya dikirim ke perusahaan susu di Pasuruan.
Sebelumnya untuk mendapatkan air bersih warga menyalurkan pipa dari sumber air di lereng Gunung Kelud berjarak sekitar 5 kilometer. Pascaerupsi, saluran pipa rusak dan kondisinya semakin parah setelah diterjang banjir lahar Sungai Sambong. (Bagus Suryo)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HNR)