Keenam orang warga Badui tersebut terdiri empat orang balita dan dua remaja berusia sekitar lima belas tahun. Mereka berasal dari 4 Kampung yang berbeda. Sebanyak 3 orang warga Kampung Cikeusik, 1 orang warga Batubeulah, 1 orang warga Pamoean, dan 1 orang warga Cisadabe.
Dari hasil pemeriksaan sampel darah yang dilakukan oleh tim Medis Sahabat Relawan, dua warga yang meninggal diduga karena TBC, sementara lainnya menunjukkan terkena infeksi saluran pernapasan akut.
Menanggapi kejadian tersebut, Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Lebak, Firman Rahmatullah, telah menyisir dan mengumpulkan beberapa data dari keluarga terdekat dari warga yang meninggal tersebut.
Baca juga: 6 Orang Meninggal Misterius, Relawan Ambil Sampel Darah Warga Badui Dalam |
"Dari hasil penyisiran dan data-data yang terkumpul dari orang tua atau keluarga terdekat, warga yang meninggal sebelumnya mengalami gejala seperti batuk, pilek, dan diare," beber Firman, Rabu, 14 September 2022.
Namun, Ia mengaku tak ingin terburu-buru menyimpulkan penyebab kematian tersebut dan keputusan nanti akan diumumkan oleh Kementerian Kesehatan RI.
"Semua masih dalam proses. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan penunjang, salah satunya sampel yang sempat diambil para relawan," lanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut, Firman membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan warga Badui cukup rawan terjangkit penyakit saluran pernapasan atau TBC.
Menurutnya, jarak antar-hunian di Badui sangat padat namun masing-masing rumah tidak memiliki sirkulasi udara yang baik. Kondisi itu membuat udara di dalam ruangan menjadi tidak sehat.
Baca juga: 8 Warga Baduy Diduga Meninggal Akibat TBC Sebulan Terakhir |
"Kerawanan di sana adalah gangguan pernapasan, terutama pada anak-anak karena tipikal rumah warga Badui itu minim ventilasi, udara dari dalam rumah keluar masuk hanya dari satu pintu," kata Kepala Bidang P2PL dinkes Lebak itu.
"Terlebih ada beberapa keluarga yang menyalakan tungku di dalam rumah, sehingga asap bercampur dengan udara di dalam sana," imbuhnya.
Firman menceritakan seringkali tim kesehatan kesulitan untuk segera mengambil langkah penanganan medis karena masih kuatnya aturan adat di Badui. Ditambah wilayah adat Badui yang sangat luas dan terpencar-pencarnya antarsatu kampung.
"Di sana masih ada orang yang batuk dan pilek, namun kita kesulitan memilah tingkat keparahannya karena aturan adat disana. Mereka pun juga sulit untuk diajak berobat diluar wilayah Badui," jelas dia. (Seprinal Sri Putra/Narendra Wisnu)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News