Seorang petani madu memanjat pohon Sialang ketika memanen madu hutan di Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau. (Ilustrasi: Antara/FB Anggoro)
Seorang petani madu memanjat pohon Sialang ketika memanen madu hutan di Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Riau. (Ilustrasi: Antara/FB Anggoro)

Dompet Dhuafa Berdayakan Petani Madu Ujung Kulon

Vera Erwaty Ismainy • 17 Januari 2015 10:08
 medcom.id, Jakarta: Melalui program Grant Making, Dompet Dhuafa memberdayakan petani madu hutan di Ujung Kulon, Banten. Program yang merupakan hasil sinergi Dompet Dhuafa dengan Perhimpunan Hanjuang Mahardika Nusantara (PHMN) ini menginisiasi petani madu untuk dapat menerapkan panen madu lestari, meningkatkan kualitas madu serta akses pemasaran secara masif.
 
Grant Making adalah salah satu program yang diinisiasi untuk dapat bekerja sama dengan berbagai lembaga sosial sehingga meningkatkan daya saing produk lokal dan memberi ruang kreasi dalam lingkup pemberdayaan ekonomi.
 
Secara turun-temurun, masyarakat Ujung Kulon memang sering memanen madu hutan karena produksi madu yang cukup banyak dan ekosistem hutan yang mendukung. Namun demikian, semakin lama populasi sarang lebah di hutan berkurang karena proses memanen yang tidak lestari yakni mengambil seluruh bagian sarang lebah termasuk anakan lebah.

General Manager Program Ekonomi Dompet Dhuafa Tendy Satrio mengatakan madu yang mereka panen memiliki harga yang rendah yaitu berkisar antara Rp15.000-Rp25.000 per kilogram yang dibeli oleh para tengkulak. Harga ini tidak sebanding dengan risiko dan kerja keras mencari madu selama berhari-hari di tengah hutan.
 
"Pada tahun 2014 lalu, melalui program pemberdayaan ini, petani madu hutan dan pengurus PHMN membentuk koperasi Hanjuang. Petani yang tergabung dalam koperasi dapat menjual madu ke koperasi dengan harga yang lebih tinggi yaitu Rp65.000 per kg," jelas Teddy dalam keterangan pers yang diterima Media Indonesia pada Jumat (16/1).
 
Madu yang sudah dibeli dari masyarakat ini kemudian diolah menggunakan instalasi agar madu yang dijual memiliki kualitas SNI dengan kadar air hanya 20%.
 
Kemasan madu yang diolah pun beragam yaitu dengan ukuran 300 gram-400 gram per kemasan.
 
Keuntungan dari hasil penjualan madu ini pun dibagi keuntungan untuk anggota koperasi. Dengan begitu, diharapkan petani yang menjadi anggota koperasi merasakan keuntungan dan mengalami peningkatan pendapatan.
 
“Alhamdulillah, program Grant Making yang dibantu Dompet Dhuafa dapat meningkatkan kepercayaan diri para petani madu serta menambah kapasitas pengetahuan mereka tentang pengolahan madu," ujar pengurus Koperasi Hanjuang Eman Sulaeman.
 
Koperasi Hanjuang sebagai unit pemasaran produk madu hutan membuka akses pasar dengan menjalin kerjasama pemasaran bersama beberapa mitra. Saat ini pemasaran madu hutan tidak hanya dalam lingkup nasional tetapi juga internasional. Beberapa Negara ASEAN seperti Malaysia dan Brunei juga pernah melakukan impor untuk produk madu hutan ini, dalam sekali pengiriman mencapai 2-5 ton madu.
 
Sayangnya, panen madu hutan ini sangat bergantung pada kondisi cuaca yang seringkali tak menentu. Petani hanya bisa memanen pada musim kering, karena pada musim kering lebah dapat menghimpun madu dari bunga-bunga yang berkembang.
 
Sementara pada musim penghujan tidak ada bunga. Akibatnya saat musim penghujan para petani madu hutan mengandalkan sawah atau berlayar untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan