Bandung: Petugas pikul di TPU Cikadut, Kota Bandung, terpaksa meminta bantuan warga setempat untuk mempermudah pemakaman jenazah pasien covid-19.
Koordinator petugas pikul di TPU Cikadut, Fajar, mengatakan kondisi yang terjadi adalah banyak pekerja harian lepas (PHL) pikul maupun gali yang sakit dan terpapar covid-19.
"Kondisi di pemakaman Cikadut ketika itu sedang membludak hingga banyak dari pada PHL pikul maupun gali yang jatuh sakit, sehingga warga dan para pemuda di Cikadut turun tangan membatu bekerja di lapangan," kata Fajar saat dihubungi, Senin, 12 Juli 2021.
Baca: Pemkot Makassar Gunakan Kapal untuk Isolasi Pasien Covid-19
Fajar mengatakan pada Selasa, 6 Juli 2021, para PHL yang ada kewalahan karena harus memakamkan jenazah perhari mencapai 55 sampai 60 orang.
Meski begitu mereka yang membantu tidak mendapatkan operasional dari pemerintah. Biaya yang muncul berdasarkan kesepakatan antara keluarga ahli waris untuk membayar para warga yang berinisiatif membantu.
"Munculnya biaya mungkin untuk upah para warga yang membantu dan untuk membayar jasa gali liang kubur yang dikerjakan oleh warga," jelasnya.
Menurut Fajar pihaknya juga membantu membelikan kayu nisan atau salib jika keluarga ahli waris tidak membawanya. Namun untuk biaya upah Fajar mengklaim tidak memaksakan kepada pihak keluarga dan ahli waris.
"Demikian rill kenyataan di TPU Cikadut dengan catatan kami bisa menerima materi dari keluarga bila mana ada kesepakatan dan keikhlasan. Kami di sini hanya ingin membantu memudahkan proses pemakaman Covid-19 di TPU Cikadut Bandung," ungkapnya.
Mengenai adanya isu pungli yang ramai diperbincangkan, Fajar meminta maaf jika bila ada keresahan di tengah masyarakat Kota Bandung. Dia mengatakan ada kesalahpahaman antara anggota PHL TPU Cikadut dengan keluarga Yunita.
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bila mana ada salah paham dalam penyampaian dari kami yg kurang dipahami. Untuk kejadian yang viral ada salah paham antara keluarga YT dengan Redy," ujarnya.
Bandung: Petugas pikul di TPU Cikadut, Kota Bandung, terpaksa meminta bantuan warga setempat untuk mempermudah pemakaman jenazah pasien
covid-19.
Koordinator petugas pikul di TPU Cikadut, Fajar, mengatakan kondisi yang terjadi adalah banyak pekerja harian lepas (PHL) pikul maupun gali yang sakit dan terpapar covid-19.
"Kondisi di pemakaman Cikadut ketika itu sedang membludak hingga banyak dari pada PHL pikul maupun gali yang jatuh sakit, sehingga warga dan para pemuda di Cikadut turun tangan membatu bekerja di lapangan," kata Fajar saat dihubungi, Senin, 12 Juli 2021.
Baca:
Pemkot Makassar Gunakan Kapal untuk Isolasi Pasien Covid-19
Fajar mengatakan pada Selasa, 6 Juli 2021, para PHL yang ada kewalahan karena harus memakamkan jenazah perhari mencapai 55 sampai 60 orang.
Meski begitu mereka yang membantu tidak mendapatkan operasional dari pemerintah. Biaya yang muncul berdasarkan kesepakatan antara keluarga ahli waris untuk membayar para warga yang berinisiatif membantu.
"Munculnya biaya mungkin untuk upah para warga yang membantu dan untuk membayar jasa gali liang kubur yang dikerjakan oleh warga," jelasnya.
Menurut Fajar pihaknya juga membantu membelikan kayu nisan atau salib jika keluarga ahli waris tidak membawanya. Namun untuk biaya upah Fajar mengklaim tidak memaksakan kepada pihak keluarga dan ahli waris.
"Demikian rill kenyataan di TPU Cikadut dengan catatan kami bisa menerima materi dari keluarga bila mana ada kesepakatan dan keikhlasan. Kami di sini hanya ingin membantu memudahkan proses pemakaman Covid-19 di TPU Cikadut Bandung," ungkapnya.
Mengenai adanya isu pungli yang ramai diperbincangkan, Fajar meminta maaf jika bila ada keresahan di tengah masyarakat Kota Bandung. Dia mengatakan ada kesalahpahaman antara anggota PHL TPU Cikadut dengan keluarga Yunita.
"Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya bila mana ada salah paham dalam penyampaian dari kami yg kurang dipahami. Untuk kejadian yang viral ada salah paham antara keluarga YT dengan Redy," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)