Jakarta: Serangan tawon ndas atau lebah predator bernama latin Vespa Affinis menghantui sejumlah wilayah di Tanah Air. Diduga, sengatan kawanan tawon terjadi lantaran habitatnya diganggu manusia.
Namun, Pakar Kedokteran Hewan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hari Nugroho mengatakan untuk kasus tawon ndas, keganasannya tak melulu terjadi karena habitatnya terganggu.
"Memang tidak harus mengganggu secara kasat mata dilempar atau lainnya. Tawon bisa menyerang meskipun (manusia) hanya lewat," ujarnya melalui sambungan Skype dalam Metro Hari Ini, Metro TV, Rabu, 27 November 2019.
Menurut Hari, tawon merupakan hewan teritorial yang memiliki 'wilayah' sendiri. Kendati secara kasat mata sarangnya tak diganggu, namun ketika sensor yang dimiliki tawon menangkap ada ancaman mendekat bisa seketika melakukan serangan.
"Jadi saat kita masuk sistem warning dia, itu bisa jadi merupakan ancaman bagi tawon. Dia keluarkan sinyal seperti feromon bahwa ada potensi bahaya, akhirnya menyerang," jelas dia.
Serangan tawon ndas sebelumnya terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan di Jawa Tengah, tiga orang dinyatakan tewas usai disengat kawanan tawon ndas.
Salah satu kasus terjadi pada pasangan pasangan suami istri di Pemalang, Jawa Tengah. Suwaryo, 62, dan Endriyati, 45, diserang tawon ketika melintas di Tempat Pemakaman Umum Dukuh Karyamukti, Desa Karangbrai, Kecamatan Bodeh, pada Minggu, 24 November 2019.
Keduanya tengah berkendara saat sekawanan tawon ganas menyerang. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan Suwaryo mendapatkan 60 kali sengatan sedangkan sang istri, Endriyati disengat sebanyak 85 kali. Keduanya pun tewas usai mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Jakarta: Serangan tawon ndas atau lebah predator bernama latin Vespa Affinis menghantui sejumlah wilayah di Tanah Air. Diduga, sengatan kawanan tawon terjadi lantaran habitatnya diganggu manusia.
Namun, Pakar Kedokteran Hewan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Hari Nugroho mengatakan untuk kasus tawon ndas, keganasannya tak melulu terjadi karena habitatnya terganggu.
"Memang tidak harus mengganggu secara kasat mata dilempar atau lainnya. Tawon bisa menyerang meskipun (manusia) hanya lewat," ujarnya melalui sambungan Skype dalam Metro Hari Ini, Metro TV, Rabu, 27 November 2019.
Menurut Hari, tawon merupakan hewan teritorial yang memiliki 'wilayah' sendiri. Kendati secara kasat mata sarangnya tak diganggu, namun ketika sensor yang dimiliki tawon menangkap ada ancaman mendekat bisa seketika melakukan serangan.
"Jadi saat kita masuk sistem warning dia, itu bisa jadi merupakan ancaman bagi tawon. Dia keluarkan sinyal seperti feromon bahwa ada potensi bahaya, akhirnya menyerang," jelas dia.
Serangan tawon ndas sebelumnya terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan di Jawa Tengah, tiga orang dinyatakan tewas usai disengat kawanan tawon ndas.
Salah satu kasus terjadi pada pasangan pasangan suami istri di Pemalang, Jawa Tengah. Suwaryo, 62, dan Endriyati, 45, diserang tawon ketika melintas di Tempat Pemakaman Umum Dukuh Karyamukti, Desa Karangbrai, Kecamatan Bodeh, pada Minggu, 24 November 2019.
Keduanya tengah berkendara saat sekawanan tawon ganas menyerang. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan Suwaryo mendapatkan 60 kali sengatan sedangkan sang istri, Endriyati disengat sebanyak 85 kali. Keduanya pun tewas usai mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)