Mataram: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat angka kematian ibu melahirkan di kota ini terus mengalami penurunan. Angka penurunan tersebut bisa mencapai 50 persen.
"Jika pada tahun-tahun sebelumnya kasus kematian ibu mencapai 9 kasus lebih, tahun ini dari Januari sampai sekarang baru ada 4 kasus. Harapan kita, jumlah itu tidak bertambah lagi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi di Mataram, Rabu, 18 September 2019.
Usman menjelaskan penurunan angka kematian ibu melahirkan diiringi juga oleh penurunan angka kematian bayi lahir. Dimana, jika tahun 2018 tercatat 41 kasus kematian bayi, tahun ini baru tercatat 26 kasus dengan harapan tidak ada lagi kasus seperti ini.
Menurut Usman, penyebab 4 kasus kematian ibu melahirkan dipicu karena pendarahan, sementara 26 kasus kematihan bayi lahir didominasi karena gagal nafas serta ada yang keguguran dan meninggal sebelum lahir.
Terkait dengan masalah ini, Pihaknya juga menurunkan bidan ke lapangan untuk mendampingi ibu hamil serta dilakukan pemeriksaan secara rutin dan pemantauan gizi ibu hamil.
"Deteksi dini risiko terhadap ibu hamil ini dilakukan melalui program kelas ibu hamil yang ada di setiap polindes yang ada di masing-masing kelurahan," ungkap Usman.
Selain itu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi juga dipengaruhi tingkat partisipasi keluarga berencana (KB), karena jika tidak ada ibu hamil maka tidak ada bayi lahir.
"Ujung tombaknya memang ada di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) untuk terus meningkatkan peserta KB baru dan membina peserta KB aktif," pungkas Usman. (Syahrum Latupono)
Mataram: Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mencatat angka kematian ibu melahirkan di kota ini terus mengalami penurunan. Angka penurunan tersebut bisa mencapai 50 persen.
"Jika pada tahun-tahun sebelumnya kasus kematian ibu mencapai 9 kasus lebih, tahun ini dari Januari sampai sekarang baru ada 4 kasus. Harapan kita, jumlah itu tidak bertambah lagi," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram Usman Hadi di Mataram, Rabu, 18 September 2019.
Usman menjelaskan penurunan angka kematian ibu melahirkan diiringi juga oleh penurunan angka kematian bayi lahir. Dimana, jika tahun 2018 tercatat 41 kasus kematian bayi, tahun ini baru tercatat 26 kasus dengan harapan tidak ada lagi kasus seperti ini.
Menurut Usman, penyebab 4 kasus kematian ibu melahirkan dipicu karena pendarahan, sementara 26 kasus kematihan bayi lahir didominasi karena gagal nafas serta ada yang keguguran dan meninggal sebelum lahir.
Terkait dengan masalah ini, Pihaknya juga menurunkan bidan ke lapangan untuk mendampingi ibu hamil serta dilakukan pemeriksaan secara rutin dan pemantauan gizi ibu hamil.
"Deteksi dini risiko terhadap ibu hamil ini dilakukan melalui program kelas ibu hamil yang ada di setiap polindes yang ada di masing-masing kelurahan," ungkap Usman.
Selain itu upaya menekan angka kematian ibu dan bayi juga dipengaruhi tingkat partisipasi keluarga berencana (KB), karena jika tidak ada ibu hamil maka tidak ada bayi lahir.
"Ujung tombaknya memang ada di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (DPPKB) untuk terus meningkatkan peserta KB baru dan membina peserta KB aktif," pungkas Usman. (Syahrum Latupono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)