Malang: Harga daging sapi di wilayah Malang, Jawa Timur, melonjak naik selama sebulan terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan pedagang di sejumlah pasar merugi lantaran sepinya pembeli.
Salah satu pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Latifah, mengatakan, kenaikan daging sapi ini sudah terjadi sejak 28 Januari 2022 lalu. Melonjaknya harga daging tersebut tak kunjung turun hingga saat ini.
"Daging sapi yang bagus itu Rp130 ribu per kilogram, yang nomor dua Rp125 ribu, daging untuk rawonan Rp120 ribu, Rp 115 ribu dan tetelan Rp110 ribu," katanya, Selasa 1 Maret 2022.
Akibat kenaikan harga daging sapi tersebut, Latifah mengaku mengalami penurunan omzet hingga 20 persen. Sebab, bila sebelumnya ia mampu menjual hingga 40 kilogram, kini hanya bisa terjual sekitar 20-30 kilogram saja setiap harinya.
"Pelanggan saya seperti pedagang bakso itu beralih ke ayam, dagingnya hanya beli setengah kilogram, kemudian yang banyak beli daging ayamnya. Biasanya kalau daging sapi naik, harga daging ayam yang turun," terangnya.
Baca: Penjual Daging Sapi di 6 Pasar Kota Tangerang Mogok
Latifah berharap harga daging bisa kembali normal seperti sebelumnya. "Harapannya harganya ini bisa turun. Kalau naik ini jadi susah. Harga kulakan naik, jualannya gak naik. Untungnya jadi sedikit," imbuhnya.
Sementara itu, pedagang di Pasar Kepanjen Kabupaten Malang, Hermanto, mengatakan, harga daging sapi untuk daging sapi kelas satu mencapai Rp115 ribu per kilogram. Sedangkan harga daging sapi kelas dua sebesar Rp110 ribu per kilogram.
“Naiknya memang tidak banyak, tapi ya tetap lebih mahal. Sebab kalau harga stabilnya berkisar Rp100-110 ribu per kilogram untuk daging sapi kelas satu,” katanya.
Hermanto mengaku, kenaikan harga daging sapi terjadi sejak sepekan lalu. Akibatnya, sejak saat itu jumlah pembelinya terus menurun.
“Pembeli biasanya beli satu kilogram, menjadi turun hanya beli setengah kilogram,” ucap Hermanto.
Sedangkan, salah satu jagal sapi di Kecamatan Gondanglegi, Tohari, mengeluhkan hal serupa. Ia mengaku harga daging sapi yang terjual semakin berkurang karena daya beli pelanggan yang semakin menurun.
“Dengan naiknya harga daging sapi ini, kami tidak bisa berbuat banyak. Kami hanya mengikuti harga pasaran. Kalau naik ya ikut naik,” kata Tohari.
Tohari menerangkan, lonjakan harga daging sapi yang terjadi itu merupakan hal yang biasa. Sebab, setiap akan memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, diakuinya selalu terjadi kenaikan harga daging sapi.
“Tahun-tahun sebelumnya trennya memang selalu begini. Naik ketika menjelang bulan Ramadhan atau Idul Fitri,” jelasnya.
Malang:
Harga daging sapi di wilayah Malang, Jawa Timur, melonjak naik selama sebulan terakhir. Kondisi tersebut menyebabkan pedagang di sejumlah pasar merugi lantaran sepinya pembeli.
Salah satu pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Latifah, mengatakan, kenaikan daging sapi ini sudah terjadi sejak 28 Januari 2022 lalu. Melonjaknya harga daging tersebut tak kunjung turun hingga saat ini.
"Daging sapi yang bagus itu Rp130 ribu per kilogram, yang nomor dua Rp125 ribu, daging untuk rawonan Rp120 ribu, Rp 115 ribu dan tetelan Rp110 ribu," katanya, Selasa 1 Maret 2022.
Akibat kenaikan harga daging sapi tersebut, Latifah mengaku mengalami penurunan omzet hingga 20 persen. Sebab, bila sebelumnya ia mampu menjual hingga 40 kilogram, kini hanya bisa terjual sekitar 20-30 kilogram saja setiap harinya.
"Pelanggan saya seperti pedagang bakso itu beralih ke ayam, dagingnya hanya beli setengah kilogram, kemudian yang banyak beli daging ayamnya. Biasanya kalau daging sapi naik, harga daging ayam yang turun," terangnya.
Baca: Penjual Daging Sapi di 6 Pasar Kota Tangerang Mogok
Latifah berharap harga daging bisa kembali normal seperti sebelumnya. "Harapannya harganya ini bisa turun. Kalau naik ini jadi susah. Harga kulakan naik, jualannya gak naik. Untungnya jadi sedikit," imbuhnya.
Sementara itu, pedagang di Pasar Kepanjen Kabupaten Malang, Hermanto, mengatakan, harga daging sapi untuk daging sapi kelas satu mencapai Rp115 ribu per kilogram. Sedangkan harga daging sapi kelas dua sebesar Rp110 ribu per kilogram.
“Naiknya memang tidak banyak, tapi ya tetap lebih mahal. Sebab kalau harga stabilnya berkisar Rp100-110 ribu per kilogram untuk daging sapi kelas satu,” katanya.
Hermanto mengaku, kenaikan harga daging sapi terjadi sejak sepekan lalu. Akibatnya, sejak saat itu jumlah pembelinya terus menurun.
“Pembeli biasanya beli satu kilogram, menjadi turun hanya beli setengah kilogram,” ucap Hermanto.
Sedangkan, salah satu jagal sapi di Kecamatan Gondanglegi, Tohari, mengeluhkan hal serupa. Ia mengaku harga daging sapi yang terjual semakin berkurang karena daya beli pelanggan yang semakin menurun.
“Dengan naiknya harga daging sapi ini, kami tidak bisa berbuat banyak. Kami hanya mengikuti harga pasaran. Kalau naik ya ikut naik,” kata Tohari.
Tohari menerangkan, lonjakan harga daging sapi yang terjadi itu merupakan hal yang biasa. Sebab, setiap akan memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, diakuinya selalu terjadi kenaikan harga daging sapi.
“Tahun-tahun sebelumnya trennya memang selalu begini. Naik ketika menjelang bulan Ramadhan atau Idul Fitri,” jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)