Para seniman residensi Baku Konek. istimewa
Para seniman residensi Baku Konek. istimewa

18 Karya Seniman Residensi Baku Konek Hadir di Pameran Jakarta Biennale 2024

Whisnu Mardiansyah • 09 Oktober 2024 22:59
Jakarta: Sebanyak 18 karya seniman residensi Baku Konek turut dipamerkan di Jakarta
Biennale 2024 yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki mulai 1 Oktober-15 November 2024.
Baku Konek 2024 merupakan program residensi yang diinisiasi oleh ruang rupa dan Direktorat
Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan (PTLK) melalui Manajemen Talenta Nasional (MTN)
Bidang Seni Budaya, berkolaborasi dengan komunitas-komunitas dan kolektif seni di berbagai
daerah di Indonesia.
 
Dalam sesi diskusi Artist Talk: Baku Konek yang diadakan pada Jumat, 4 Oktober 2024, beberapa
seniman perwakilan dari berbagai daerah turut hadir untuk berbagi pengalaman dan pandangan
mereka terkait program ini. Mereka antara lain berasal dari Sumenep, Aceh, Majalengka,
Yogyakarta, dan Tulungagung.
 
Salah satu seniman yang terlibat dalam program Baku Konek adalah Agustin Dwi Maharani,
perwakilan dari Komunitas Gulung Tukar (Tulungagung) yang berkolaborasi dengan Komunitas
Susur Galur di Pontianak.

Ia mengungkapkan ketertarikannya pada program ini karena peluang besar untuk berkolaborasi
dan menjalin relasi dengan pelaku seni dan budaya di luar Jawa. Di Jakarta Biennale, Agustin dan
komunitasnya memamerkan karya bertajuk “Mengairi Sekitar, Memaknai Kehidupan”.
 
Karya tersebut merupakan hasil dari residensi di Pontianak yang memadukan dialog dengan
berbagai entitas di beberapa wilayah perkampungan sungai, seperti Kampung Kuantan Laut dan
Kampung Banjar Serasan.
 
Melalui penelitian lintas budaya dan pendekatan seni rupa, karya ini menyoroti peran krusial Sungai Kapuas sebagai sumber kehidupan serta cerminan ikatan sosial dan nilai-nilai spiritual masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
 
“Kami berusaha memposisikan diri sebagai bagian dari kehidupan masyarakat setempat untuk
benar-benar bisa merasakan dan memahami masalah sosial yang ada. Karya ini bukan hanya
sekadar pajangan, tapi ruang untuk membangun kesadaran kolektif dan mengkaji tantangan
masyarakat saat ini,” ungkap Agustin.
 
Selain Agustin, seniman lain yang merasakan manfaat dari program Baku Konek adalah Nani
Nurhayati dari Majalengka, Jawa Barat. Ia pertama kali mengetahui program residensi Baku
Konek melalui media sosial. Ia tertarik mengikuti program ini karena ingin terkoneksi dengan
pelaku seni dan budaya dari berbagai kota dan provinsi.
 
Dari hasil residensinya bersama komunitas Sikukeluang di Pekanbaru, Nani mengangkat soal
ritual pengobatan tradisional Melayu-Riau. Temuannya berupa rempah-rempah dan audio ia
ramu menjadi sebuah karya instalasi yang apik bertajuk “Tepung-Pa-Tepung”.
 
Keberhasilan Baku Konek 2024 merupakan momentum penting, khususnya dalam hal berjejaring,
kolaborasi, serta eksplorasi artistik dalam konteks seni rupa kontemporer. Residensi Baku Konek
membuka pintu bagi seniman muda seperti Agustin dan Nani untuk belajar dan berbagi
pengalaman dengan komunitas seni di seluruh Indonesia.
 
Dengan keberagaman latar belakang peserta, Baku Konek menjadi salah satu sorotan penting
dalam perhelatan Jakarta Biennale 2024, membuka jalan bagi masa depan seni rupa Indonesia
yang lebih inklusif dan terhubung, baik di tingkat nasional maupun internasional.
 
Karya-karya yang dipamerkan juga menunjukkan peran lain karya seni di luar sisi artistiknya, yakni sebagai cerminan, respons, hingga pendorong perubahan sosial, lingkungan, serta budaya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan