medcom.id, Tangerang: Masyarakat Kota Tangerang Selatan, mengeluhkan keterbatasan sarana dan prasarana di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Hal tersebut membuat pelayanan menjadi tidak maksimal.
Rian, 39, pegawai notaris di Tangerang Selatan mengaku pernah dibuat pusing atas tercecernya dokumen pengajuan sertifikat yang didaftarkannya ke BPN Tangsel.
"Dulu sempat dibuat pusing BPN, karena dokumen yang saya serahkan terselip berhari-hari padahal itu punya klien," ungkapnya, di kantor BPN Tangsel, Rabu (4/5/2016).
Tak hanya Rian, sejumlah pemohon juga terpaksa harus mengantre di luar ruangan karena terbatasnya ruang tunggu yang ada di dalam kantor BPN.
Menurut Milah, 42, warga Babakan, Kecamatan keterbatasan tempat duduk dan ruang tunggu yang sempit memaksa warga yang hendak berurusan dengan BPN dibuat sengsara.
"Kami terpaksa menunggu di luar ruangan, karena di dalam enggak muat. Ini jelas merepotkan karena Kami harus bolak-balik ke dalam untuk mengecek nomor antrean agar jangan sampai terlewat," ujar ibu dua anak itu.
Sementara, Kepala BPN Tangsel, Alen Saputra, membenarkan hal tersebut. Dia mengaku sudah menerima banyak aduan masyarakat atas ketidaknyamanan sarana dan prasarana hingga berkas-berkas permohonan yang tercecer.
"Kami meminta maaf kepada seluruh warga Tangsel atas ketidaknyamanan ini, tentu Kami berusaha melayani lebih baik lagi," cetus Alen.
Alen mengatakan kantor BPN yang berada di ruko Golden Road Blok C27 itu hanya sementara. Rencana pembangunan kantor BPN Kota Tangerang Selatan sudah direncanakan untuk dibangun sejak tahun lalu, namun terhambar karena moratorium.
"Semoga bisa dilaksanakan pembangunannya pada tahun ini," lanjut Alen.
Alen menyebutkan, dalam sehari ada 300 berkas masuk ke kantor BPN Tangsel, berkas-berkas tersebut meliputi berkas balik nama (jual-beli) dan berkas roya (penghapusan hutang).
"Karena Kami memiliki dua loket berseberangan. Jadi pencarian berkas di dua tempat itu, ini yang memakan waktu pencarian berkas milik warga," ungkapnya.
Menurutnya, keterbatasan sarpras itu tidak saja dirasakan masyarakat Kota Tangsel, Alen sendiri mengaku kerap harus berpindah ruang kerja lantaran ruang kerja pribadinya digunakan rapat.
"Sering kali sengketa harus menggunakan ruang saya, dan terpaksa saya keluar," ungkapnya.
Diungkapkan Alen, saat ini proses pembangunan Kantor seluar 5.000 meter dengan anggaran Rp15 miliar itu sudah dalam proses lelang.
"Mudah-mudahan tahun ini kantor bisa dibangun dengan cepat. Bulan depan ground breaking," pungkasnya.
medcom.id, Tangerang: Masyarakat Kota Tangerang Selatan, mengeluhkan keterbatasan sarana dan prasarana di Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN). Hal tersebut membuat pelayanan menjadi tidak maksimal.
Rian, 39, pegawai notaris di Tangerang Selatan mengaku pernah dibuat pusing atas tercecernya dokumen pengajuan sertifikat yang didaftarkannya ke BPN Tangsel.
"Dulu sempat dibuat pusing BPN, karena dokumen yang saya serahkan terselip berhari-hari padahal itu punya klien," ungkapnya, di kantor BPN Tangsel, Rabu (4/5/2016).
Tak hanya Rian, sejumlah pemohon juga terpaksa harus mengantre di luar ruangan karena terbatasnya ruang tunggu yang ada di dalam kantor BPN.
Menurut Milah, 42, warga Babakan, Kecamatan keterbatasan tempat duduk dan ruang tunggu yang sempit memaksa warga yang hendak berurusan dengan BPN dibuat sengsara.
"Kami terpaksa menunggu di luar ruangan, karena di dalam enggak muat. Ini jelas merepotkan karena Kami harus bolak-balik ke dalam untuk mengecek nomor antrean agar jangan sampai terlewat," ujar ibu dua anak itu.
Sementara, Kepala BPN Tangsel, Alen Saputra, membenarkan hal tersebut. Dia mengaku sudah menerima banyak aduan masyarakat atas ketidaknyamanan sarana dan prasarana hingga berkas-berkas permohonan yang tercecer.
"Kami meminta maaf kepada seluruh warga Tangsel atas ketidaknyamanan ini, tentu Kami berusaha melayani lebih baik lagi," cetus Alen.
Alen mengatakan kantor BPN yang berada di ruko Golden Road Blok C27 itu hanya sementara. Rencana pembangunan kantor BPN Kota Tangerang Selatan sudah direncanakan untuk dibangun sejak tahun lalu, namun terhambar karena moratorium.
"Semoga bisa dilaksanakan pembangunannya pada tahun ini," lanjut Alen.
Alen menyebutkan, dalam sehari ada 300 berkas masuk ke kantor BPN Tangsel, berkas-berkas tersebut meliputi berkas balik nama (jual-beli) dan berkas roya (penghapusan hutang).
"Karena Kami memiliki dua loket berseberangan. Jadi pencarian berkas di dua tempat itu, ini yang memakan waktu pencarian berkas milik warga," ungkapnya.
Menurutnya, keterbatasan sarpras itu tidak saja dirasakan masyarakat Kota Tangsel, Alen sendiri mengaku kerap harus berpindah ruang kerja lantaran ruang kerja pribadinya digunakan rapat.
"Sering kali sengketa harus menggunakan ruang saya, dan terpaksa saya keluar," ungkapnya.
Diungkapkan Alen, saat ini proses pembangunan Kantor seluar 5.000 meter dengan anggaran Rp15 miliar itu sudah dalam proses lelang.
"Mudah-mudahan tahun ini kantor bisa dibangun dengan cepat. Bulan depan ground breaking," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)