Denpasar: Sebuah lembaga swadaya masyarakat di Bali bernama Sungai Watch melakukan kampanye terkait pentingnya menjaga kelestarian sungai. Bentuk kampanye yang dilakukan adalah mengumpulkan sandal bekas yang mengotori sungai.
Selama tahun 2021 Sungai Watch telah berhasil mengumpulkan lebih dari 20.000 sandal yang mengotori beberapa sungai di Bali. Sandal-sandal tersebut diubah menjadi sebuah instalasi seni.
"Kita membuat instalasi dari sandal yang kita kumpulkan dari Sungai Watch. Dalam satu tahun ada lebih dari 20.000 sandal yang kita kumpulkan," ujar Gary Bencheghib, Founder Sungai Watch, dalam program Selamat Pagi Indonesia, Kamis, 10 Maret 2022.
Lina Klaus, seniman asal Jerman yang sudah lama tinggal di Bali, juga turut serta dalam kampanye ini. Lina bersama sejumlah relawan menyusun sandal-sandal bekas tersebut membentuk tulisan bernada Make Art Not War. Harapannya melalui aksi ini kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sungai akan meningkat.
"Yang ingin kita lakukan adalah berlomba mengurangi polusi laut dan plastik. Kami juga ingin menunjukan bahwa kreativitas dapat menyatukan orang-orang dan membuat kami berpikir tentang polusi dengan cara yang berbeda," kata Lina.
Kampanye menggunakan sandal ini menarik perhatian para pencinta lingkungan dan ekspatriat yang tinggal di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari ramainya relawan yang ikut serta dalam aksi yang bertempat di Pantai Kedungu, Tabanan, Bali ini.
"Saya ikut program bersih-bersih pantai di Bali dua minggu yang lalu. Karena ada kegiatan menjadikan limbah menjadi karya seni, jadi ikutan. Banyak volunteer dari berbagai lembaga yang saya kagumi juga," tutur salah satu relawan, Dewi.
Dari tahun 2021 sampah sandal menempati urutan ketiga terbanyak yang berhasil dikumpulkan Sungai Watch. Di urutan pertama dan kedua adalah sampah plastik dan botol minuman. (Fatha Annisa)
Denpasar: Sebuah lembaga swadaya masyarakat di
Bali bernama Sungai Watch melakukan kampanye terkait pentingnya menjaga
kelestarian sungai. Bentuk kampanye yang dilakukan adalah mengumpulkan sandal bekas yang mengotori sungai.
Selama tahun 2021 Sungai Watch telah berhasil mengumpulkan lebih dari 20.000 sandal yang mengotori beberapa sungai di Bali. Sandal-sandal tersebut diubah menjadi sebuah instalasi seni.
"Kita membuat instalasi dari sandal yang kita kumpulkan dari Sungai Watch. Dalam satu tahun ada lebih dari 20.000 sandal yang kita kumpulkan," ujar Gary Bencheghib, Founder Sungai Watch, dalam program Selamat Pagi Indonesia, Kamis, 10 Maret 2022.
Lina Klaus, seniman asal Jerman yang sudah lama tinggal di Bali, juga turut serta dalam kampanye ini. Lina bersama sejumlah relawan menyusun sandal-sandal bekas tersebut membentuk tulisan bernada Make Art Not War. Harapannya melalui aksi ini kesadaran masyarakat terhadap kelestarian sungai akan meningkat.
"Yang ingin kita lakukan adalah berlomba mengurangi polusi laut dan plastik. Kami juga ingin menunjukan bahwa kreativitas dapat menyatukan orang-orang dan membuat kami berpikir tentang polusi dengan cara yang berbeda," kata Lina.
Kampanye menggunakan sandal ini menarik perhatian para pencinta lingkungan dan ekspatriat yang tinggal di Bali. Hal tersebut dapat dilihat dari ramainya relawan yang ikut serta dalam aksi yang bertempat di Pantai Kedungu, Tabanan, Bali ini.
"Saya ikut program bersih-bersih pantai di Bali dua minggu yang lalu. Karena ada kegiatan menjadikan limbah menjadi karya seni, jadi ikutan. Banyak volunteer dari berbagai lembaga yang saya kagumi juga," tutur salah satu relawan, Dewi.
Dari tahun 2021
sampah sandal menempati urutan ketiga terbanyak yang berhasil dikumpulkan Sungai Watch. Di urutan pertama dan kedua adalah sampah plastik dan botol minuman. (
Fatha Annisa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)